FOLLOW ME

Sabtu, 23 Februari 2013

DESSIRE, SEX AND PASSION last part


Malam ini Lucas tidak bisa memejamkan matanya. Untuk alasan apa, Lucas pun kurang tahu. Dengan langkah perlahan, Lucas keluar dari pondoknya.Angin laut di malam hari yang cukup hangat dirasakan Lucas membelai wajahnya.Lucas menghembuskan nafasnya perlahan. Drew McLinn, kenapa pria itu terus berputar putar dibenaknya? Mata tajamnya, cara dia berbicara. Ya Tuhan!! Jangan sampai aku jatuh cinta padanya!! Dan mungkin inilah yang disebut dengan takdir.Orang yang sedang dipikirkannya tiba tiba muncul dari pintu pondok sebelah.
“tidak bisa tidur hem?”, Lucas tercekat. Penampilan Drew saat ini membuat otaknya tidak bisa berpikir.Hanya dengan celana pendek pas badan membuat semua tonjolan otot Drew terpapar jelas.
“ya”, jawab Lucas setelah berhasil menguasai emosinya.Pikirannya seperti di aduk aduk.Benaknya dipenuhi oleh bayangan bayangan Drew jika celana pendek itu dilepaskan.
“kau lebih manja dari yang aku kira”, kali ini Lucas tercekat mendengar penuturan Drew yang sangat blak blakan. Detektif kepolisian itu menyenderkan tubuhnya pada salah satu tiang utama pondok.
“maksudmu?”, pertanyaan itu seperti diabaikan. Namun, Lucas langsung memasang semua indranya untuk siaga begitu Drew berjalan mendekatinya.
“kau sepertinya sangat kelelahan”, kata Drew. Berdiri sangat dekat di depan Lucas.
“kau tidak menjawab pertanyaanku Mr. Drew McLinn. Mengapa kau bisa berasumsi jika aku anak yang manja?”, Drew terkekeh pelan. Matanya menatap kedalam manik manik mata Lucas.Mencoba untuk membuat Lucas larut didalam perasaan yang sedang dialaminya.
“kau lebih manja dari kakak perempuanmu!! Kau tanya mengapa? Karena kau lari sedangkan kakakmu tetap berdiri kokoh!!”
“aku tidak melarikan diri!!”, penyanggahan yang terdengar dari bibir Lucas justru terdengar seperti mengiyakan apa yang dikatakan Drew barusan.
“hmm? Lalu kau sebut ini apa? Liburan?”, Drew sepertinya benar benar ingin membuat Lucas marah.
“aku memang butuh waktu untuk berlibur. Dan ini bukan urusanmu!!”, Lucas berkata sambil berbalik pergi. Namun belum sempat mencapai pintu pondoknya, tangan Lucas dicengkram kuat oleh Drew.Memaksa Lucas untuk kembali berhadapan dengan dirinya. Mereka hampir sama tinggi. Dengan tiba tiba pula, bibir Drew merampas ciuman dari Lucas.Mendapat serangan yang tiba tiba, Lucas sempat meronta sesaat.Tetapi ciuman ini.Ciuman dari Drew ini benar benar menghipnotisnya.Antara sadar dan tidak, Lucas berusaha untuk menolak ciuman ini.Namun, sisi primitive dalam dirinya sepertinya tidak rela jika ciuman ini berakhir begitu saja.Malah, sedikit demi sedikit Lucas mulai membalas ciuman itu.mereka saling memagut. Lidah mereka saling bertaut. Lucas lupa segalanya, lupa jika yang sedang berciuman dengan dirinya adalah orang yang seharusnya ia jauhi. Lupa dengan Josh kekasihnya.Bahkan melupakan beban pikiran yang begitu menghantuinya akhir akhir ini.Setelah waktu yang cukup lama, Drew melepaskan ciumannya.
“sudah lama aku menginginkan ini. Bahkan sampai ingin mati rasanya”, kata Drew singkat. Ingin rasanya Lucas membalas ucapan Drew, namun belum sempat ia mengutarakannya, Drew sudah menciumnya kembali. Bahkan Lucas tidak keberatan saat Drew melepas seluruh pakaiannya hingga dirinya telanjang bulat.Drew yang bergerilya menelusuri tubuhnya dengan jari dan juga lidahnya begitu lembut.Lucas merasa dihargai, sentuhan sentuhan ringan dan juga belaian belaian lembut jari jemari Drew di atas kulit polosnya membuat Lucas menggelinjang tidak tahan.
“aku seperti orang gila!!”, desah Lucas tertahan saat jemari Drew menyapukan sentuhannya pada kejantanannya yang tengah berdiri kokoh layaknya mercusuar.
“aku tidak menyangka jika aku akan menyukai benda yang bahkan aku punyai sendiri!!”, Lucas ingin tertawa mendengar perkataan Drew barusan namun ditahannya. Perlakuan Drew benar benar lembut namun kuat.Kuat membawa Lucas untuk masuk kedalam pusara badai gairah yang diciptakan oleh Drew.Drew menjauh sedikit untuk melepas celana pendeknya yang membuat Lucas sedikit tercekat.Tubuh polos milik Drew mampu membuat Lucas tertegun untuk sesaat.Otot otot yang terletak begitu pas dan enak dilihat.Bulu bulu halus yang sedikit menumbuhi dadanya dan membentuk satu garis tipis yang melewati pusar dan bermuara di pangkal pahanya.Seksi, hingga membuat Lucas ternganga karena mengagumi keindahan lelaki dihadapannya.
“aku menginginkanmu”, bisik Drew lembut ditelinga Lucas. Lucas hanya mampu mengangguk, entah mengapa bibirnya serasa kelu untuk mengungkapkan perasaan yang meluap luap didalam hatinya.Sekarang yang berbicara adalah insting binatang.Tidak ada lagi logika, tidak ada lagi kata tabu.Entah mengapa bersama Lucas, Drew tidak begitu menanggapi keganjilan yang sedang terjadi.Bahkan Drew dengan santai membaringkan Lucas di lantai.Tangannya mengusap usap lubang milik Lucas. Lubang itu serasa sempit, bahkan saat jarinya berusaha masuk pun masih dirasa sangat susah.
Lucas sendiri hanya diam. Sebenarnya, Lucas belum pernah sama sekali berada di posisi ‘bawah’. Hanya saja, entah perasaan apa yang merasukinya Lucas hanya ingin membuat Drew bahagia. Membuat Drew bisa meneguk kepuasan atas tubuhnya.Bahkan ketika kejantanan Drew menerobos masuk keperjakaannya, Lucas menahan diri untuk tidak berteriak.Air mata itu turun perlahan dari bola mata Lucas yang berwarna hazel.Ya Tuhan, aku mencintai pria ini.Teriak Lucas dalam dirinya.Aku sudah tidak bisa memungkiri perasaanku lagi sekarang. Mungkin mereka tidak akan bersama, namun malam ini Lucas ingin mereguk kenikmatan ini bersama Drew. Bukan sebagai Lucas George Crandall dan juga bukan dengan Drew McClinn.Namun layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk oleh nafsu, birahi dan cinta.
***

Lucas terbangun dengan tubuh yang dirasanya pegal pegal.Seluruh tubuhnya serasa remuk, wajar saja jika mengingat permainan mereka semalam.Lucas tersipu sedikit mengingat kejadian semalam.Leher, dada, perut bahkan daerah terintimnya saperti membengkak, merah dan terlihat seperti habis dilahap habis habisan. Dimana Drew? Pikir Lucas begitu dirasa dia terbangun sendirian.Telanjang bulat dan berada di teras pondoknya.Mengapa aku begitu bodoh dan ceroboh? Tertidur di depan pondok? Bagaimana jika ada yang melihatnya? Bodoh sekali aku!! Rutuk Lucas didalam hatinya.Sayangnya, pergulatan hati itu tidak terjadi dalam waktu yang lama.Pandangannya tertuju pada Drew yang baru saja muncul dari lautan.Mata Lucas semakin melotot saat dilihatnya Drew berenang tanpa sehelai benangpun.Dia terlalu percaya diri atau tidak tahu malu? Berbeda sekali dengan Josh. Bukan berarti Josh pemalu, tidak!! Josh bukan lelaki pemalu, hanya saja Josh telanjang pada saat yang tepat. Pada waktu mandi atau tidur saja. Sedangkan Drew? Rasanya bebas sekali menjadi dirinya.Telanjang kemana mana.
“kau sudah bangun”, Drew menyapanya sambil duduk disamping Lucas yang sedikit banyak membuat Lucas terlonjak sebentar tadi. Lucas hanya mengangguk sambil mengambil celana pendek yang terletak persis di depannya.Dengan sedikit sungkan Lucas memakainya.
“kenapa kau memakai celana? Toh aku sudah melihat punyamu semalam”, Lucas mendesis  pelan. Karena mereka berada di luar rumah!! Ingin rasanya Lucas meneriakkan itu, namun diurungkannya.Entah kenapa, sekarang dirinya tidak bisa berkata kata.Perlakuan perlakuan Drew semalam kembali membayang dibenaknya yang membuat Lucas kembali tersipu malu.Lucas tahu, ini bukan pengalaman dia pertama kali berhubungan intim dengan pria.Hanya saja, Lucas merasa bersama Drew segala sesuatunya menjadi berbeda.
“kau diam saja, atau kau menyesal?”, kali ini Lucas juga tidak menjawab pertanyaan dari Drew barusan. Lucas hanya menggelengkan kepalanya.Drew tersenyum ringan sebelum akhirnya membawa Lucas kedalam pelukannya.Rasa damai itu kembali merasuk ke dalam sanubari Lucas. Perasaan ini sama dengan perasaan sewaktu dirinya dipeluk oleh ayahnya dulu. Tanpa diduga oleh Drew, Lucas mulai terisak di dadanya. Entah karena apa, Drew juga kurang tahu. Hanya saja, insting melindunginya bangkit.Rasanya tidak ingin hal apapun bisa menyakiti Lucas.
“aku lelah. Aku letih mencari perhatian ayahku.Aku berbuat onar, aku mencoba berbuat criminal.Itu semua karena aku ingin mendapat perhatian ayahku seperti dulu lagi.Ayahku sekarang tidak pernah peduli. Sama sekali tidak peduli dengan apa yang aku lakukan. Aku lelah”, Drew hanya diam. Tangannya membelai punggung Lucas dengan penuh sayang.
“lalu masalah Federline ini!! Aku bukan pembunuhnya.Aku memang ada niat untuk membunuhnya, namun aku tidak pernah punya nyali.Aku sebenarnya hanyalah pengecut yang bersembunyi dibalik sifat angkuhku”, Drew kali menghembuskan nafasnya perlahan.Sedikit menyukuri kepengecutan Lucas. Mungkin jika Lucas bukan pengecut, dirinya dan Lucas tidak akan berada disini, berdua dan dalam keadaan hampir sama sama telanjang.
“aku mencintaimu Drew”, kata kata yang keluar dari bibir Lucas barusan membuat Drew kaget dan tercekat. Segera berdiri dan bergegas meninggalkan Lucas begitu saja.Bahkan perbuatan Drew ini sempat membuat Lucas termangu sesaat dan kemudian mengumpat keras.
***

Lucas masih tidak bisa terima dengan apa yang telah diperbuat oleh Drew kepadanya saat liburan kemarin. Apa yang telah aku lakukan coba? Sehingga membuat Drew kabur begitu saja. Seakan akan tidak pernah menganggap istimewa apa yang telah mereka lakukan malam sebelumnya. Arrrrrgghh, ingin rasanya Lucas membanting apa saja yang berada di kamarnya.
Drrt drrt drrt
“hallo”, jawab Lucas singkat. Mencoba untuk menutupi emosi yang sedang bergejolak didalam hatinya.
“hi sayang. Kau sudah pulang?”
“hi Josh. Ya baru saja aku kembali. Ada apa?”, entah kenapa Lucas merasa perasaannya terhadap Josh mati. Tidak ada rasa rindu untuk kekasihnya saat ini.Justru yang ada dibenaknya malah detektif tampan yang sudah memporak porandakan hatinya.
“pistolmu. Kau akan mengambilnya kapan?”, Lucas termenung sedikit. Pistol yang dulu akan digunakan untuk membunuh Federline namun tidak jadi. Lucas melupakan sama sekali fakta bahwa pistol itu masih berada di tangan Josh.
“nanti aku akan ke rumahmu”
“oke, aku akan tunggu sayang. I love you”
“ya”, jawab Lucas singkat lalu memutuskan  sambungan teleponnya. Rasanya kurang pas jika dirinya menjawab ‘I love you too’. Kata kata itu sekarang kurang tepat  di ungkapkan untuk Josh. Lebih tepat diungkapkan untuk Drew!! Hah!! Lucas mendengus kesal sendiri. Mengapa dirinya begitu memikirkan pria brengsek itu sedangkan pria itu mencampakkan dirinya begitu saja di depan pondok penginapannya. Oke, mereka memang tidak pacaran.Namun setidaknya, karena mereka baru saja berhubungan seks, tidak terpikirkankah Drew untuk sedikit memberinya pengertian kenapa dirinya pergi begitu saja. Bahkan hingga saat ini, Drew belum menghubunginya sama sekali. Dasar lelaki brengsek!!
Sambil terus mengumpat, Lucas mengambil kontak kunci mobil Ferrarinya dan segera berlalu menuju garasi. Melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan bisa membuat polisi yang sedang patroli melihatnya menjadi  putus asa untuk mengejarnya. Dengan sedikit kasar memarkirkan mobilnya di pekarangan halaman rumah Josh. Lucas tidak mendapati polisi yang berjaga di rumah ini.Apakah kasus ini sudah ditutup? Tidak mungkin!! Dengan berjalan agak cepat, Lucas berjalan ke arah pintu dan membukanya. Namun, sebelum sempat berjalan lebih jauh memasuki rumah kediaman Josh. Benda keras menghantam kepalanya.Lucas sempat mengerang sesaat sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
Lucas seperti mendengar orang orang berbicara disekelilingnya.Dengan sedikit usaha, Lucas membuka matanya.Cahaya temaram yang tidak terlalu terang membuat pandangannya agak kurang fokus.Lucas melihat sekeliling dan melihat Jasmine yang di ikat tepat didepannya.
“Jasmine”, Lucas berusaha mendekat.Namun, usahanya gagal karena dirinya baru saja menyadari jika keadaannya juga terikat.Jasmine menggunakan bahasa bibirnya agar Lucas diam. Lucas mengerti dan kemudian pura pura kembali tidak sadarkan diri.Tidak berapa lama, Lucas mendengar pintu dibuka.
“kau terlalu keras memukulnya honey”, suara itu Lucas kenal. Sangat kenal.
“tapi dia tidak akan mati, sebentar lagi juga pasti akan terbangun”, sekarang Lucas mengumpat di dalam hatinya. Suara ini jelas adalah suara ‘orang’ itu.Mengapa dia memukulku?Mengapa juga dia mengikatku dan Jasmine? Ada apa sebenarnya?
“oh cantik, kau ingin melenyapkanku? Sayang sekali, karena justru aku yang akan melenyapkanmu terlebih dahulu”
“kau bajingan!!”, Jasmine berteriak.
“ya ya ya, terserah kau. Yang pasti, tinggal menunggu jam untuk membuat keadaanmu sama seperti ayah kandungmu, Federline”, kali ini perkataan orang itu membuat Lucas benar benar terkejut.Federline?Ayah kandung Jasmine?Mengapa bisa?Kalau memang seperti itu kenyataannya, lalu kenapa Jasmine begitu membenci Federline?Berbagai pertanyaan berputar putar dalam diri Lucas.Ingin sekali Lucas membuka matanya dan benar benar memastikan bahwa suara yang dia dengar hanya mirip dengan suara orang yang begitu dia sayang.Namun Lucas bahkan tidak siap untuk menerima kenyataan itu.Batinnya perang dan bergejolak.Mungkinkah dia tega membunuhku juga?
***

“tuan muda Crandall tidak berada di dalam rumah Mr. McLinn”, pembantu muda itu mengucapkannya pada Drew yang tengah mencari Lucas.
“kalau tuan besar George Crandall?”
“tuan besar kebetulan sedang dalam perjalanan bisnis keluar negeri Mr. McLinn”
“kalau begitu aku ingin bertemu dengan nyonya Crandall”, pembantu itu sedikit mengerucutkan bibirnya sebelum akhirnya menuntun Drew menuju sebuah ruangan. Drew, tercekat sesaat menatap wanita yang sedang duduk diatas kursi roda.Drew sempat menduga jika Nyonya Crandall memiliki rambut hitam, namun ternyata rambutnya pirang keemasan.Sama persisi dengan milik Lucas.Seraut wajah yang masih tampak cantik dan anggun.Namun, ada satu hal yang mengganjal di pikiran Drew, darimana Jasmine bisa memiliki rambut sehitam itu?Karena setahu Drew, Mr. Crandall pun memiliki rambut pirang.Atau itu hanya warna rambut yang sedang di cat?
“Mrs. Crandall?”, wanita itu menoleh lalu tersenyum kepada Drew.
“kau pasti Drew McLinn”, Drew hanya menyunggingkan senyum ringan. Sekarang Drew tahu darimana Lucas mendapatkan ketampanannya. Rambut pirang keemasan, mata hazel, kulit putih susu. Mungkin sifatnya saja yang menurun dari sang ayah.
“apa kabar Mrs. Crandall?”, tanya Drew sambil menghampiri wanita itu dan mencium tangannya. Wanita itu menyunggingkan senyum ringan.
“aku baik Drew. Panggil saja aku Faith. Ada apa kau menemuiku Drew? Bukankah kau seharusnya menemui Luke?”, Drew tertegun. Mengapa wanita ini bertanya seperti itu?
“kau mengada ada Faith. Kalau aku boleh tahu, apa yang menyebabkanmu bisa duduk di atas kursi roda ini Faith?”, Drew berusaha mengalihkan pembicaraan. Lucas, betapa dia rindu sekali dengan pemilik nama itu. Namun Drew sudah bertekad, dia akan membuktikan bahwa Lucas Crandall tidak bersalah. Dengan begitu mereka bisa hidup berdua dengan tenang.
“kecelakaan membuatku lumpuh Drew”, kali ini Drew kembali bingung. Faith Crandall pernah kecelakaan?Mengapa berita ini tidak tersebar luas waktu itu?kota ini kecil, lantas mengapa berita ini tidak pernah muncul ke permukaan? Sengaja disembunyikankah?
“kau pasti bertanya tanya kenapa berita ini tidak menyebar Drew, karena George menutupinya. Dia tidak ingin dunia tahu bahwa istrinya sedang mabuk saat mengendarai mobilnya”, Ya Tuhan.
“lalu kenapa masyarakat tidak curiga? Kalian pasti harus menghadiri pesta pesta besar, jamuan jamuan khusus misalnya”, Faith sedikit mendung saat mendengar pertanyaan itu dilontarkan dari bibir Drew.
“George selalu mengajak Jasmine”,  sekarang Drew seperti disengat listrik. Mereka memiliki fisik yang sama persis. Jika tidak dicermati betul, mereka bahkan seperti kembar.Kecuali bola mata dan rambut Jasmine yang berwarna hitam pekat. Namun, itu masih bisa diakali kan?
“Jasmine menjadi Faith?”, kali ini Faith hanya mengangguk.
Drew ingin berbincang bincang lebih banyak lagi dengan Faith Crandall, namun ponselnya berbunyi.
“sebentar Faith”, Faith hanya mengangguk.
“ya Steve, ada apa?”
“bukti ini pasti akan mempengaruhi pandanganmu tentang Lucas Crandall”
“apa itu?”
“seperti yang kau perintahkan kemarin, kami menyelidiki riwayat keluarga Crandall. Cukup sulit karena pihak rumah sakit begitu tutup mulut soal ini.Namun ada seorang suster, kau tahu kan jika wanita sudah di atas ranjang dan orgasme mereka bisa menceritakan apa saja?”
“bisa kau percepat?”, tanya Drew tidak sabar.
“Jasmine bukan anak dari George Crandall, hanya Lucas lah anak kandung mereka”
“apa?!”
“kau belum seharusnya terkejut. Ada fakta yang lebih wow lagi. Jasmine anak kandung Federline”, Drew tercengan sesaat.Kemudian beberapa adegan terlintas dibenaknya.Pertanyaannya adalah, apakah Federline juga tahu jika Jasmine anak kandungnya?Jelas tidak tahu.Inikah yang selalu menyebabkan keluarga Crandall dan Federline bertengkar? George Crandall!! Aku yakin dia lebih tahu banyak dan mungkin juga, dia lah pembunuhnya. Drew sempat tercengan sendiri dengan pemikirannya, George pembunuh Federline? Ya Tuhan!! Itu bukan suatu perkara yang sulit. George selalu mengajak Jasmine dan. . .
“aku tahu sekarang!!”
***

“bangun kau”, Lucas merasa dirinya disiram air dingin. Dengan sedikit mengumpat Lucas membuka matanya dan mengucapkan sumpah serapah.
“kau!!”
“apa? Kau terkejut Luke? Sekarang aku akan membungkam mulutmu. Aku mencintaimu Luke, sungguh!! Namun aku lebih mencintai keselamatan diriku sendiri”, pria itu menekan pelatuk pistolnya perlahan.Namun, dia dikagetkan dengan suara decit ban mobil yang di rem mendadak.
“sial, siapa lagi ini!!”, teriak pria itu dan keluar dari ruangan gelap gulita ini. Lucas mendengar pria itu membuka pintu dan bercakap cakap dengan seseorang.Itu suara Drew, Ya Tuhan.
“Drew!! Aku disini!!”, teriak Lucas sekencang yang dia bisa. Kemudian terdengar suara tembakan itu. Sial!! Drew kah yang tertembak? Lucas kembali mengumpat saat pria busuk itu membuka pintu dan berdiri dengan congak disana.
“sayang sekali pahlawanmu tertembak Luke!! Lihat kakakmu yang sedang sekarat itu”, Lucas menoleh ke arah dimana Jasmine berada.
“Jasmine!!”
“owh owh owh, kalian menyedihkan sekali. Kau tahu mengapa aku membunuh Federline?Karena aku membenci fakta bahwa istriku masih mencintainya hingga saat ini.Kau juga mau tahu kenapa aku membunuh Jasmine?Karena dia sudah tidak berguna lagi.Dan kau ingin tahu kenapa aku ingin membunuhmu? Karena aku tidak butuh pewaris untuk kekayaanku”
“keparat kau!!”
“tidak perlu mengumpat Luke, karena sebentar lagi kau juga akan menyusul sundal itu”, belum sempat pria itu menarik pelatuk, sebuah kayu besar menghantam kepalanya.
“kau lupa fakta tentang detektif jaman sekarang Mr. George Crandall. Bahwa mereka selalu menggunakan baju anti peluru”
“Drew, tolong kakakku!!”, teriak Lucas.
***

1 tahun kemudian. . .
“kau masih memikirkannya?”, Lucas menoleh dan menatap orang yang baru saja dinikahinya tadi siang.
“tidak”
“lalu apa yang kau pikirkan Luke? Jasmine pasti sudah bahagia di alam sana. Dia bangga memiliki adik sepertimu”
“aku tahu, hanya saja aku tidak mengira jika masa depan Jasmine akan seperti itu”, orang yang dinikahinya tadi siang itu memeluknya. Memberikan rasa nyaman yang tiada terkira.
“itu sudah satu tahun berlalu Luke. Ngomong ngomong, apa yang akan kau lakukan dengan harta warisan ayahmu?”
“aku akan menggunakannya untuk mengobati Mom, kata Dokter ada kemungkinan kecil Mom bisa berjalan lagi. Dan mungkin aku akan membuka usaha baru”
“aku bangga padamu dan aku sangat mencintaimu”, Lucas tersenyum ringan sebelum akhirnya membalikkan badannya dan balas memeluk orang yang paling dia cintai seumur hidupnya.
“kau tahu mengapa aku akhirnya mau menikah denganmu?”
“katakan!!”
“karena kau detektif polisi dan karena aku lebih mencintaimu. Cintaku lebih besar dari cintamu”
“pembohong!! Jelas jelas cintaku yang lebih besar!!”
“kita buktikan sekarang Mr. Drew McLinn”


THE END

Rabu, 20 Februari 2013

DESIRE, SEX AND PASSION second part


DESIRE, SEX AND PASSION
Part 2


Drew sempat memperhatikan wajah Lucas yang memucat, namun hanya sesaat. Karena beberapa saat kemudian wajah angkuh itu muncul kembali.
“itu sangat pribadi Mr. McLinn, haruskah aku menjawab pertanyaan lancangmu itu?”. Drew agak di buat jengkel dengan nada yang di ucapkan oleh lucas, tapi dia hanya diam.
“kalau kau tidak merasa keberatan Luke, lagi pula ini sangat penting untuk proses penyelidikan kami. Sekali lagi kalau kau tidak merasa keberatan”, ujar Drew panjang lebar.Lucas agak tertegun sesaat, namun kemudian dia berjalan santai melewati Drew.
“ikut aku”, kata Lucas singkat.
“oya, dan jangan sok akrab denganku dengan memanggil nama kecilku”, tambah Lucas sesaat sebelum dia dan Drew masuk ke dalam rumah. Drew mengikuti Lucas yang membawanya ke lantai atas.Saat dirinya dan Lucas memasuki ruangan, dan Drew dengan yakin menyimpulkan bahwa ini adalah kamar tidur milik Lucas. Ada satu king bed besar yang menempel dinding di pojok, beberapa sofa dan bantal nyaman yang tergeletak di sana. Kamar yang luas. Bahkan mungkin sama luasnya dengan apartement yang di milikinya.Tak ada dinding untuk bagian luar, semuanya terbuat dari kaca.Dan Drew kagum dengan keindahan pemandangan kotanya di lihat dari dalam kamar Lucas ini.
“kau bertanya apa tadi?”, suara baritone itu mengagetkan Drew dan mengembalikannya ke dalam alam nyata. Tapi begitu dia berbalik menghadap Lucas, Drew seakan menyesal kenapa tidak dari tadi dia memperhatikan lelaki tampan tersebut.Lucas tengah berdiri dengan percaya diri.Celana renangnya entah sejak kapan sudah tidak melekat lagi di tubuhnya.Drew tercekat, memandangi tubuh polos yang sekarang tengah menungging mencari sesuatu.
“aku bertanya, kenapa jam tanganmu sampai tertinggal di kamar Federline?”, Drew bertanya setenang mungkin. Mengatur suaranya agar tetap berwibawa.Lucas menoleh ke arah Drew lalu berdiri lagi.Dan kali ini Drew mengutuki dirinya sendiri karena dia begitu terangsang melihat Lucas yang sepertinya ‘sengaja’ mendemonstrasikan ke seksian tubuhnya.
“itu agak pribadi McLinn”, kata Lucas sambil memakai celana pendeknya. “apa tetap harus aku ceritakan?”
“ya”, jawab Drew singkat. Lucas mengambil nafas perlahan sebelum akhirnya berbicara.
“aku sedang nafsu berat saat itu. Ada Josh di situ, PACARKU.”Drew tidak mengerti kenapa Lucas sepertinya menekankan kata pacarku tadi. “lalu kita bercinta gila gilaan dan jujur tidak tau tempat. Tau tau aku dan Josh sudah berbaring di ranjang Federline.Oya, sebelum kau bertanya aku katakan terlebih dahulu.Kejadian itu terjadi 4 hari yang lalu. Jadi seperti yang aku bilang, kau tidak punya cukup bukti Mr. McLinn.”, Lucas sepertinya sama sekali tidak terintimidasi dengan Drew.
“kau yakin? Bagaimana kalau Josh menyangkal apa yang kau katakan?”, Drew berkata dengan sama santainya. Gigi Lucas bergemeletuk, tanda bahwa dia sedang marah besar.
“kau tidak punya cukup bukti”, kata Lucas tertahan.
“akan aku kumpulkan”, jawab Drew kalem. Untuk membuktikan bahwa kau tidak bersalah, lanjut Drew dalam hati.
“oke, kalau begitu kumpulkan!! Seperti yang aku bilang, setelah terkumpul aku akan meladenimu dengan senang hati”
“tenang saja Luke. . .”
“jangan panggil aku Luke!!”, potong Lucas cepat.
“maaf, tapi kau tenang saja. Aku pasti akan menyeretmu. Pasti”.Lucas hanya tersenyum sinis.Seperti menantang Drew untuk segera menangkapnya.
“kalau begitu, urusan kita sepertinya sudah selesai. Pintu ada di sebelah sana Mr. McLinn”, lagi lagi Drew di buat jengkel dengan nada bicara Lucas. Tapi dalam hatinya Drew sudah bertekad, akan menaklukan hati ‘sang malaikat’ angkuh ini. Dan akan membawanya jauh ke dalam dekapannya. Pasti, suatu saat nanti.
“baiklah Luke, sampai jumpa”. Drew berjalan santai ke arah pintu.Sengaja memanggil Lucas dengan ‘Luke’ hanya ingin membuat pemuda yang sudah merasuki pikirannya 2 hari terakhir ini uring uringan.Dan memang, Lucas langsung menggeram tertahan.Sementara tanpa di ketahui Lucas, Drew tersenyum kecil.
Setelah keluar dari istana mewah Lucas, Drew melajukan mobilnya ke arah selatan. Menemui Josh, siapa tau pemuda itu mau buka informasi. Di lihat dari penampilannya sepertinya Josh mudah di ancam.Dalam hatinya Drew meraung, kenapa Lucas tidak mau jujur padanya?Seperti ada yang di tutupi. Oh, Luke seandainya kau tahu betapa aku ingin membuat semua orang tidak mencurigaimu lagi.
Drew memasuki perkarangan halaman rumah keluarga Federline.Tampak masih beberapa anak buahnya hilir mudik, beberapa mengangguk saat melihat Drew.Drew hanya tersenyum kecil.
Drew langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati Josh sedang berada di halaman belakang. Drew berdeham, membuat tubuh ramping yang sedang duduk menghadap taman itu menoleh. Josh tersenyum padanya, anak yang tampan. Apakah tipe seperti ini yang di sukai Lucas?Berambut hitam, kulit seputih salju?Seperti pangeran dalam dongeng.
“maaf mengganggumu Josh”, kata Drew begitu berada di dekat Josh. Josh tersenyum lagi, memamerkan  sederetan giginya yang rapi dan putih.
“ya Mr. McLinn. Apa sudah ada perkembangan?”
“Drew saja Josh dan maaf aku belum mendapat kemajuan dalam kasus ayahmu”, lagi lagi Josh hanya tersenyum.
“di dalam saja Drew, di sini sudah mulai dingin”, kata Josh sambil beranjak dari tempat duduknya. Drew hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Josh yang masuk ke dalam Rumah. Josh membawanya ke ruang tengah.
“kopi atau teh?”, tawar Josh
“kopi saja, tanpa gula”, jawab Drew singkat. Pemuda ini berbeda 180 derajad dengan Lucas. Seandainya Lucas bertingkah manis seperti ini, mungkin akan membuat semua orang menyukainya.
“ini kopimu, tanpa gula”, kata Josh sambil mengulurkan cangkir yang di bawanya. Drew menerimanya lalu tersenyum pada Josh.Entah Drew salah lihat atau bagaimana, tapi sepertinya Josh merona tadi.
“kau pacar Lucas”, tembak Drew langsung ke sasaran utama. Bukan pertanyaan tapi lebih seperti pernyataan dan mungkin tanpa Drew sadari ada nada cemburu dalam suaranya tadi. Bias kekagetan muncul di wajah Josh.
“maksutmu?”, tanya Josh setelah berhasil menguasai emosinya lagi.
“apa yang kau dan Lucas lakukan sebelum kematian ayahmu?”, Drew terus mengejar Josh dengan pertanyaan. Josh tergugup sedikit.
“ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kasus ayahku Drew”, kata Josh pada akhirnya. Ada nada khawatir dalam suaranya. Drew tak yakin jika Josh yang membunuh ayahnya, anak ini terlalu ‘pengecut’ untuk melakukan tindakan senekad itu. Drew malah lebih percaya jika ada orang yang mengatakan  Lucas lha yang membunuh Federline. Dulu, Lucas pernah menyerempet mobil Federline dengan sengaja, hal itu dilakukan dulu saat Drew masih belum masuk kepolisian. Lalu awal Drew masuk kepolisian, Lucas di sebut sebut sebagai dalang pemukulan atas Federline dan hal hal lain yang bahkan sampai saat ini masih menjadi misteri karena kasus itu di tutup begitu saja tanpa ada proses lanjut. Lucas Crandall, tampan, penuh misteri dan angkuh.
“mungkin ada jika kau bekerjasama dengan Lucas untuk membunuh ayahmu”, Drew berkata pelan. Josh hanya tertawa ringan.
“untuk apa aku membunuh ayah?”
“harta warisan mungkin? Atau supaya kau dan Lucas bisa lebih leluasa mencurahkan cinta ganjil kalian!!”, ada getar emosi dalam suara Drew.
“aku dan Luke saling mencintai!!”, entah kenapa sakit rasanya bagi Drew mendengar lelaki lain memanggil begitu mesra nama Lucas.
“oh ya?”, Drew mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan Josh, sehingga bisa melihat pipi pemuda itu yang merona merah. Nafas Josh menderu.
“katakan yang sejujurnya padaku Josh”, kata Drew sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Josh. Percuma, kenapa gairahku tidak menggelegak?Padahal Josh tak kalah tampan dengan Lucas.Kenapa hanya dengan Lucas gairahnya bisa terpacu walau hanya melihat mata angkuhnya?Umpat Drew dalam hati.
“apa yang kau lakukan padaku Drew?”,  ada hasrat terpandam dalam suara Josh. Drew mengutuk pelan, inikah lelaki yang di pilih Lucas? Murahan sekali!! Rutuk Drew dalam hati.
“aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam, bolehkah?”, kata Drew ringan. Tangannya bermain di paha atas Josh, merayap semakin naik ke atas hingga sampai di bagian milik Josh yang sudah mengeras.
“kau bisa beritahu kenapa jam tangan Lucas bisa tertinggal di kamar ayahmu?”. Kali kini tangan Drew sengaja mengelus bagian depan celana Josh. Josh hanya bisa menggeliat tak berdaya. Menikmati sentuhan sentuhan ringan Drew.
“kami bercinta”, jawab Josh di sela sela desahannya.
“o ya? Kapan?”, Drew semakin membuat Josh lupa daratan. Giginya menggigiti pelan telinga Josh.
“sore  hari sebelum ayah tertembak”, kata Josh pelan. Drew mengumpat dalam hatinya, Lucas berbohong.
“kau tau senjata berburu yang di gunakan Lucas?”, bisik Drew dengan nada sensual di telinga Josh. Membuat Josh tak berdaya, Drew begitu memikat dalam pandangan Josh
“senapan angin, ukuran caliber 177”
“kau pernah melihatnya?”
“Pernah sekali waktu aku berada di kamarnya waktu itu”.Cukup, Drew berusaha mengingatkan dirinya sendiri.Informasi ini sudah cukup berharga, tinggal menunggu hasil dari bagian penyelidikan.Caliber 177, kenapa serba kebetulan?Ataukah memang Lucas pelakunya?Drew menghentikan aksinya yang tentu membuat Josh kecewa. Dalam hatinya Drew benar benar bertekad akan menyelidiki kegiatan Lucas saat malam terbunuhnya Federline.
Drew bangkit dan meninggalkan Josh begitu saja.Caliber 177 dengan senapan angin?Memang peluru itu yang di temukan di tubuh Federline. Ya Tuhan, sandiwara apa yang sedang kau mainkan Luke? Tapi dengan senapan angin pastinya akan menimbulkan suara yang cukup keras saat di tembakkan. Lalu kenapa tak ada tetangga yang mendengarnya?Betty juga terlibatkah?
Yang pasti aku harus melihat senjata berburu milik Lucas! Harus!!
***


Lucas baru saja memasukkan pakaiannya yang terakhir yang akan di bawanya saat Jasmine masuk ke kamarnya.
“detektif polisi itu mendesakmu”, kata Jasmine perlahan. Lucas menoleh ke arah kakaknya.Lalu tersenyum ringan.
“aku masih aman Jasmine”. Jasmine mendesah pelan, seperti menyesali sesuatu.Lalu tiba tiba memeluk Lucas.
“aku menyayangimu Luke”. Lucas membalas pelukan Jasmine.
“aku tau”. Jasmine melepaskan diri dari pelukan Lucas.Kemudian berjalan ke arah pintu.
“kapan kau akan berangkat?”, tanya Jasmine.
“hari ini juga, segera setelah aku selesai berkemas”
“okey, aku akan mengantarmu ke bandara”. Lagi lagi Lucas hanya tersenyum.Gara gara kasus kematian Federline, kehidupannya terusik.Di saat berjalan di jalan, selalu ada orang yang berbisik bisik di belakangnya. Dasar Federline sialan!! Bahkan sudah mati saja masih merepotkanku, umpat Lucas dalam hati.
Di dalam mobil, baik Lucas maupun Jasmine tidak ada yang berinisiatif membuka percakapan. Sama sama diam. Sama sama hanyut dalam imajinasi masing masing.Di dalam bandara pun tidak ada yang bersuara.Jasmine memeluk adiknya erat, sangat takut kehilangan adik yang sudah menemaninya 26 tahun ini.Setelah mengantar kepergian adiknya Jasmine segera berlalu.Mengambil kaca mata hitam di tasnya lalu langsung masuk ke dalam mobil.Mobil yang di kendarai Jasmine menuju suatu tempat. Tempat yang begitu damai karena banyak pepohonan tumbuh di sana. Jasmine memarkirkan mobilnya ke tepi dan keluar dari mobilnya.Dengan langkah gontai Jasmine langsung menuju ke salah satu penginapan.Begitu masuk, Jasmine langsung di peluk dari belakang.Pria itu mencium Jasmine dengan ganas.Melempar Jasmine ke ranjang dan pria itu langsung menyusul Jasmine di atas ranjang.Jasmine tersenyum genit dan mencubit pinggang pria itu.
“kau mengagetkanku”, kata Jasmine manja.
“tapi kau suka kan?”, tanya pria itu lembut.
“aku mencintaimu”, kata Jasmine sembari menempelkan bibirnya di bibir pria itu. Menjilat pelan dan berusaha menerobos masuk, sedangkan jari jari lentiknya berusaha membuka kemeja sang pria. Sang pria tak kalah aksi, di lepasnya blus yang di pakai Jasmine.Saling memagut sambil berlomba melepas pakaian yang di kenakan oleh pasangannya hingga tak tersisa sehelai benangpun.Sang pria mencium leher Jasmine secara intens, menghisapnya secara lembut. Meninggalkan jejak jejak merah di sana. Jasmine hanya bisa mendesah, menikmati setiap pagutan sang kekasih.
Bibir sang pria sampai di titik kenikmatan  Jasmine, menjulurkan lidahnya di sana dan semakin membuat Jasmine menggeliat tak berdaya. Kenikmatan yang di berikan begitu intens dan dilakukan secara continue. Membuat Jasmine seolah olah lupa tentang masalahnya, tentang adiknya yang frustasi.
“aku mencintaimu Jessie, aku mencintaimu”
“ya aku tau, aku juga mencintaimu”, jawab Jasmine sambil terengah engah. Masih merasakan deru kenikmatan yang di berikan oleh kekasihnya.
***


Lucas baru saja selesai berselancar, lalu berjalan menuju pondoknya.Meletakkan papan surfingnya di pagar pembatas kemudian berbaring di atas balai balai.Masalah Federline ini begitu mengganggunya. Dan tentang Drew, kenapa ia begitu mempesona? Lucas hanya bisa mendesah pelan.Pria itu akhir akhir ini begitu sering hadir di dalam mimpi Lucas.Membangkitkan suatu perasaan khusus, aneh dan mendebarkan.
Dan apakah ini juga halusinasi, saat ini Lucas melihat Drew berjalan ke arahnya.Lucas mencubit lenganya pelan, sial ini bukan ilusi.Kenapa Drew bisa berada di sini?Saat ini?Padahal Lucas tak memberitahu siapapun tentang kepergianya ini.
“melarikan diri Luke?”, tanya Drew dengan nada santai setelah berada di dekat Lucas.
“aku perlu berlibur”, jawab Lucas tak kalah santai.
“ya, aku tau”. Lucas melirik Drew sekilas, lalu tertegun saat melihat keseriusan Drew saat berbicara tadi.
“aku tidak sedang bertugas di sini Luke, aku Drew McLinn. Bukan detektif kepolisian untuk saat ini. Jadi, bisa kita berteman?” tanya Drew sambil mengulurkan tangannya. Lucas memandang ragu ke arah Drew, seakan akan tak mempercayai perkataan Drew barusan. Namun, Lucas akhirnya menyambut uluran tangan Drew.
“ya”, jawab Lucas singkat.
“kau suka berselancar?”, tanya Drew berusaha untuk mengakrabkan diri.
“ya”
Drew bersandar di dekat Lucas, lalu agak tercekat saat melihat Lucas hanya mengenakan celana pendek yang emm karena basah sangat menonjolkan kelelakian Lucas.
“berapa hari kau akan di sini?”, Lucas sempat curiga dengan pertanyaan Drew barusan, tapi melihat wajah Drew yang santai Lucas jadi tidak terlalu memikirkannya.
“aku tidak tau. Aku ingin di sini selama yang aku bisa. Aku ingin bebas dari orang orang”, Lucas menatap Drew sebentar sambil mengangkat sebelah alisnya, “ kau tahu kan?”.
Drew hanya mengangguk, “ aku menginap tepat di sebelahmu”
Perkataan Drew barusan membuat Lucas kembali menaikkan radarnya lagi.
“supaya lebih mudah memata mataiku, iya kan?”, kata Lucas ringan.
“karena hanya penginapan itu yang tersisa Luke”, jawab Drew tetap kalem. Lucas melengos.
“ijinkan aku ke dalam, aku ingin mandi. Boleh?”, kata Lucas seformal mungkin. Drew tertawa terbahak yang membuat Lucas tertegun.Lagi lagi Lucas merasa ada yang mengusik sesuatu yang dalam di hatinya.Tawa itu membuat hati Lucas terusik.
“permisi Drew”, kata Lucas sambil masuk ke dalam pondok pribadinya.
“silahkan my prince”, jawab Drew saat Lucas sudah masuk ke dalam pondoknya.
Di dalam pondok, Lucas langsung menuju kamar mandi.Walaupun sikap Drew terkesan santai, tapi tak urung Lucas harus tetap waspada.Dia tetap saja seorang detektif kepolisian.Lucas segera melepas celana pendeknya, menyalakan shower dan berlama lama di bawahnya.
***


Jasmine terbangun saat senja dan mendapati pria yang di cintainya tengah berdiri di dekat jendela.Jasmine ragu sesaat, namun kemudian membulatkan tekadnya.Jasmine turun dari ranjang, mengambil pakaiannya, segera berpakaian dan meraih tasnya.Kerut Jasmine berkerut, barang yang di carinya tidak ada.
“kau mencari ini Jesse sayang?”, kata Pria itu sambil mengacungkan sebuah pistol. Jasmine termangu.
“kau. . .?”, Jasmine kehabisan kata kata.
“aku sudah menduganya”, Pria itu berkata santai.
“aku mencintaimu. Kau salah sangka, tidak seperti yang kau kira sayang”,  Jasmine tergagap.
“aku tau, aku tau Jesse. Tapi kau lebih mencintai adikmu. Sepertinya kesepakatan kita akan kau langgar malamini, iya kan Jesse?”
Jasmine hanya bisa terdiam dan tanpa sepengetahuan sang pria, Jasmine meraih vas bunga yang terletak tepat di belakangnya. Pria itu mengangkat  pistol ke arah Jasmine.
“kita bisa membicarakanya sayang”, Jasmine tak kehilangan akal, dan tetap ingin mengulur waktu.
“kau ingin membunuhku, lalu membuat pernyataan bahwa aku yang membunuh Federline”, pria itu berkata perlahan.
“memang kau yang membunuhnya”
“dan atas idemu, kau lupa?”. Sang pria menarik pelatuk pistol di tanganya. Namun sebelum sang pria sempat menarik pistolnya, Jasmine melempar vas yang tadi sudah di sentuhnya. Tepat sasaran.Jasmine langsung menuju pintu.
“kau bisa membunuh Federline karena aku, bodoh!!”, Jasmine langsung berlari menuju mobilnya dan berlalu.
“aku harus menyingkirkannya”, kata Jasmine sambil berusaha menghubungi seseorang.
Tbc. . .