FOLLOW ME

Rabu, 20 Februari 2013

DESIRE, SEX AND PASSION second part


DESIRE, SEX AND PASSION
Part 2


Drew sempat memperhatikan wajah Lucas yang memucat, namun hanya sesaat. Karena beberapa saat kemudian wajah angkuh itu muncul kembali.
“itu sangat pribadi Mr. McLinn, haruskah aku menjawab pertanyaan lancangmu itu?”. Drew agak di buat jengkel dengan nada yang di ucapkan oleh lucas, tapi dia hanya diam.
“kalau kau tidak merasa keberatan Luke, lagi pula ini sangat penting untuk proses penyelidikan kami. Sekali lagi kalau kau tidak merasa keberatan”, ujar Drew panjang lebar.Lucas agak tertegun sesaat, namun kemudian dia berjalan santai melewati Drew.
“ikut aku”, kata Lucas singkat.
“oya, dan jangan sok akrab denganku dengan memanggil nama kecilku”, tambah Lucas sesaat sebelum dia dan Drew masuk ke dalam rumah. Drew mengikuti Lucas yang membawanya ke lantai atas.Saat dirinya dan Lucas memasuki ruangan, dan Drew dengan yakin menyimpulkan bahwa ini adalah kamar tidur milik Lucas. Ada satu king bed besar yang menempel dinding di pojok, beberapa sofa dan bantal nyaman yang tergeletak di sana. Kamar yang luas. Bahkan mungkin sama luasnya dengan apartement yang di milikinya.Tak ada dinding untuk bagian luar, semuanya terbuat dari kaca.Dan Drew kagum dengan keindahan pemandangan kotanya di lihat dari dalam kamar Lucas ini.
“kau bertanya apa tadi?”, suara baritone itu mengagetkan Drew dan mengembalikannya ke dalam alam nyata. Tapi begitu dia berbalik menghadap Lucas, Drew seakan menyesal kenapa tidak dari tadi dia memperhatikan lelaki tampan tersebut.Lucas tengah berdiri dengan percaya diri.Celana renangnya entah sejak kapan sudah tidak melekat lagi di tubuhnya.Drew tercekat, memandangi tubuh polos yang sekarang tengah menungging mencari sesuatu.
“aku bertanya, kenapa jam tanganmu sampai tertinggal di kamar Federline?”, Drew bertanya setenang mungkin. Mengatur suaranya agar tetap berwibawa.Lucas menoleh ke arah Drew lalu berdiri lagi.Dan kali ini Drew mengutuki dirinya sendiri karena dia begitu terangsang melihat Lucas yang sepertinya ‘sengaja’ mendemonstrasikan ke seksian tubuhnya.
“itu agak pribadi McLinn”, kata Lucas sambil memakai celana pendeknya. “apa tetap harus aku ceritakan?”
“ya”, jawab Drew singkat. Lucas mengambil nafas perlahan sebelum akhirnya berbicara.
“aku sedang nafsu berat saat itu. Ada Josh di situ, PACARKU.”Drew tidak mengerti kenapa Lucas sepertinya menekankan kata pacarku tadi. “lalu kita bercinta gila gilaan dan jujur tidak tau tempat. Tau tau aku dan Josh sudah berbaring di ranjang Federline.Oya, sebelum kau bertanya aku katakan terlebih dahulu.Kejadian itu terjadi 4 hari yang lalu. Jadi seperti yang aku bilang, kau tidak punya cukup bukti Mr. McLinn.”, Lucas sepertinya sama sekali tidak terintimidasi dengan Drew.
“kau yakin? Bagaimana kalau Josh menyangkal apa yang kau katakan?”, Drew berkata dengan sama santainya. Gigi Lucas bergemeletuk, tanda bahwa dia sedang marah besar.
“kau tidak punya cukup bukti”, kata Lucas tertahan.
“akan aku kumpulkan”, jawab Drew kalem. Untuk membuktikan bahwa kau tidak bersalah, lanjut Drew dalam hati.
“oke, kalau begitu kumpulkan!! Seperti yang aku bilang, setelah terkumpul aku akan meladenimu dengan senang hati”
“tenang saja Luke. . .”
“jangan panggil aku Luke!!”, potong Lucas cepat.
“maaf, tapi kau tenang saja. Aku pasti akan menyeretmu. Pasti”.Lucas hanya tersenyum sinis.Seperti menantang Drew untuk segera menangkapnya.
“kalau begitu, urusan kita sepertinya sudah selesai. Pintu ada di sebelah sana Mr. McLinn”, lagi lagi Drew di buat jengkel dengan nada bicara Lucas. Tapi dalam hatinya Drew sudah bertekad, akan menaklukan hati ‘sang malaikat’ angkuh ini. Dan akan membawanya jauh ke dalam dekapannya. Pasti, suatu saat nanti.
“baiklah Luke, sampai jumpa”. Drew berjalan santai ke arah pintu.Sengaja memanggil Lucas dengan ‘Luke’ hanya ingin membuat pemuda yang sudah merasuki pikirannya 2 hari terakhir ini uring uringan.Dan memang, Lucas langsung menggeram tertahan.Sementara tanpa di ketahui Lucas, Drew tersenyum kecil.
Setelah keluar dari istana mewah Lucas, Drew melajukan mobilnya ke arah selatan. Menemui Josh, siapa tau pemuda itu mau buka informasi. Di lihat dari penampilannya sepertinya Josh mudah di ancam.Dalam hatinya Drew meraung, kenapa Lucas tidak mau jujur padanya?Seperti ada yang di tutupi. Oh, Luke seandainya kau tahu betapa aku ingin membuat semua orang tidak mencurigaimu lagi.
Drew memasuki perkarangan halaman rumah keluarga Federline.Tampak masih beberapa anak buahnya hilir mudik, beberapa mengangguk saat melihat Drew.Drew hanya tersenyum kecil.
Drew langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati Josh sedang berada di halaman belakang. Drew berdeham, membuat tubuh ramping yang sedang duduk menghadap taman itu menoleh. Josh tersenyum padanya, anak yang tampan. Apakah tipe seperti ini yang di sukai Lucas?Berambut hitam, kulit seputih salju?Seperti pangeran dalam dongeng.
“maaf mengganggumu Josh”, kata Drew begitu berada di dekat Josh. Josh tersenyum lagi, memamerkan  sederetan giginya yang rapi dan putih.
“ya Mr. McLinn. Apa sudah ada perkembangan?”
“Drew saja Josh dan maaf aku belum mendapat kemajuan dalam kasus ayahmu”, lagi lagi Josh hanya tersenyum.
“di dalam saja Drew, di sini sudah mulai dingin”, kata Josh sambil beranjak dari tempat duduknya. Drew hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Josh yang masuk ke dalam Rumah. Josh membawanya ke ruang tengah.
“kopi atau teh?”, tawar Josh
“kopi saja, tanpa gula”, jawab Drew singkat. Pemuda ini berbeda 180 derajad dengan Lucas. Seandainya Lucas bertingkah manis seperti ini, mungkin akan membuat semua orang menyukainya.
“ini kopimu, tanpa gula”, kata Josh sambil mengulurkan cangkir yang di bawanya. Drew menerimanya lalu tersenyum pada Josh.Entah Drew salah lihat atau bagaimana, tapi sepertinya Josh merona tadi.
“kau pacar Lucas”, tembak Drew langsung ke sasaran utama. Bukan pertanyaan tapi lebih seperti pernyataan dan mungkin tanpa Drew sadari ada nada cemburu dalam suaranya tadi. Bias kekagetan muncul di wajah Josh.
“maksutmu?”, tanya Josh setelah berhasil menguasai emosinya lagi.
“apa yang kau dan Lucas lakukan sebelum kematian ayahmu?”, Drew terus mengejar Josh dengan pertanyaan. Josh tergugup sedikit.
“ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kasus ayahku Drew”, kata Josh pada akhirnya. Ada nada khawatir dalam suaranya. Drew tak yakin jika Josh yang membunuh ayahnya, anak ini terlalu ‘pengecut’ untuk melakukan tindakan senekad itu. Drew malah lebih percaya jika ada orang yang mengatakan  Lucas lha yang membunuh Federline. Dulu, Lucas pernah menyerempet mobil Federline dengan sengaja, hal itu dilakukan dulu saat Drew masih belum masuk kepolisian. Lalu awal Drew masuk kepolisian, Lucas di sebut sebut sebagai dalang pemukulan atas Federline dan hal hal lain yang bahkan sampai saat ini masih menjadi misteri karena kasus itu di tutup begitu saja tanpa ada proses lanjut. Lucas Crandall, tampan, penuh misteri dan angkuh.
“mungkin ada jika kau bekerjasama dengan Lucas untuk membunuh ayahmu”, Drew berkata pelan. Josh hanya tertawa ringan.
“untuk apa aku membunuh ayah?”
“harta warisan mungkin? Atau supaya kau dan Lucas bisa lebih leluasa mencurahkan cinta ganjil kalian!!”, ada getar emosi dalam suara Drew.
“aku dan Luke saling mencintai!!”, entah kenapa sakit rasanya bagi Drew mendengar lelaki lain memanggil begitu mesra nama Lucas.
“oh ya?”, Drew mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan Josh, sehingga bisa melihat pipi pemuda itu yang merona merah. Nafas Josh menderu.
“katakan yang sejujurnya padaku Josh”, kata Drew sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Josh. Percuma, kenapa gairahku tidak menggelegak?Padahal Josh tak kalah tampan dengan Lucas.Kenapa hanya dengan Lucas gairahnya bisa terpacu walau hanya melihat mata angkuhnya?Umpat Drew dalam hati.
“apa yang kau lakukan padaku Drew?”,  ada hasrat terpandam dalam suara Josh. Drew mengutuk pelan, inikah lelaki yang di pilih Lucas? Murahan sekali!! Rutuk Drew dalam hati.
“aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam, bolehkah?”, kata Drew ringan. Tangannya bermain di paha atas Josh, merayap semakin naik ke atas hingga sampai di bagian milik Josh yang sudah mengeras.
“kau bisa beritahu kenapa jam tangan Lucas bisa tertinggal di kamar ayahmu?”. Kali kini tangan Drew sengaja mengelus bagian depan celana Josh. Josh hanya bisa menggeliat tak berdaya. Menikmati sentuhan sentuhan ringan Drew.
“kami bercinta”, jawab Josh di sela sela desahannya.
“o ya? Kapan?”, Drew semakin membuat Josh lupa daratan. Giginya menggigiti pelan telinga Josh.
“sore  hari sebelum ayah tertembak”, kata Josh pelan. Drew mengumpat dalam hatinya, Lucas berbohong.
“kau tau senjata berburu yang di gunakan Lucas?”, bisik Drew dengan nada sensual di telinga Josh. Membuat Josh tak berdaya, Drew begitu memikat dalam pandangan Josh
“senapan angin, ukuran caliber 177”
“kau pernah melihatnya?”
“Pernah sekali waktu aku berada di kamarnya waktu itu”.Cukup, Drew berusaha mengingatkan dirinya sendiri.Informasi ini sudah cukup berharga, tinggal menunggu hasil dari bagian penyelidikan.Caliber 177, kenapa serba kebetulan?Ataukah memang Lucas pelakunya?Drew menghentikan aksinya yang tentu membuat Josh kecewa. Dalam hatinya Drew benar benar bertekad akan menyelidiki kegiatan Lucas saat malam terbunuhnya Federline.
Drew bangkit dan meninggalkan Josh begitu saja.Caliber 177 dengan senapan angin?Memang peluru itu yang di temukan di tubuh Federline. Ya Tuhan, sandiwara apa yang sedang kau mainkan Luke? Tapi dengan senapan angin pastinya akan menimbulkan suara yang cukup keras saat di tembakkan. Lalu kenapa tak ada tetangga yang mendengarnya?Betty juga terlibatkah?
Yang pasti aku harus melihat senjata berburu milik Lucas! Harus!!
***


Lucas baru saja memasukkan pakaiannya yang terakhir yang akan di bawanya saat Jasmine masuk ke kamarnya.
“detektif polisi itu mendesakmu”, kata Jasmine perlahan. Lucas menoleh ke arah kakaknya.Lalu tersenyum ringan.
“aku masih aman Jasmine”. Jasmine mendesah pelan, seperti menyesali sesuatu.Lalu tiba tiba memeluk Lucas.
“aku menyayangimu Luke”. Lucas membalas pelukan Jasmine.
“aku tau”. Jasmine melepaskan diri dari pelukan Lucas.Kemudian berjalan ke arah pintu.
“kapan kau akan berangkat?”, tanya Jasmine.
“hari ini juga, segera setelah aku selesai berkemas”
“okey, aku akan mengantarmu ke bandara”. Lagi lagi Lucas hanya tersenyum.Gara gara kasus kematian Federline, kehidupannya terusik.Di saat berjalan di jalan, selalu ada orang yang berbisik bisik di belakangnya. Dasar Federline sialan!! Bahkan sudah mati saja masih merepotkanku, umpat Lucas dalam hati.
Di dalam mobil, baik Lucas maupun Jasmine tidak ada yang berinisiatif membuka percakapan. Sama sama diam. Sama sama hanyut dalam imajinasi masing masing.Di dalam bandara pun tidak ada yang bersuara.Jasmine memeluk adiknya erat, sangat takut kehilangan adik yang sudah menemaninya 26 tahun ini.Setelah mengantar kepergian adiknya Jasmine segera berlalu.Mengambil kaca mata hitam di tasnya lalu langsung masuk ke dalam mobil.Mobil yang di kendarai Jasmine menuju suatu tempat. Tempat yang begitu damai karena banyak pepohonan tumbuh di sana. Jasmine memarkirkan mobilnya ke tepi dan keluar dari mobilnya.Dengan langkah gontai Jasmine langsung menuju ke salah satu penginapan.Begitu masuk, Jasmine langsung di peluk dari belakang.Pria itu mencium Jasmine dengan ganas.Melempar Jasmine ke ranjang dan pria itu langsung menyusul Jasmine di atas ranjang.Jasmine tersenyum genit dan mencubit pinggang pria itu.
“kau mengagetkanku”, kata Jasmine manja.
“tapi kau suka kan?”, tanya pria itu lembut.
“aku mencintaimu”, kata Jasmine sembari menempelkan bibirnya di bibir pria itu. Menjilat pelan dan berusaha menerobos masuk, sedangkan jari jari lentiknya berusaha membuka kemeja sang pria. Sang pria tak kalah aksi, di lepasnya blus yang di pakai Jasmine.Saling memagut sambil berlomba melepas pakaian yang di kenakan oleh pasangannya hingga tak tersisa sehelai benangpun.Sang pria mencium leher Jasmine secara intens, menghisapnya secara lembut. Meninggalkan jejak jejak merah di sana. Jasmine hanya bisa mendesah, menikmati setiap pagutan sang kekasih.
Bibir sang pria sampai di titik kenikmatan  Jasmine, menjulurkan lidahnya di sana dan semakin membuat Jasmine menggeliat tak berdaya. Kenikmatan yang di berikan begitu intens dan dilakukan secara continue. Membuat Jasmine seolah olah lupa tentang masalahnya, tentang adiknya yang frustasi.
“aku mencintaimu Jessie, aku mencintaimu”
“ya aku tau, aku juga mencintaimu”, jawab Jasmine sambil terengah engah. Masih merasakan deru kenikmatan yang di berikan oleh kekasihnya.
***


Lucas baru saja selesai berselancar, lalu berjalan menuju pondoknya.Meletakkan papan surfingnya di pagar pembatas kemudian berbaring di atas balai balai.Masalah Federline ini begitu mengganggunya. Dan tentang Drew, kenapa ia begitu mempesona? Lucas hanya bisa mendesah pelan.Pria itu akhir akhir ini begitu sering hadir di dalam mimpi Lucas.Membangkitkan suatu perasaan khusus, aneh dan mendebarkan.
Dan apakah ini juga halusinasi, saat ini Lucas melihat Drew berjalan ke arahnya.Lucas mencubit lenganya pelan, sial ini bukan ilusi.Kenapa Drew bisa berada di sini?Saat ini?Padahal Lucas tak memberitahu siapapun tentang kepergianya ini.
“melarikan diri Luke?”, tanya Drew dengan nada santai setelah berada di dekat Lucas.
“aku perlu berlibur”, jawab Lucas tak kalah santai.
“ya, aku tau”. Lucas melirik Drew sekilas, lalu tertegun saat melihat keseriusan Drew saat berbicara tadi.
“aku tidak sedang bertugas di sini Luke, aku Drew McLinn. Bukan detektif kepolisian untuk saat ini. Jadi, bisa kita berteman?” tanya Drew sambil mengulurkan tangannya. Lucas memandang ragu ke arah Drew, seakan akan tak mempercayai perkataan Drew barusan. Namun, Lucas akhirnya menyambut uluran tangan Drew.
“ya”, jawab Lucas singkat.
“kau suka berselancar?”, tanya Drew berusaha untuk mengakrabkan diri.
“ya”
Drew bersandar di dekat Lucas, lalu agak tercekat saat melihat Lucas hanya mengenakan celana pendek yang emm karena basah sangat menonjolkan kelelakian Lucas.
“berapa hari kau akan di sini?”, Lucas sempat curiga dengan pertanyaan Drew barusan, tapi melihat wajah Drew yang santai Lucas jadi tidak terlalu memikirkannya.
“aku tidak tau. Aku ingin di sini selama yang aku bisa. Aku ingin bebas dari orang orang”, Lucas menatap Drew sebentar sambil mengangkat sebelah alisnya, “ kau tahu kan?”.
Drew hanya mengangguk, “ aku menginap tepat di sebelahmu”
Perkataan Drew barusan membuat Lucas kembali menaikkan radarnya lagi.
“supaya lebih mudah memata mataiku, iya kan?”, kata Lucas ringan.
“karena hanya penginapan itu yang tersisa Luke”, jawab Drew tetap kalem. Lucas melengos.
“ijinkan aku ke dalam, aku ingin mandi. Boleh?”, kata Lucas seformal mungkin. Drew tertawa terbahak yang membuat Lucas tertegun.Lagi lagi Lucas merasa ada yang mengusik sesuatu yang dalam di hatinya.Tawa itu membuat hati Lucas terusik.
“permisi Drew”, kata Lucas sambil masuk ke dalam pondok pribadinya.
“silahkan my prince”, jawab Drew saat Lucas sudah masuk ke dalam pondoknya.
Di dalam pondok, Lucas langsung menuju kamar mandi.Walaupun sikap Drew terkesan santai, tapi tak urung Lucas harus tetap waspada.Dia tetap saja seorang detektif kepolisian.Lucas segera melepas celana pendeknya, menyalakan shower dan berlama lama di bawahnya.
***


Jasmine terbangun saat senja dan mendapati pria yang di cintainya tengah berdiri di dekat jendela.Jasmine ragu sesaat, namun kemudian membulatkan tekadnya.Jasmine turun dari ranjang, mengambil pakaiannya, segera berpakaian dan meraih tasnya.Kerut Jasmine berkerut, barang yang di carinya tidak ada.
“kau mencari ini Jesse sayang?”, kata Pria itu sambil mengacungkan sebuah pistol. Jasmine termangu.
“kau. . .?”, Jasmine kehabisan kata kata.
“aku sudah menduganya”, Pria itu berkata santai.
“aku mencintaimu. Kau salah sangka, tidak seperti yang kau kira sayang”,  Jasmine tergagap.
“aku tau, aku tau Jesse. Tapi kau lebih mencintai adikmu. Sepertinya kesepakatan kita akan kau langgar malamini, iya kan Jesse?”
Jasmine hanya bisa terdiam dan tanpa sepengetahuan sang pria, Jasmine meraih vas bunga yang terletak tepat di belakangnya. Pria itu mengangkat  pistol ke arah Jasmine.
“kita bisa membicarakanya sayang”, Jasmine tak kehilangan akal, dan tetap ingin mengulur waktu.
“kau ingin membunuhku, lalu membuat pernyataan bahwa aku yang membunuh Federline”, pria itu berkata perlahan.
“memang kau yang membunuhnya”
“dan atas idemu, kau lupa?”. Sang pria menarik pelatuk pistol di tanganya. Namun sebelum sang pria sempat menarik pistolnya, Jasmine melempar vas yang tadi sudah di sentuhnya. Tepat sasaran.Jasmine langsung menuju pintu.
“kau bisa membunuh Federline karena aku, bodoh!!”, Jasmine langsung berlari menuju mobilnya dan berlalu.
“aku harus menyingkirkannya”, kata Jasmine sambil berusaha menghubungi seseorang.
Tbc. . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave comment please.