Well,
this just a short story. Aku bekerja di sebuah perusahaan multinasional.
Perusahaan yang bergerak di bidang Fragrance, Colouring, Flavor, Savory dan
masih banyak lagi. Enggak perlu lah aku ceritain panjang lebar tentang
perusahaan tempat aku bekerja. Okay, kisah ini dimulai ketika ada satpam baru
di perusahaanku.
He
is not bad at all. He’s perfect! Body yahud, tidak gempal, tidak chuby tapi
juga tidak kurus kering. Ideal dan atletis lah. Seraut wajah yang lumayan
ganteng. And at first time I saw him, ada sesuatu yang berbeda yang dipancarkan
olehnya. Well, may be aku jatuh cinta dengannya pada pandangan pertama. Klasik,
but it’s true!
Namanya
Bowo, Mukti Wibowo. Manly!! Gayanya cowok abis, dan setiap aku melihat dia, ada
something about his look yang menggetarkan hatiku. Entah ya, dari cara dia
berjalan, berbicara, tertawa, bahkan sendawanya pun aku anggap seksi. Oh, call
me crazy now! Aura dia manly, tapi manis. Aduh! Susah dijelaskan dengan
kata-kata. But, I fall in love with him so deep.
But
the reallity is not like a romantic gay story. Dia cuek dan dingin. Saat
berpapasan pun dia hanya menyapa basa-basi, karena aku adalah staff di
perusahaan itu. Tatapan matanya ramah namun tidak hangat. Dan aku pun tidak
berusaha mendekatinya. He’s straight! I know it!
But,
once upon a time. Gille, ini uda kayak cerita dongeng aje. Haha, suatu hari aku
harus kerja ekstra lembur karena ada permintaan dari client yang harus sudah
siap dipresentasikan besok. Nah, sebagai satpam, otomatis Bowo juga ikutan
lembur. Dia pulang kalau semua karyawan sudah pulang. Perusahaan tempatku
bekerja memang tidak ada shift. Kita masuk jam 9 dan pulang jam 6 sore. Sabtu
dan Minggu kita libur. Satpamnya juga Cuma satu. Ya Bowo itu. Tadinya bahkan
tidak ada satpam, karena pihak perusahaan memasang keamanan elektrik, dimana
hanya staff dan karyawan saja yang boleh masuk dengan card ID.
Namun
sejak kejadian ada yang kemalingan motor, maka barulah dicari satpam. Ooh,
Indonesia.
Aku
bekerja ditemani Bowo, sayangnya aku bekerja di lantai 3 sedangkan Bowo
berjaga-jaga di pintu masuk lantai dasar. Aduh, sama aja bohong dong! Nah,
waktu itu Bowo memeriksa semua ruangan, perusahaanku ada 4 lantai. Dan dia
masuk ke ruanganku karena ruanganku masih terang. Yaiyalah, masa aku kerja
gelap-gelapan?
“kok
tumben belum pulang Pak?” Sapanya. Ini adalah pertama kalinya dia nanya ke aku.
Dan well, aku memang selalu pulang on time. Kali ini TERPAKSA lembur.
“Masih
ada kerjaan Mas.”
“Sudah
selesai?”
“Belum
Mas, tapi mau aku lanjutkan besok saja. Diatas sudah gak ada orang.” Jawabku
sekedarnya. Aku tidak ingin menunjukkan gelagat kalau aku suka dia.
“Sudah,
selesaikan saja Pak, nanti saya temani.” Katanya kalem. Eh what? Ditemani Bowo?
Mauuuuuuuu!! Eh, ngondeknya keluar deh. Akhirnya aku dan Bowo memutuskan untuk
merebus mie dulu di pantry. Ya sekedar mengganjal perut lah. Akhir bulan, tau
sendiri gaji cuman nyampe tanggal lima belas, lo kata iklan?
Akhirnya
setelah menyatap mie dan minum es teh, aku dan Bowo naik ke lantai tiga lagi.
Setelah sampai di depan ruanganku, kulihat dia hanya berdiri saja didepan tidak
ikut masuk.
“Mas,
temani didalam lah. Ngeri nih sendirian!”
“Eh
iya Pak.”
Akibatnya,
malam itu aku kerja tidak konsen! Masa iya, ada orang yang kita suka kita
acuhkan begitu saja? Kami ngobrol ngalor ngidul tanpa arah. Dari A sampe Z dan
aku menyempatkan untuk curi-curi pandang ke arahnya. Bowo memang benar-benar
seksi. Sepertinya dadanya keras berotot. Jadi pengen berlabuh disana. Dan
pandanganku kalau Bowo orangnya dingin terbantahkan saat itu juga. He’s friendly.
Asik dan nyambung!
Sekitar
jam sepuluh malam, Bowo pamit turun. Katanya mau ambil cemilan biar aku enggak
kelaparan. Duileh, perhatiannya. . .
Akhirnya
jam sebelas lebih pekerjaanku selesai. Sebelum aku pulang, kita sempat
ngobrol-ngobrol di parkiran. Dia sempat cerita kalau dia itu orangnya gelian.
Aku ingin sedikit menjahilinya dengan menggelitik dan mencolek-colek
pinggangnya. Haha, pokoknya malam itu memorable banget!
Aku
merasa sedang pacaran saja dengan Bowo. Becanda-becanda, saling colek, ketawa
bareng abis itu liat-liatan sambil senyum-senyum, bahagia!! Aku sama sekali
belum bahkan tidak terpikirkan ke arah seks. Aku hanya merasa nyaman dengan
Bowo dan ingin menikmati waktu kebersamaan ini lebih lama lagi. Walau mungkin
aku dan dia tidak bisa bf an, He’s straight. Setahuku sih.
“Pulang
naek apa dek?” Deg, barusan Bowo manggil aku apa? Dek? Enggak salah denger nih
kuping? Engga lagi congekkan kan aku? Biasanya dia manggil aku Pak, padahal aku
lebih muda 2 atau 3 tahun darinya.
“Kayaknya
sih taksi. Jam segini busway udah gak ada.” Jawabku dag dig dug.
“Sorry
ya, aku cuman nganter sampai depan, soalnya mesti naik lagi.” Kok bahasa dia
jadi lembut gini ya?
“Gak
papa, dianterin sampai depan juga udah seneng. Tadi juga udah ditemani lembur,
dikasih makanan lagi. Hehe.” Jawabku sambil senyum manis.
Lha,
pas aku mau naik taksi, dia dengan santai bikin aku kelojotan dengan ngomong,
“Lain kali Abang antar pulang ya.”
Weleh,
mau nganter pulang beneran ato basa basi nih? Dan sepanjang perjalanan di dalam
taksi aku senyum-senyum sendiri. Tumben amat, dia nyebut dirinya sendiri
‘Abang’. Beberapa kali sopir taksi ‘burung biru’ memperhatikanku dengan cemas
dari kaca depan, namun tidak aku hiraukan. Malam ini aku bahagia!
***
Sejak
malam itu sikapnya berubah padaku. Kalau kita bertemu atau tidak sengaja
papasan, dia pasti tersenyum ramah dan hangat. Bahkan kalau tidak ada orang dia
sering menepuk punggung dan pundakku. Dia juga sudah tidak memanggil aku dengan
sebutan Pak lagi, tapi dengan sebutan Dik. Hehe, aku senang bukan main.
Walaupun ada beberapa teman kantor yang merasa aneh dengan hal itu. Masa
dipanggil Dik oleh satpam? Tapi aku tidak menghiraukannya. Sebodo amat.
Karena
aku dan Bowo yang semakin akrab, dia mulai berani cerita tentang kehidupan
pribadinya. Termasuk pacar dan selingkuhannya! Gila, dia punya dua cewek. Cukup
sedih juga, harapanku untuk menjadi kekasihnya kandas sudah. Aku selalu
menasehatinya untuk tidak bermain api. Namun dia cuek-cuek saja. Sepertinya
Bowo tidak begitu peduli dengan cewek-ceweknya itu.
Pernah
suatu kali waktu aku pulang dia tersenyum sangat manis. Hehe, mungkin aku
kegeeran saja. Karna siapa tahu, dia tersenyum ramah pada semua orang, ya kan?
Tapi tetap saja aku senang. Bahkan ketika aku sudah keluar dari kantor dia sms,
“hati-hati di jalan ya Dik”. Siapa yang tidak berbunga coba, di sms oleh orang
kita sayang begitu?
Aku
memang berusaha sok mengakrabkan diri dengannya, dengan sms “selamat pagi”,
“apa kabar” ya hal-hal sepele seperti itu. Dan sepertinya gayungku bersambut karena
dia selalu membalas smsku. Bahkan kadang menelusupkan setitik perhatian
seperti, “jangan lupa makan”, “jaga kesehatan ya”. Coba, mana ada satpam yang
seperhatian itu?
But,
ke geeranku tidak berlangsung lama. Suatu waktu Bowo sempat memamerkan foto-foto
mesra dia dengan ceweknya. Sakit banget! Tapi aku mencoba tetap biasa saja. Hh,
susahnya mencintai cowok straight, ya tidak? Ada kejadian lucu yang sampai
sekarang pun kalau aku ingat, aku jadi makin cinta sama Bowo. Waktu itu pas jam
makan siang, aku turun ke sebuah ruangan yang memang digunakan untuk makan
siang. Perusahaanku ada katering.
Kebetulan
di ruangan itu belum ada orang, ya iyalah orang aku turun jam setengah dua
belas. Aturan makan siang jam dua belas. Maklum lah, lapar berat! Ada Bowo yang
tengah mengangkat galon ke dispenser yang memang kebetulan kosong. Lha,
bukannya itu kerjaannya cleaning service? Sudahlah, yang penting ada Bowo ini.
Dunno ya, ini hanya perasaanku saja, or may be it’s true? Kalau hanya sedang
berdua saja. Hanya ada aku dan Bowo, sikap Bowo itu romantis sekali, cara
bicaranya juga manis dan tatapan matanya itu dalem. Tapi aku meyakinkan diriku
sendiri bahwa, aku hanya ke geeran saja.
“Bang,
kok gak pernah sms aku lagi sih?” Eh, aku ikut-ikutan manggil dia abang
jadinya.
“Lha
mau sms apa? Sms kosong?” Jawabnya santai.
“Ya
sms apaan kek.” Aku mulai ‘manja’.
“Haha,
masa mau sms ‘Hi Sayang’? Gitu?”
“Ya
gitu juga boleh Bang.”
“Lah,
kayak orang pacaran dong kita.” Katanya sambil tertawa lebar. Lha emang kita
gak kayak orang pacaran? Jeritku dalam hati.
Mumpung
belum ada teman kantor yang turun, aku cerita ke dia kalau valentine kali ini
aku gak dapat cokelat. Dia hanya tertawa saja.
“Lah
malah diketawain!”
“Kamu
aneh kok Dik, kamu kan gak punya cewek! Gimana mau dapat coklat?” katanya
sambil cengengesan.
“Abang
aja lah yang ngasih coklat.”
“Kamu
suka coklat?” Aku mengangguk antusias.
“Coklat
ayam jago yang murah aja ya?”
“Terserah
deh, apapun dari Abang, aku terima kok.” Kataku. Sumpah, manjaku udah
keterlaluan banget! Tapi masak iya, Bowo enggak menangkap sinyal ini sih? Apa
karena dia straight? Lagi-lagi ini asumsiku lho.
“Iya
deh, ntar kalo kita jadian abang kasih coklat.” Aku melongo sesaat. Bowo bilang
apa tadi? Kalau kita jadian? JADIAN? JADIAN?
Belum juga kagetku hilang dia malah bilang, “Tapi kalo sayang kan gak mesti
harus ngasih cokelat kan Dik?” Dia mengedipkan sebelah matanya sambil keluar
ruangan. Oh shit! Bowo enggak lagi flirtting ke aku kan? I mean . . .
arrgggggh!! Bowo, kamu bikin aku gila!
***
Hari
Sabtu ini aku habiskan waktu dengan membusuk di kostan. Mau keluar kok rasanya
males banget. Panas! Dan yang lebih malesin lagi, ntar itu malem Minggu kan?
Bagi jomblo sepertiku, malam Minggu itu neraka jahanam! Aku masih berada di
kasurku. Ngulet kanan kiri, mungkin ini kasur ada magnetnya. Buktinya, aku
belum juga beranjak dari kasur ini dari sejak aku bangun tadi.
Aku
mengambil hapeku yang berbunyi karena ada sms masuk. Dari nomor tak dikenal.
Males sih, tapi aku buka juga.
Lagi dimana?
Itu
bunyi smsnya. Siapa ya? And you know who? It’s Bowo! Yup! Bowo! Karena aku
tidak percaya, aku sempat membalasnya begini.
Ini beneran Abang?
Iya
Lha buktinya apa?
Aku
memang sedang tidak bisa menelepon. Karena selain beda operator, aku lagi drop
pulsa. Baru saja pulsaku habis untuk paketin Bbku.
Kayak pacaran aja pake bukti segala.
Aku
hanya senyum-senyum saja, okay berarti ini memang Bowo.
Iya deh, aku percaya
Lagi dimana?
Di Kostan aja Bang
Malam Minggu mau kemana?
Aku
melotot sejadi-jadinya? Maksutnya apa nih? Dia mau ngajakkin aku malam
Mingguan? Yakin? Sumpeh?
Membusuk di kostan Bang, Abang sendiri?
Haha, malam Mingguan sama Abang yuk?
Kyaaaaaaaaa,
kyaaaaaaaaa, kyaaaaaaaaaaaa. Asli, aku kayak perawan mau diapelin pacar
pertamanya. Seneng banget! Diajak Malam Mingguan sama Bowo! Akhirnya kita
janjian buat ketemu di Mall Artha Gading yang dekat dengan tempat tinggalku. Eh
ketahuan deh aku tinggal dimana. Aku dan Bowo pengen nonton Percy Jackson. Agak
aneh juga sih, malam Minggu malah nonton sama cowok. Tapi sebodo lah, orang aku
suka dia sih.
Pas
nunggu studionya dibuka, kita becanda-becanda dan saling ngobrol ngawur. Tak
jarang aku mencolek pinggangnya karena dia memang gelian orangnya. Sampai
akhirnya dia meluk dari belakang sambil bilang, “Kamu bikin gemes deh Dek!”
tangannya pun sambil menoel pantatku.
Jiah,
mulai nakal dia! Tapi gak papa, aku suka kok. Didalam bioskop pun dia tidak
risih merangkul pundakku. Kebetulan kita duduk di barisan belakang dan paling
pojok lagi. Haha.
Tapi
surprisenya tidak berhenti disitu, dia ternyata ingin menginap di kostanku. Ya,
kalau dia pulang memang kejauhan sih. Aku sih tidak menolak, lagipula, aku juga
sudah bertekad akan menembaknya malam ini. Diterima syukur, ditolak uda resiko,
temenan aja hayuk, kalo dijauhi dan dibenci ya uda nasib. Setiba di kostanku,
awalnya Bowo agak kaku. Tapi lama-kelamaan dia nyantai juga. Sambil nonton tv
dan ngobrol aku sering curi-curi pandang ke arahnya. He’s so cute but sexy on
the same time!
“Abang
kok gak Malming sama pacarnya aja?” Aku mulai membuka percakapan.
“Lho,
kamu juga pacarku kan?” Weleh? Becanda? Serius? Modus? Atau ngasih sinyal nih?
“haha,”
Aku hanya bisa tersenyum dipaksakan. Salting sendiri abisnya! Nah, pas aku udah
nyiapin kata-kata buat nembak Bowo, eh malah dia curhat soal pacarnya. Lidahku
jadi kelu. Semua kata yang sudah aku susun di otakku buyar begitu saja. Haha,
aku memang ke geeran saja sepertinya. Mungkin Bowo memang ramah pada semua
orang. Akhirnya malam itu aku malah jadi tempat sampahnya. Dia curhat tentang
ceweknya dari a sampe z. Intinya sih, dia lagi bete berat sama pacarnya.
Sudahlah.
Bahkan,
sewaktu tidur pun aku sengaja memunggungi dia. Entahlah, hatiku perih saja
mendengar curhatan Bowo tentang pacarnya. Andai dia tahu perasaanku.
***
Sejak
malam itu, aku memutuskan untuk agak menjauhi Bowo. Bagaimanapun juga, aku
ingin menyerah dan mencari laki-laki lain yang memang bisa mencintaiku.
Mengharapkan cinta dari Bowo sama saja seperti pungguk merindukan bulan. Tak
tergapai, dan aku sudah menyerah. Satu hari, dua hari aku berusaha untuk
menghindarinya. Hanya tersenyum tipis dan terkesan jaga jarak saat tidak
sengaja berpapasan dengannya. Semoga aku bisa cepat mengusir namanya dari
hatiku.
Saat
istirahat siang, aku tengah bercanda dengan Denny. Ceritanya kita abis makan
siang dan karena jam belum menunjukkan angka satu, aku memutuskan untuk tetap
tinggal di ruang makan. Iseng-iseng aja lah. Lumayan, disini wifi nya kenceng.
Dan ternyata ada Denny juga yang masih tinggal. Denny itu, anak marketing di
lantai dua. Walaupun tidak akrab, tapi aku kenal lah sama dia. Secara kita satu
kantor. Awalnya kita Cuma ngobrol basa-basi, tapi tidak disangka kalau Denny
orangnya kocak parah. Alhasil kita jadi cepat akrab dalam hitungan menit. Saat
itu aku tanpa sengaja melihat Bowo yang akan masuk ruangan. Mungkin dia mau
makan siang, secara aku masih melihat ada dua box makan siang yang belum
dimakan. Namun saat melihatku dan Denny, Bowo tidak jadi masuk. Kenapa?
Aku
memang duduk berdempetan dengan Denny karena aku tengah menonton video di
handphone Denny yang emang kocak abis.
Tak
selang berapa lama, aku melihat di profil BB Bowo tertulis status, “Nah lho,
kepergok kan lagi selingkuh” dengan disertai icon broken heart. Maksutnya? Ini
buat aku? Ah sudahlah, jangan ge er! Pas sore mau pulang, aku pengen sengaja
menyapanya. Sudah tiga hari enggak bercanda-canda sama Bowo. Kan kangen juga
akunya. Tapi pas aku lewat didepannya, gantian aku yang dicuekkin! Asli,
ngeselin nih orang lama-lama. Tapi mau gimana lagi? Akunya cinta! Eh,
jangan-jangan dia ngambek lagi ya? Atau cemburu melihat aku dan Denny tadi
siang! Sudah, jangan geer!
***
Minggu
ini aku ambil cuti 3 hari. Sengaja memang, karena aku memang ingin pulang
kampung. Kangen Ayah, Ibu, kakak dan adekku. Rindu halaman kampung juga.
Pengennya sih, sebelum aku ambil cuti kemaren, aku sudah baikan sama Bowo tapi
ya sudahlah. Toh, kita gak pacaran ini. Cintaku bertepuk sebelah tangan!
Pas
hari Kamis, niatku sih aku mau libur seminggu. Kamis dan Jum’at aku mau bolos.
Tapi ternyata aku tidak bisa. Udah kangen banget sama Bowo. Bayangin aja, dari
Sabtu ampe Rabu aku kaga ketemu dia. Gimana enggak kangen coba?
Dan
sengaja aku bawakan oleh-oleh dari kampung yang beda dari yang lainnya spesial
untuk Bowo. Hehe, urusan untuk agak menjauhinya aku stop saja. Ternyata lebih
sakit soalnya.
Pas
aku melihatnya aku agak termenung. Makin unyu aja sih ini satpamku. Pantes aja
banyak karyawan sini yang suka ganjen ke Bowo. Karena waktu itu sedang banyak
orang, aku hanya sempat menyerahkan oleh-olehku ke Bowo sekedarnya. Nekad dan
hanya bilang, “Bang ini Bang.” Terus ngeloyor pergi. Abis malu juga sih! Bowo
juga hanya mengucapkan terima kasih singkat. Mungkin karena banyak orang kali
ya.
Pas
aku mau masuk lift, aku sengaja menoleh ke arahnya. Dan ternyata dia pun sedang
menoleh ke arahku sambil senyum-senyum. Senyum dan tatapan yang sama seperti
dulu. Haduh, senyuman dan tatapannya itu bener-bener menggoda iman! Ngeselin
tuh orang! Hehe.
Siangnya
ada BBM dari Bowo, “Makasih ya oleh-olehnya. Enyak!”
“Sama2.”
Balasku singkat. Eh dia malah balas lagi dengan icon big hug. Uuhh, so tuit!
Akhirnya aku jadi BBMan lagi sama Bowo. Di kantor sambil kerja dikit-dikit
bales BBM dia. Haha, kocak! Kayak orang pacaran baru baikkan lagi abis
ngambek-ngambekkan!
Pas
mau makan siang, aku tidak sengaja melihat Bowo sedang mengambil AQUA di
pantry. Karena ini kesempatan langka, aku bisa mengamati Bowo dari belakang.
Bokongnya semekel banget! Kokoh dan berotot! Tanda kalo pejantan tulen, sexy!
Eh, ternyata pandanganku kepergok oleh Bowo. Dia lalu senyum-senyum gaje.
Waduh, malunya aku.
Tidak
berapa lama, profill BB Bowo statusnya sudah berganti. “Hayo, kamu ketahuan
ngintip abang, kangen ya?”
Hahaha,
aku langsung senyum-senyum sendiri bacanya. Kena banget plus dalem! Sempet
mikir juga sih, apa Bowo pasang DP itu khusus buat aku? Kocak nih ah satpamku.
Padahal kita gak pacaran. Apa sebenarnya Bowo ada rasa untukku? Atau hanya
sekedar iseng saja? Ah, bingung!
Hari
ini aku kena lembur lagi. Apes! Gimana gak apes? Tadi meeting dengan client
alot banget! Mana belum ada kesepakatan lagi! Jadi ya harus ada pertemuan
tambahan lagi. Dan si bos nyuruh aku untuk memperdalam materi presentasi agar
client lebih cepat percaya. Dampaknya, aku masih terdampar di ruanganku. Alamat
pulang malam dan besok harus berangkat lebih awal. Menyebalkan tuh client! Awas
aja kalo engga jadi deal ntar!
“Lembur
Dik?” aku agak kaget juga, karena tadi sudah tidak ada orang di lantai tiga
ini. Ternyata Bowo yang masuk ke ruanganku.
“Iya
nih bang. Padahal aku capek!”
“Mau
abang pijitin?” Eh? Penawaran yang lumayan mengundang gairah nih.
“Boleh
Bang! Pada kaku nih badan!”
“Ntar
aja ya Dik kalo Adik udah selese kerjaannya. Nanti pijitnya di lantai empat
aja.” Aku mengangguk pelan. Lantai empat memang ada tempat khusus untuk sholat.
Engga terlalu besar sih, tapi muat lah untuk tiduran lima orang.
“Abang
turun bentar ya Dik.”
“Iya
Bang!” aku jadi semangat nih! Gila aja, ntar bakal dipijitin Bowo. Ahuiy! Aku
cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanku. Haha, engga sabar nih ceritanya!
***
“Kemejanya
dibuka aja Dik, sayang ntar kalo kena minyak telon.” Iya juga sih. Mana ada
pijetan masih pake kemeja coba? Akhirnya aku melepas kemejaku, tapi masih
memakai celana panjang. Anjirr, kalo celana panjangnya aku lepas juga,
sempakkan doang donk aku?
“Badannya
pada kaku nih. Jarang olahraga ya Dik?” aku hanya cengengesan. Mana sempet
olahraga coba? Sampe kostan aja jam tujuh malam. Pijetan Bowo enak banget
ternyata. Walaupun tangannya kekar, tapi pijetannya lembut. Wah, tipe ideal
buat dijadiin pacar nih! Haha.
“Adek
laki-laki tapi kok putih mulus gini, perawatan ya?” Bowo nanya lagi.
“Engga
Bang, ini mah udah dari lahirnya sono kok.”
“Masak?
Jarang lho cowok mulus gini kulitnya, gak belang sama sekali.” Aku
senyum-senyum sendiri. Bowo agak keterlaluan juga nih mujinya, aku kan jadi
makin cinta. Ahihir!
Buat
catatan kalian aja ya! Kalau kalian berharap ada pijetan erotis, kalian kecewa.
Sama sekali tidak ada! Padahal aku juga sedikit berharap. Namun Bowo mijitnya
normal-normal saja. Kandas dah.
“Adek
mau gak jadi pacar Abang?” Aku yang tengah dipijet Bowo langsung duduk tegak
berdiri. Kenapa nih sama Bowo? Lagi iseng-iseng berhadiah atao mau ngerjai aku
nih?
“Abang
gak lucu!”
“Abang
serius dek! Kamu beda!”
“Abang
gay?” Aku bertanya agak pelan.
“Engga
donk, abang bukan gay.” Aku memutar kedua mataku.
“Lha
tapi abang nembak aku barusan. Aku kan juga laki-laki bang!” aku agak engga
terima donk. Masa dia ngaku bukan gay? Padahal baru saja nembak aku! Dia anggap
aku perempuan apa?
“Iya,
abang tau! Orang abang cintanya sama Adek aja. Nafsunya sama Adek aja. Kalo
sama laki-laki lain abang gak nafsu.” Paparnya pendek.
“Kalo
sama Ro’i?” Ro’i itu salah satu cowok cakep di kantorku.
“Engga.”
“Denny?
Nafsu engga sama Denny?”
“Engga.
Nafsunya Cuma sama adek.”
“Kalo
sama Mb. Anita?”
“Hehehe,
itu abang masih mau!” Bowo menjawab dengan cengengesan. Uuhh, minta dicipok
basah nih!
“Ganjen!
Pantesan suka dua-duaan sama mb. Anita!”
“Adek
cemburu ya?” katanya sambil mengerling menggoda.
“Itu
kan karena aku sayang sama Abang.” Aku malu-malu kucing menjawabnya.
“Berarti
adek mau donk jadi pacar abang?” Aku kembali mengangguk malu-malu. Tidak aku
sangka-sangka dia memeluk dan langsung mencium keningku. Aduh, ternyata aku
tidak perlu nembak Bowo. Dia udah nembak aku duluan. Anjiiiirr.
“Trus
pacar sama selingkuhan abang gimana?”
“Udah
abang putusin demi adek.” Aku tersenyum dan kembali kedekapan dadanya yang
bidang. Aah, satpamku, pacarku!!
Tamat
yeeeeeeeee.
Ini sebagai gambaran aje ye, buat imajinasi kalian.
tokoh Mukti Wibowo
Ini Tokoh AKU.
Eh, What's my name? Masih blom pada tau ya? Hahahah
ih ganteng
BalasHapuspantes mas bowo suka
iya, bagus juga ceritanya..
Hapushah... cuma nembak trus peluk-peluk aja gitu?
BalasHapusHmmm...php nii crita'a
BalasHapus