DESIRE,
SEX AND PASSION
Part
2
Drew sempat memperhatikan wajah Lucas yang memucat,
namun hanya sesaat. Karena beberapa saat kemudian wajah angkuh itu muncul
kembali.
“itu sangat pribadi Mr. McLinn, haruskah aku menjawab
pertanyaan lancangmu itu?”. Drew agak di buat jengkel dengan nada yang di
ucapkan oleh lucas, tapi dia hanya diam.
“kalau kau tidak merasa keberatan Luke, lagi pula ini
sangat penting untuk proses penyelidikan kami. Sekali lagi kalau kau tidak
merasa keberatan”, ujar Drew panjang lebar.Lucas agak tertegun sesaat, namun
kemudian dia berjalan santai melewati Drew.
“ikut aku”, kata Lucas singkat.
“oya, dan jangan sok akrab denganku dengan memanggil
nama kecilku”, tambah Lucas sesaat sebelum dia dan Drew masuk ke dalam rumah.
Drew mengikuti Lucas yang membawanya ke lantai atas.Saat dirinya dan Lucas
memasuki ruangan, dan Drew dengan yakin menyimpulkan bahwa ini adalah kamar
tidur milik Lucas. Ada satu king bed besar yang menempel dinding di pojok,
beberapa sofa dan bantal nyaman yang tergeletak di sana. Kamar yang luas.
Bahkan mungkin sama luasnya dengan apartement yang di milikinya.Tak ada dinding
untuk bagian luar, semuanya terbuat dari kaca.Dan Drew kagum dengan keindahan
pemandangan kotanya di lihat dari dalam kamar Lucas ini.
“kau bertanya apa tadi?”, suara baritone itu
mengagetkan Drew dan mengembalikannya ke dalam alam nyata. Tapi begitu dia berbalik
menghadap Lucas, Drew seakan menyesal kenapa tidak dari tadi dia memperhatikan
lelaki tampan tersebut.Lucas tengah berdiri dengan percaya diri.Celana
renangnya entah sejak kapan sudah tidak melekat lagi di tubuhnya.Drew tercekat,
memandangi tubuh polos yang sekarang tengah menungging mencari sesuatu.
“aku bertanya, kenapa jam tanganmu sampai tertinggal di
kamar Federline?”, Drew bertanya setenang mungkin. Mengatur suaranya agar tetap
berwibawa.Lucas menoleh ke arah Drew lalu berdiri lagi.Dan kali ini Drew
mengutuki dirinya sendiri karena dia begitu terangsang melihat Lucas yang
sepertinya ‘sengaja’ mendemonstrasikan ke seksian tubuhnya.
“itu agak pribadi McLinn”, kata Lucas sambil memakai
celana pendeknya. “apa tetap harus aku ceritakan?”
“ya”, jawab Drew singkat. Lucas mengambil nafas
perlahan sebelum akhirnya berbicara.
“aku sedang nafsu berat saat itu. Ada Josh di situ,
PACARKU.”Drew tidak mengerti kenapa Lucas sepertinya menekankan kata pacarku
tadi. “lalu kita bercinta gila gilaan dan jujur tidak tau tempat. Tau tau aku
dan Josh sudah berbaring di ranjang Federline.Oya, sebelum kau bertanya aku
katakan terlebih dahulu.Kejadian itu terjadi 4 hari yang lalu. Jadi seperti
yang aku bilang, kau tidak punya cukup bukti Mr. McLinn.”, Lucas sepertinya
sama sekali tidak terintimidasi dengan Drew.
“kau yakin? Bagaimana kalau Josh menyangkal apa yang
kau katakan?”, Drew berkata dengan sama santainya. Gigi Lucas bergemeletuk,
tanda bahwa dia sedang marah besar.
“kau tidak punya cukup bukti”, kata Lucas tertahan.
“akan aku kumpulkan”, jawab Drew kalem. Untuk
membuktikan bahwa kau tidak bersalah, lanjut Drew dalam hati.
“oke, kalau begitu kumpulkan!! Seperti yang aku bilang,
setelah terkumpul aku akan meladenimu dengan senang hati”
“tenang saja Luke. . .”
“jangan panggil aku Luke!!”, potong Lucas cepat.
“maaf, tapi kau tenang saja. Aku pasti akan menyeretmu.
Pasti”.Lucas hanya tersenyum sinis.Seperti menantang Drew untuk segera
menangkapnya.
“kalau begitu, urusan kita sepertinya sudah selesai.
Pintu ada di sebelah sana Mr. McLinn”, lagi lagi Drew di buat jengkel dengan
nada bicara Lucas. Tapi dalam hatinya Drew sudah bertekad, akan menaklukan hati
‘sang malaikat’ angkuh ini. Dan akan membawanya jauh ke dalam dekapannya.
Pasti, suatu saat nanti.
“baiklah Luke, sampai jumpa”. Drew berjalan santai ke
arah pintu.Sengaja memanggil Lucas dengan ‘Luke’ hanya ingin membuat pemuda
yang sudah merasuki pikirannya 2 hari terakhir ini uring uringan.Dan memang,
Lucas langsung menggeram tertahan.Sementara tanpa di ketahui Lucas, Drew
tersenyum kecil.
Setelah keluar dari istana mewah Lucas, Drew melajukan
mobilnya ke arah selatan. Menemui Josh, siapa tau pemuda itu mau buka
informasi. Di lihat dari penampilannya sepertinya Josh mudah di ancam.Dalam
hatinya Drew meraung, kenapa Lucas tidak mau jujur padanya?Seperti ada yang di
tutupi. Oh, Luke seandainya kau tahu betapa aku ingin membuat semua orang tidak
mencurigaimu lagi.
Drew memasuki perkarangan halaman rumah keluarga
Federline.Tampak masih beberapa anak buahnya hilir mudik, beberapa mengangguk
saat melihat Drew.Drew hanya tersenyum kecil.
Drew langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati Josh
sedang berada di halaman belakang. Drew berdeham, membuat tubuh ramping yang
sedang duduk menghadap taman itu menoleh. Josh tersenyum padanya, anak yang
tampan. Apakah tipe seperti ini yang di sukai Lucas?Berambut hitam, kulit
seputih salju?Seperti pangeran dalam dongeng.
“maaf mengganggumu Josh”, kata Drew begitu berada di
dekat Josh. Josh tersenyum lagi, memamerkan
sederetan giginya yang rapi dan putih.
“ya Mr. McLinn. Apa sudah ada perkembangan?”
“Drew saja Josh dan maaf aku belum mendapat kemajuan
dalam kasus ayahmu”, lagi lagi Josh hanya tersenyum.
“di dalam saja Drew, di sini sudah mulai dingin”, kata
Josh sambil beranjak dari tempat duduknya. Drew hanya mengangguk lalu mengikuti
langkah Josh yang masuk ke dalam Rumah. Josh membawanya ke ruang tengah.
“kopi atau teh?”, tawar Josh
“kopi saja, tanpa gula”, jawab Drew singkat. Pemuda ini
berbeda 180 derajad dengan Lucas. Seandainya Lucas bertingkah manis seperti
ini, mungkin akan membuat semua orang menyukainya.
“ini kopimu, tanpa gula”, kata Josh sambil mengulurkan
cangkir yang di bawanya. Drew menerimanya lalu tersenyum pada Josh.Entah Drew
salah lihat atau bagaimana, tapi sepertinya Josh merona tadi.
“kau pacar Lucas”, tembak Drew langsung ke sasaran
utama. Bukan pertanyaan tapi lebih seperti pernyataan dan mungkin tanpa Drew
sadari ada nada cemburu dalam suaranya tadi. Bias kekagetan muncul di wajah
Josh.
“maksutmu?”, tanya Josh setelah berhasil menguasai
emosinya lagi.
“apa yang kau dan Lucas lakukan sebelum kematian
ayahmu?”, Drew terus mengejar Josh dengan pertanyaan. Josh tergugup sedikit.
“ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kasus
ayahku Drew”, kata Josh pada akhirnya. Ada nada khawatir dalam suaranya. Drew
tak yakin jika Josh yang membunuh ayahnya, anak ini terlalu ‘pengecut’ untuk
melakukan tindakan senekad itu. Drew malah lebih percaya jika ada orang yang
mengatakan Lucas lha yang membunuh
Federline. Dulu, Lucas pernah menyerempet mobil Federline dengan sengaja, hal
itu dilakukan dulu saat Drew masih belum masuk kepolisian. Lalu awal Drew masuk
kepolisian, Lucas di sebut sebut sebagai dalang pemukulan atas Federline dan
hal hal lain yang bahkan sampai saat ini masih menjadi misteri karena kasus itu
di tutup begitu saja tanpa ada proses lanjut. Lucas Crandall, tampan, penuh
misteri dan angkuh.
“mungkin ada jika kau bekerjasama dengan Lucas untuk
membunuh ayahmu”, Drew berkata pelan. Josh hanya tertawa ringan.
“untuk apa aku membunuh ayah?”
“harta warisan mungkin? Atau supaya kau dan Lucas bisa
lebih leluasa mencurahkan cinta ganjil kalian!!”, ada getar emosi dalam suara
Drew.
“aku dan Luke saling mencintai!!”, entah kenapa sakit
rasanya bagi Drew mendengar lelaki lain memanggil begitu mesra nama Lucas.
“oh ya?”, Drew mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan
Josh, sehingga bisa melihat pipi pemuda itu yang merona merah. Nafas Josh
menderu.
“katakan yang sejujurnya padaku Josh”, kata Drew sambil
mendekatkan bibirnya ke telinga Josh. Percuma, kenapa gairahku tidak
menggelegak?Padahal Josh tak kalah tampan dengan Lucas.Kenapa hanya dengan
Lucas gairahnya bisa terpacu walau hanya melihat mata angkuhnya?Umpat Drew
dalam hati.
“apa yang kau lakukan padaku Drew?”, ada hasrat terpandam dalam suara Josh. Drew
mengutuk pelan, inikah lelaki yang di pilih Lucas? Murahan sekali!! Rutuk Drew
dalam hati.
“aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam, bolehkah?”,
kata Drew ringan. Tangannya bermain di paha atas Josh, merayap semakin naik ke
atas hingga sampai di bagian milik Josh yang sudah mengeras.
“kau bisa beritahu kenapa jam tangan Lucas bisa
tertinggal di kamar ayahmu?”. Kali kini tangan Drew sengaja mengelus bagian
depan celana Josh. Josh hanya bisa menggeliat tak berdaya. Menikmati sentuhan
sentuhan ringan Drew.
“kami bercinta”, jawab Josh di sela sela desahannya.
“o ya? Kapan?”, Drew semakin membuat Josh lupa daratan.
Giginya menggigiti pelan telinga Josh.
“sore hari
sebelum ayah tertembak”, kata Josh pelan. Drew mengumpat dalam hatinya, Lucas
berbohong.
“kau tau senjata berburu yang di gunakan Lucas?”, bisik
Drew dengan nada sensual di telinga Josh. Membuat Josh tak berdaya, Drew begitu
memikat dalam pandangan Josh
“senapan angin, ukuran caliber 177”
“kau pernah melihatnya?”
“Pernah sekali waktu aku berada di kamarnya waktu
itu”.Cukup, Drew berusaha mengingatkan dirinya sendiri.Informasi ini sudah
cukup berharga, tinggal menunggu hasil dari bagian penyelidikan.Caliber 177,
kenapa serba kebetulan?Ataukah memang Lucas pelakunya?Drew menghentikan aksinya
yang tentu membuat Josh kecewa. Dalam hatinya Drew benar benar bertekad akan
menyelidiki kegiatan Lucas saat malam terbunuhnya Federline.
Drew bangkit dan meninggalkan Josh begitu saja.Caliber
177 dengan senapan angin?Memang peluru itu yang di temukan di tubuh Federline.
Ya Tuhan, sandiwara apa yang sedang kau mainkan Luke? Tapi dengan senapan angin
pastinya akan menimbulkan suara yang cukup keras saat di tembakkan. Lalu kenapa
tak ada tetangga yang mendengarnya?Betty juga terlibatkah?
Yang pasti aku harus melihat senjata berburu milik
Lucas! Harus!!
***
Lucas baru saja memasukkan pakaiannya yang terakhir
yang akan di bawanya saat Jasmine masuk ke kamarnya.
“detektif polisi itu mendesakmu”, kata Jasmine
perlahan. Lucas menoleh ke arah kakaknya.Lalu tersenyum ringan.
“aku masih aman Jasmine”. Jasmine mendesah pelan,
seperti menyesali sesuatu.Lalu tiba tiba memeluk Lucas.
“aku menyayangimu Luke”. Lucas membalas pelukan
Jasmine.
“aku tau”. Jasmine melepaskan diri dari pelukan Lucas.Kemudian
berjalan ke arah pintu.
“kapan kau akan berangkat?”, tanya Jasmine.
“hari ini juga, segera setelah aku selesai berkemas”
“okey, aku akan mengantarmu ke bandara”. Lagi lagi
Lucas hanya tersenyum.Gara gara kasus kematian Federline, kehidupannya
terusik.Di saat berjalan di jalan, selalu ada orang yang berbisik bisik di
belakangnya. Dasar Federline sialan!! Bahkan sudah mati saja masih
merepotkanku, umpat Lucas dalam hati.
Di dalam mobil, baik Lucas maupun Jasmine tidak ada
yang berinisiatif membuka percakapan. Sama sama diam. Sama sama hanyut dalam
imajinasi masing masing.Di dalam bandara pun tidak ada yang bersuara.Jasmine
memeluk adiknya erat, sangat takut kehilangan adik yang sudah menemaninya 26
tahun ini.Setelah mengantar kepergian adiknya Jasmine segera berlalu.Mengambil
kaca mata hitam di tasnya lalu langsung masuk ke dalam mobil.Mobil yang di
kendarai Jasmine menuju suatu tempat. Tempat yang begitu damai karena banyak
pepohonan tumbuh di sana. Jasmine memarkirkan mobilnya ke tepi dan keluar dari
mobilnya.Dengan langkah gontai Jasmine langsung menuju ke salah satu
penginapan.Begitu masuk, Jasmine langsung di peluk dari belakang.Pria itu
mencium Jasmine dengan ganas.Melempar Jasmine ke ranjang dan pria itu langsung
menyusul Jasmine di atas ranjang.Jasmine tersenyum genit dan mencubit pinggang
pria itu.
“kau mengagetkanku”, kata Jasmine manja.
“tapi kau suka kan?”, tanya pria itu lembut.
“aku mencintaimu”, kata Jasmine sembari menempelkan
bibirnya di bibir pria itu. Menjilat pelan dan berusaha menerobos masuk,
sedangkan jari jari lentiknya berusaha membuka kemeja sang pria. Sang pria tak
kalah aksi, di lepasnya blus yang di pakai Jasmine.Saling memagut sambil
berlomba melepas pakaian yang di kenakan oleh pasangannya hingga tak tersisa
sehelai benangpun.Sang pria mencium leher Jasmine secara intens, menghisapnya
secara lembut. Meninggalkan jejak jejak merah di sana. Jasmine hanya bisa
mendesah, menikmati setiap pagutan sang kekasih.
Bibir sang pria sampai di titik kenikmatan Jasmine, menjulurkan lidahnya di sana dan
semakin membuat Jasmine menggeliat tak berdaya. Kenikmatan yang di berikan
begitu intens dan dilakukan secara continue. Membuat Jasmine seolah olah lupa
tentang masalahnya, tentang adiknya yang frustasi.
“aku mencintaimu Jessie, aku mencintaimu”
“ya aku tau, aku juga mencintaimu”, jawab Jasmine
sambil terengah engah. Masih merasakan deru kenikmatan yang di berikan oleh
kekasihnya.
***
Lucas baru saja selesai berselancar, lalu berjalan
menuju pondoknya.Meletakkan papan surfingnya di pagar pembatas kemudian
berbaring di atas balai balai.Masalah Federline ini begitu mengganggunya. Dan
tentang Drew, kenapa ia begitu mempesona? Lucas hanya bisa mendesah pelan.Pria
itu akhir akhir ini begitu sering hadir di dalam mimpi Lucas.Membangkitkan
suatu perasaan khusus, aneh dan mendebarkan.
Dan apakah ini juga halusinasi, saat ini Lucas melihat
Drew berjalan ke arahnya.Lucas mencubit lenganya pelan, sial ini bukan
ilusi.Kenapa Drew bisa berada di sini?Saat ini?Padahal Lucas tak memberitahu
siapapun tentang kepergianya ini.
“melarikan diri Luke?”, tanya Drew dengan nada santai
setelah berada di dekat Lucas.
“aku perlu berlibur”, jawab Lucas tak kalah santai.
“ya, aku tau”. Lucas melirik Drew sekilas, lalu
tertegun saat melihat keseriusan Drew saat berbicara tadi.
“aku tidak sedang bertugas di sini Luke, aku Drew
McLinn. Bukan detektif kepolisian untuk saat ini. Jadi, bisa kita berteman?”
tanya Drew sambil mengulurkan tangannya. Lucas memandang ragu ke arah Drew,
seakan akan tak mempercayai perkataan Drew barusan. Namun, Lucas akhirnya
menyambut uluran tangan Drew.
“ya”, jawab Lucas singkat.
“kau suka berselancar?”, tanya Drew berusaha untuk
mengakrabkan diri.
“ya”
Drew bersandar di dekat Lucas, lalu agak tercekat saat
melihat Lucas hanya mengenakan celana pendek yang emm karena basah sangat
menonjolkan kelelakian Lucas.
“berapa hari kau akan di sini?”, Lucas sempat curiga
dengan pertanyaan Drew barusan, tapi melihat wajah Drew yang santai Lucas jadi
tidak terlalu memikirkannya.
“aku tidak tau. Aku ingin di sini selama yang aku bisa.
Aku ingin bebas dari orang orang”, Lucas menatap Drew sebentar sambil
mengangkat sebelah alisnya, “ kau tahu kan?”.
Drew hanya mengangguk, “ aku menginap tepat di
sebelahmu”
Perkataan Drew barusan membuat Lucas kembali menaikkan
radarnya lagi.
“supaya lebih mudah memata mataiku, iya kan?”, kata
Lucas ringan.
“karena hanya penginapan itu yang tersisa Luke”, jawab
Drew tetap kalem. Lucas melengos.
“ijinkan aku ke dalam, aku ingin mandi. Boleh?”, kata
Lucas seformal mungkin. Drew tertawa terbahak yang membuat Lucas tertegun.Lagi
lagi Lucas merasa ada yang mengusik sesuatu yang dalam di hatinya.Tawa itu
membuat hati Lucas terusik.
“permisi Drew”, kata Lucas sambil masuk ke dalam pondok
pribadinya.
“silahkan my prince”, jawab Drew saat Lucas sudah masuk
ke dalam pondoknya.
Di dalam pondok, Lucas langsung menuju kamar
mandi.Walaupun sikap Drew terkesan santai, tapi tak urung Lucas harus tetap
waspada.Dia tetap saja seorang detektif kepolisian.Lucas segera melepas celana
pendeknya, menyalakan shower dan berlama lama di bawahnya.
***
Jasmine terbangun saat senja dan mendapati pria yang di
cintainya tengah berdiri di dekat jendela.Jasmine ragu sesaat, namun kemudian
membulatkan tekadnya.Jasmine turun dari ranjang, mengambil pakaiannya, segera
berpakaian dan meraih tasnya.Kerut Jasmine berkerut, barang yang di carinya
tidak ada.
“kau mencari ini Jesse sayang?”, kata Pria itu sambil
mengacungkan sebuah pistol. Jasmine termangu.
“kau. . .?”, Jasmine kehabisan kata kata.
“aku sudah menduganya”, Pria itu berkata santai.
“aku mencintaimu. Kau salah sangka, tidak seperti yang
kau kira sayang”, Jasmine tergagap.
“aku tau, aku tau Jesse. Tapi kau lebih mencintai
adikmu. Sepertinya kesepakatan kita akan kau langgar malamini, iya kan Jesse?”
Jasmine hanya bisa terdiam dan tanpa sepengetahuan sang
pria, Jasmine meraih vas bunga yang terletak tepat di belakangnya. Pria itu
mengangkat pistol ke arah Jasmine.
“kita bisa membicarakanya sayang”, Jasmine tak
kehilangan akal, dan tetap ingin mengulur waktu.
“kau ingin membunuhku, lalu membuat pernyataan bahwa
aku yang membunuh Federline”, pria itu berkata perlahan.
“memang kau yang membunuhnya”
“dan atas idemu, kau lupa?”. Sang pria menarik pelatuk
pistol di tanganya. Namun sebelum sang pria sempat menarik pistolnya, Jasmine
melempar vas yang tadi sudah di sentuhnya. Tepat sasaran.Jasmine langsung menuju
pintu.
“kau bisa membunuh Federline karena aku, bodoh!!”,
Jasmine langsung berlari menuju mobilnya dan berlalu.
“aku harus menyingkirkannya”, kata Jasmine sambil
berusaha menghubungi seseorang.
Tbc. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave comment please.