FOLLOW ME

Rabu, 17 Juli 2013

CERITAKU END PART

Aku agak meringis saat menemukan Andi yang tengah bertelanjang dada. Bagaimanapun juga, Andi tetaplah cowok manis berbadan yahud. Kenyataan bahwa aku sudah putus dengannya sama sekali tidak mengubah fakta itu. Hari ini adalah hari pertama prakerin. Dan saat aku bangun dari tidurku pagi ini aku sudah disuguhi pemandangan Andi sedang ganti baju. Aku berusaha tenang, mengatur pandangan mataku sedemikian rupa agar tidak terlihat oleh Andi jika aku hampir meneteskan air liurku. Entah disengaja atau tidak, namun gerakan gerakan Andi sangat menggoda iman. Aku segera beranjak dari ranjang dan berjalan keluar tanpa mengindahkan Andi. Jantungku seperti berhenti berdetak saat aku berpapasan dengan cowok cute yang hanya berbalutkan handuk. Asli!! Cute banget!! Nansa sadar!! Aku berusaha menyadarkan diriku sendiri daripada nanti orang orang melihatku dengan pandangan tertahan. Aku mandi secepat yang aku bisa, mengikuti Andi dan Reza sarapan di sebuah warung kecil. Dan mendengarkan Andi dan Reza yang sibuk membicarakan politik. Entah kenapa rasanya aku malas sekali untuk ikut berpendapat. Tidak sampai lima menit kita sudah sampai di perusahaan tempat kita akan menimba ilmu baru. Yang menyambut kita namanya mbak Suci, manager perusahaan tersebut.
Satu hal yang aku syukuri adalah aku dan Andi yang di tempatkan di tempat yang berbeda. Aku berada di bawah QA dan QC Department sedangkan Andi dan Reza berada dibawah RM & PM. Aku enjoy saja, walaupun anak prakerin sepertiku ini hanya jadi pesuruh. Disuruh inilah, itulah. Dan untuk sekedar menambah informasi kalian saja, mas Arif menjadi mentorku langsung. Dan pendapatku tentang mas Arif diawal pertama bertemu dulu tetap belum berubah, dia menyebalkan!!
“Nansa, kamu tahu kan kalau analisa kadar protein itu harus sangat teliti saat kita titrasi”, ini ocehan dia pertama saat aku dengan sengaja menambahkan pp terlalu banyak. Walaupun apa yang dia bilang memang betul, tapi rasanya jengkel saja ditegur didepan banyak orang begitu. Dan kenyataannya aku tidak sepenuhnya salah.
“Nansa, semua penimbangan sample untuk MC dan pH harus teliti, itu bisa mempengaruhi hasil lho”, Hallo? Aku ini anak sekolahan!! Dan untuk sekedar pengecekan MC dan pH aku jagonya!! Hal ini mas Arif katakan padaku karena hasil yang aku dapat tidak sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan laboratorium. Kalau seperti ini kejadiannya seharusnya itu barang di reject!! Bukannya si analis yang disalahkan!! Masak hasilnya harus masuk standar terus!! Apa gunanya QA & QC coba? Tolol!! Kalau semua barang kedatangan HARUS sesuai standar, manipulasi data saja, buat apa di cek segala macam kalau hasilnya toh harus tetap masuk standar? Kalau analisa tidak masuk standar jangan yang disalahkan analisnya!! Ya yang disalahin seharusnya barangnya!! Berarti itu barang tidak sesuai standar!! Baiknya di reject!! Kan gitu, dasar kepala Laboratorium abal abal.
“lu kenapa sih? Manyun mulu tu bibir”, tanya Reza yang baru saja masuk kamar kost dan melihatku sedang manyun sambil membaca komik di pojokan.
“gak papa, tumben lu udah pulang?”
“kaga ada kedatangan soalnya, lagipula Andi yang lembur ntar”
“owh”, ada nada sedikit kecewa. Aku bilang SEDIKIT ya!! Kalau lembur begini Andi paling akan pulang jam limaan. Aku segera mengambil dua kantong cemilanku dan segera beranjak ke lantai dua. Disini ada tempat duduk enak. Dan ini adalah tempat favoritku jika ingin membaca komik seperti sekarang. Anginnya enak dan walau agak panas, namun cukup nyamanlah. Aku memasang headset di telingaku, berbaring membaca komik dan sesekali tanganku merogoh kantong cemilanku. Kalau sudah begini, aku suka lupa waktu. Ini sudah seperti surga dunia buatku. Tanpa terasa akhirnya 5 komik sudah aku lalap, aku sedikit menggeliat dan baru menyadari ada orang lain disini selain aku. Ahmad, ingat tidak pemuda yang dulu aku temui yang aku bilang sangat cute? Yang hanya berbalutkan handuk? Ya namanya Ahmad. Nama lengkapnya Ahmad Triyadi. Jawa banget ya? Namun orangnya cute mampus. Dia sedang mengangkat jemurannya, memang lantai dua ini digunakan untuk mencuci baju sekaligus tempat jemuran. Dan Ahmad hanya mengenakan boxer untuk sekedar kalian tahu. Selama aku disini aku baru ngeh bahwa orang sini memang hobi shirtless, mungkin karena cuaca yang panas kali. Ahmad tersenyum padaku saat mengetahui aku tengah menatapnya. Aku balas tersenyum walau dengan sangat malu karena ketahuan sedang asyik menatapnya. Sebenarnya sih tubuh Ahmad biasa biasa saja, namun karena wajahnya cute bisa dibilang itu sedikit banyak mempengaruhi pendapatku.
“sendiri aja dek?”, sapa Ahmad yang tanpa kuduga duduk disampingku. Selama hampir sebulan aku disini, belum ada kejadian tuh Ahmad nyamperin aku dan bertanya. Paling banter itu Cuma melempar senyum. Bahkan mungkin dia belum tahu namaku. Kalian pasti bertanya tanya, lalu darimana lu tau namanya Nan? Itu gampang, karena didepan kamarnya ada tulisan segede gajah, AHMAD TRIYADI ROOM. Orang yang kebetulan lewat juga pasti tahu jika sang pemilik kamar sangat bangga dengan namanya.
“iya mas, temenku lembur soalnya”, jawabku singkat. Rasanya salting salting gimana gitu. Ahmad tersenyum manis padaku. Ya Tuhan, cute banget.
“duluan ya?”, kata Ahmad sambil berlalu menuruni tangga. Aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepalaku.
Komunikasiku dengan Rafky memang agak terganggu. Kita hanya smsan atau teleponan di malam hari saja, itupun tidak setiap hari. Sejauh ini sih, hubunganku dengan Rafky masih bisa dibilang baik baik saja. Dan jujur aku kangen gila. Kangen jahilnya, kangen bahu lebarnya dan kangen tusukannya. Yang terakhir ini aku berusaha jujur. Setelah membereskan komik dan bungkus bekas cemilanku, aku turun menuju kamar kost ku. Sedikit bernafas lega karena ternyata Andi belum pulang. Bukan apa apa sih, hanya saja selama sebulan disini aku selalu berusaha untuk menjauhi Andi semampuku. Bagaimanapun juga, perasaan sayang itu bisa kembali kapan saja dan aku ingin berusaha meminimalkan perasaan tersebut timbul kembali.
“Za, nyari makan yok!! Lapar sangat ne gua”, ajakku pada Reza yang tengah sangat serius membuat jurnal harian.
“iye bentar lagi kelar ni”
“lanjutin ntar aja lha. Makan dulu!!”, aku menghentak hentakkan kakiku. Aku hanya berpikir bahwa semakin lama ditunda, ada kemungkinan Andi akan pulang dan bisa jadi ikut gabung makan.
“ya udah lu duluan”, aku mendesis pelan sebelum akhirnya meninggalkan Reza bersama jurnalnya. Aku melangkah dengan gontai kedepan. Ada warung kecil tidak jauh dari tempat kostku. Makanannya enak, banyak dan murah.
Aku melangkahkan kakiku memasuki warung tersebut. Setelah memesan makan aku pun mengambil tempat duduk menghadap tv yang ada didalam warung. Aku mengambil ponselku, mengetik pesan untuk Rafky walaupun aku tahu tidak akan ada balasan. Balasannya mungkin nanti malam atau bahkan malam selanjutnya. Aku tidak tahu apakah Rafky disana benar benar sibuk? Tidak ada sinyal? Ataukah ada yang lain? Hanya saja aku merasa Rafky sudah tidak seperhatian dulu lagi. Tapi tak apalah, yang penting aku sudah selalu memberi kabar dari sini.
“ini mas makanannya, teh  anget kan minumnya?”, aku hanya mengangguk dan tersenyum. Tak perlu waktu lama untukku menghabiskan makanan yang ada didepanku ini. Seperti yang aku bilang didepan, makanan disini enak, banyak dan murah lagi. Aku tidak langsung pulang setelah selesai menyantap habis isi piringku. Aku memilih untuk disini dulu beberapa saat biar nasinya turun ke perut dulu. Aku tengah mengutak atik ponselku dengan harapan bahwa Rafky akan membalas smsku saat ada tangan yang menepuk punggungku.
“sendirian dek?”, sapa seseorang yang langsung duduk disampingku. Lagi dan lagi sapaan yang sama dilafalkan oleh orang yang sama.
“eh mas Ahmad, tumben mas makan di warung”. Balasku sambil tersenyum ramah.
“he em, malas masak tadi. Lu udah selesai makannya?”, aku mengangguk
“wah kecewa nih, padahal sebenarnya gua mau traktir lu”, aku tergelak mendengar pengakuan mas Ahmad barusan.
“besok aja mas”, kataku sambil lalu. Aku kemudian pura pura mengaduk aduk teh angetku yang masih ada separuh. Terlalu berharga jika waktu ini dilewatkan begitu saja. Bisa duduk bersama mas Ahmad ini adalah suatu kelangkaan yang amat sangat.
“kapan mau pulang kampung? Uda sebulan lebih gak pulang kampung kan?”, tanya Ahmad tiba tiba. Aku yang sedang meminum teh angetku agak tersedak.
“iya mas. Lha nanggung kok”
“nanggung gimana? 2 jam kan nyampe tho? Sabtu minggu libur, kenapa gak pulang? Gak kangen rumah?”, Ahmad bertanya bertubi tubi.
“kangen sih kangen mas, sabtu besok deh aku pulang mas”, kataku akhirnya. Iya ya? Kenapa tidak pernah terpikirkan olehku untuk pulang? Bego banget gak sih?
“mau bareng?”, aku agak sedikit melongo. Bareng? Aku gak salah denger ni? Bareng? Maksudnya pulang bareng kemana nih?
“bareng? Bareng kemana mas?”, aku bertanya pelan pelan. Untuk memastikan bahwa telingaku masih dalam fungsi yang sebenarnya.
“ya pulang kampung lha! Rumah kamu di parakan kan?”
“gak tu! Hhehehe”, aku sedikit cengengesan.
“lha?”
“yang parakan itu Reza mas, aku mah di deket maron naik sedikit”, aku masih saja pura pura mengaduk teh angetku, padahal kenyataannya teh angetku sudah habis.
“ya sama aja kan? Masih satu arah ini. Besok gua mau pulang ni, mau bareng gak?”
“iya deh mas”
“tenang aja gratis kok, lu Cuma duduk manis aja di boncengan. Kalau capek ya nanti istirahat”, aku hanya mampu mengangguk sambil tersenyum kecil. Entah ini hanya perasaanku saja atau apa, namun sepertinya Ahmad mempunyai perhatian yang cukup khusus denganku.
“mbak, punya saya digabung sama anak ini jadi berapa?”, suara Ahmad mengagetkanku.
“mas, gak usah mas”, aku berusaha menolak Ahmad yang akan membayarkan makananku.
“udahlah gak papa, kan tadi gua uda ngomong gua mau traktir. Ya kan?”
“tapi mas. . .”
“udah udah. Shh shh”, ya sudahlah. Daripada berantem gak jelas disini dan diliatin banyak orang? Mendingan aku ngalah aja dulu. Ntar kapan kapan gantian aku yang bayar. Kapan kapan? Emang mau ngrencanain makan bareng Ahmad lagi?
Aku dan Ahmad tidak pulang bersama, kata Ahmad sih dia punya rencana buat keluar jadi tidak balik ke kost. Sewaktu aku sampai di kamar kostku, aku tidak menemukan Andi ataupun Reza. Mungkin mereka baru saja mencari makanan untuk makan malam. Aku merebahkan diriku di ranjang. Hingga saat ini belum ada balasan sms dari Rafky. Aku tahu mungkin dia kecapekkan. Apalagi dia prakerin di perusahaan kelapa sawit. Aku yang ditempatkan di laboratorium saja capek minta ampun. Masa masa sekolah memang menyenangkan. Mau itu ada ulangan kek, test semester kek tetep aja lebih menyenangkan daripada bekerja. Aku sudah merasakannya. Aku jujur. Aku mengambil ponselku, memasang headset lalu memutar mp3. Bersiap siap untuk tidur. Alunan lagu mellow yang sudah aku setting lama lama semakin membuai mataku untuk terpejam. Hmm, jika aku rasa rasa, hidupku selama sebulan ini hambar sekali. Karena tidak ada Rafky kah? Atau karena memang mood ku saja yang semakin memburuk? Entahlah, yang paling aku inginkan adalah aku ingin bisa tidur secepatnya dan berharap 6 bulan ini akan cepat berlalu.
Aku terbangun ketika aku merasakan ada tangan yang memelukku. Aku hanya mengguman tak jelas. Paling juga Andi atau Reza yang mencuri curi kesempatan memeluk tubuh sintalku. Hahaha, koreksi-sinting maksudku. Tangan itu aku rasakan sekarang mulai menelusup dibalik kaos oblongku. Andi kah? Lancang sekali!! Maksudku kita kan sudah tidak berpacaran lagi dan kalaupun kita berpacaran apa iya hal ini etis karena ada Reza juga disini? Sinting!!
Dengan gaya sedikit dibuat buat seperti masih tertidur aku melepaskan diri dari tangan-asusila-itu. Dan mungkin si-tangan-asusila menyadari jika aku kurang senang dengan perbuatannya sehingga dia menarik tangannya kembali. Pasti Andi!! Siapa lagi coba? Masa Reza? Kan itu gak mungkin banget. Lagipula jika itu Reza aku juga kurang menyukai jika tangannya menggerayangi tubuhku. Maksudku, pemikiran bahwa itu tangan Reza yang menggerayangiku lebih menyeramkan daripada itu adalah tangan milik Andi. Bukan!! Bukan karena wajah Reza buruk, sama sekali bukan!! Hanya saja dia bukan tipeku. Itu terdengar lebih sopan. Aku memusatkan diri untuk tidur kembali saat ponselku bergetar. Ya Tuhan panggilan masuk dari Rafky.
“hi”, jawabku sambil berusaha berjalan sepelan mungkin keluar dari kamar menuju ruang teras depan.
“apa kabar sayang? Maaf baru kasih kabar, hand phone gua mati tadi”, ya Tuhan aku kangen sekali dengan suara ini. Rafky!!
“baek, Cuma bosen aja gak ada lu disini”, terdengar suara tawa rendah dari Rafky disana. Aku hanya tersenyum sambil memutar anak kunci untuk membuka pintu depan. Setelah terbuka aku langsung duduk diatas ayunan pohon didepan rumah kost.
“so what’s up? Baek baek kah disana?”, tanyaku kemudian setelah mencari posisi yang nyaman diatas ayunan.
“fine, just miss you so much”, kali ini giliranku yang tergelak pelan. Masih ada 5 bulan kedepan sebelum kita akhirnya bertemu lagi. Dan itupun kalau semuanya lancar. Aku berharap semuanya akan lancar.
“gimana prakerin disitu sayang?”, tanya Rafky kemudian.
“so bad!! Mentorku kayak anjing abis beranak. Sadis gila!!”, aku mendengar Rafky tertawa lepas. Oh shit!! Aku kangen mampus.
“Ri. . .”, panggilku pelan lewat ponselku. Walaupun komunikasi ini tidak langsung namun aku malu untuk mengatakan bahwa aku merindukannya.
“ya sayang?”, kata kata aku kangen masih sulit keluar dari bibirku. Padahal itu yang aku rasakan sejak sebulan yang lalu.
“kangen”, damn!! Aku mengatakannya juga!!
“ya, gua juga kangen. Disini Cuma bisa onani yank”
“bangsat!!”
“hhehehe, tapi gua serius. Gua kangen banget sama lu. Andi gimana?”, aku tahu arah pertanyaan ini, namun aku berusaha mengacuhkannya.
“he is fine”, jawabku singkat. Entah kenapa moodku selalu ngedrop jika Rafky menanyakan Andi. Seakan akan dia menganggap aku masih mempunyai hubungan yang special dengan saudara tirinya itu.
“jangan ngambek gitu. Gua kan Cuma nanyain Andi doang kok. Sewot amat sih.Gua makan dulu ya? Lu udah makan?”, aku melirik jam dinding yang terletak di atas daun pintu kamar Ahmad. Jam 2 dini hari. Dan Rafky mau makan? Dia pikir dia sedang berada di Los Angeles apa?
“uda tadi malam, pagi pagi gini kok mau makan sih?”
“laper!! Ni mie rebusnya hampir mateng”
“ya udah. Jangan telat makan Ri”
“iya sayang. Good nite, I love you. Kalungnya masih lu pake kan?”
“masih. I love you too”, aku mengakhiri panggilan Rafky. Namun masih belum beranjak dari ayunan tempat aku duduk. Aku berpikir bahwa, ini hanya perpisahan selama 6 bulan namun baru sebulan saja aku sudah sangat nelangsa seperti ini. Bagaimana jika nanti kita lulus dan harus berpisah dalam waktu yang cukup lama? Mungkin aku bisa gila!! Membayangkan Rafky disana bersama siapa, ngapain aja sudah bisa membuat pikiranku tidak tenang. Apa aku tipe orang yang tidak bisa percaya dengan seseorang ya? Acara melamunku terganggu saat  aku merasakan ada tangan yang menepuk bahuku pelan. Sedikit bergidik juga, apalagi ini masih jam sibuknya setan berkeliaran.
“belom tidur dek?”, suara Ahmad terdengar jelas. Pertanyaanya adalah, kenapa Ahmad selalu muncul disaat saat tidak terduga seperti ini? Setankah dia?
“udah mas, tadi kebangun. Kebelet pipis soalnya”, jawabku sepintas.
“mas, aku masuk dulu ya? Ngantuk”, sambungku kemudian yang diikuti dengan anggukan Ahmad dan senyum manisnya. Aku berjalan dan kembali masuk kedalam kamar kostku. Sepelan mungkin berjalan menuju ranjang dan sedikit terkejut saat menyadari ternyata Reza tadi yang tidur disampingku. Dan Andi tidur disebelah Reza. Masa Reza yang grepe grepe aku tadi? Aku bergidik ngeri membayangkan bahwa Reza tadi yang tangannya menelusup dibalik kaos oblongku. No way!! Gak ikhlas banget!! Sumpah!!
Akhirnya aku memutuskan untuk tidur disebelah Andi. Bukan ada maksut apa apa lho, hanya saja jika digrepe grepe oleh Andi itu masih bisa diterima oleh akal sehatku daripada digerayangi oleh Reza. Alam dibawah sadarku saja tidak ikhlas jika aku digrepe grepe Reza.Tidak butuh waktu lama untukku langsung terlelap. Rafky, aku sangat ingin bertemu. Walaupun itu hanya dalam mimpi.
***


Aku dan Ahmad semakin dekat dan anehnya hal ini berbanding terbalik dengan hubunganku dan Rafky yang semakin menjauh. Bahkan sudah sebulan terakhir ini sms dariku, telepon dariku tidak pernah digubris. Entah apa yang terjadi dengan Rafky disana, aku tidak pernah tahu. Hanya saja Andi bilang jika Rafky baik baik saja. Dia tidak sakit dan sehat sehat saja. Lalu kenapa Rafky seperti mengacuhkan aku? Kalung yang Rafky beri masih aku pakai dan aku berharap hal yang sama pun dilakukan oleh Rafky. Entah kenapa hatiku masih sangat yakin jika Rafky masih mencintaiku. Aku masih yakin. Aku tidak bisa menjelaskan kenapa dan bagaimana. Keyakinan itu begitu kuat saja didalam hatiku.
“woey, jalan yuk? Mumpung cerah nih!!”, Ahmad melongokkan kepalanya lewat pintu kostku yang terbuka sedikit.
“kemana mas? Sore sore gini?”, jawabku masih tidak bergeming dari tempat pembaringanku.
“pantai marina utara!! Belom pernah kesana kan? Yok!!”, aku menimbang nimbang sebentar sebelum mengangguk dan bangkit dari ranjang.
Ternyata lumayan juga view disini, udara juga hangat. Walaupun tidak seindah parang tritis. Aku tidak ingin membandingkannya dengan Bali karena aku belum pernah kesana. Ahmad berjalan dibelakangku, beberapa kali dia memotretku tanpa sepengetahuanku.
“duduk disitu dulu yok, capek gua”, ajakan Ahmad aku jawab dengan anggukan. Aku juga merasa sangat lelah. Untung aku memakai celana pendek. Apa hubungannya celana pendek dengan capek?
“sebentar lagi prakerin lu bakal udahan”, aku hanya tersenyum ringan mendengar ucapan yang keluar dari bibir Ahmad. Seminggu lagi prakerinku bakal berakhir. Senang rasanya, karena sebentar lagi aku akan kembali bertemu dengan Rafky. Walaupun sampai sekarang dia masih belum mengabariku. Namun aku percaya dia masih milikku, aku percaya.
“bakal jauh”
“lagakmu mas!! Mas kan asli parakan tuh!! Deket kali”, aku mencolek pinggangnya pelan. Ahmad hanya tertawa ringan. Tapi matanya menatapku tajam. Aku memang tidak ingin sok suci, aku pernah ciuman dengan Ahmad dan menyesali mati matian setelahnya.
“gua sayang sama lu. Gua mau kita pacaran”, kalimat ini pun sudah aku duga akan dikatakan oleh Ahmad cepat atau lambat. Jujur aku juga menyayanginya. Aku menyukai Ahmad, hanya saja jika aku menerima cintanya perjuanganku selama 5 bulan lebih ini mempertahankan Rafky akan sia sia. Aku menghela nafas pelan.
“Nan?”
“iya mas?”
“gimana?”
“aku tidak bisa”, aku menjawab dengan suara lirih. Aku benar benar tidak bisa, rasa sukaku terhadap Ahmad tidak jauh lebih besar dari cintaku terhadap Rafky.
“Rafky ya?”, aku mengangguk pelan. Aku mendengar Ahmad menghembuskan nafasnya perlahan.
“masih mengharapkannya?”, kembali aku hanya mengangguk pelan. Aku ragu, apakah pengorbananku ini nantinya akan ada hasilnya? Namun entah mengapa hati kecilku begitu yakin.Yakin bahwa aku dan Rafky masih ditakdirkan bersama. Naïf sekali pikiranku, ditakdirkan bersama? Pernahkah takdir salah sehingga membuat 2 orang pria saling jatuh cinta? Namun aku dan Rafky mengalaminya? Suratan takdirkah? Atau pilihan hidup? Aku menggeleng pelan.
“aku masih sayang Rafky mas”
“ya, gua tahu. Andi pernah bilang”, aku tertegun sesaat. Andi? Telingaku tidak salah dengar kan?  Andi? Setahuku Ahmad jarang sekali terlihat perbincangan yang asyik dengan Andi.
“dia mantan lu kan? Dulu dia pernah ngingetin gua buat kaga deketin lu. Dia masih sayang banget sama lu kayaknya”, otakku berputar pelan. Kapan Andi melakukan itu? Kenapa?
“kapan mas?”, tanyaku penasaran.
“udah cukup lama”, Ahmad hanya menjawab dengan sangat pelan. Tiba tiba Ahmad berdiri dari tempat duduk disampingku.
“pulang yok, uda hampir malam ni”, kata Ahmad sambil menarik tanganku untuk bangkit berdiri. Ahmad mengajakku untuk makan malam dulu baru pulang. Aku tidak keberatan, pikiranku seperti melayang. Berpikir ulang dengan keputusanku tadi menolak Ahmad. Benarkah sudah tepat keputusanku? Atau aku justru memilih pilihan hidup yang salah? Mengharapkan sesuatu yang ternyata sudah diluar jangkauanku? Sekali lagi aku hanya bisa meyakinkan diriku sendiri bahwa pilihanku sudah tepat.
***


Hari ini hari Senin, semua siswa kelas empat sudah pulang dari prakerin. Sebenarnya aku, Andi dan Reza sudah pulang dari kemaren Jum’at. Hanya saja belum semua siswa kelas empat sudah pulang sehingga membuat aku malas untuk masuk di hari Sabtu kemaren. Mungkin hari ini aku juga terlalu bersemangat, selain karena aku bisa menemui Rafky aku juga bisa menumpahkan kekesalanku padanya karena tidak menghubungiku hampir sebulan lebih. Atau mungkin Rafky bakalan menjemputku? Nyatanya harapanku bahwa Rafky akan menjemputku terlalu tinggi. Bahkan saat upacara penyambutan selamat datang kembali oleh kepala sekolah Rafky pun tidak tampak. Memang hari ini belum ada pembelajaran dan siswa kelas empat bisa pulang lebih awal, namun dimana Rafky? Kenapa dia tak kunjung muncul? Dia sakitkah? Atau kenapa?
Aku mencari Andi, berharap akan mendapatkan informasi darinya. Namun Andi pun tidak tampak. Kalau meminjam istilah dari teman satu labku dia pasti bilang, apa apaan sih? Linda Puspitasari, where are you? I miss you so much (maaf jadi curcol). Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Masih ada hari esok, mungkin Rafky terlalu capek jadi dia tidak masuk tadi. Sesaat aku terpikirkan alun alun kota, tempat dimana aku dan Rafky biasanya menghabiskan waktu berssama. Setelah aku pikir pikir sejenak, aku memutuskan untuk pergi ke alun alun kota. Anggap saja aku sedang melakukan moment pengenangan kembali (ada ya istilah pengenangan? Masuk dalam daftar kosakata yang benar kaga sih?). Aku berjalan menuju stand siomay tempat biasa aku dan Rafky menghabiskan waktu setelah pulang sekolah. Lalu aku melihatnya, itu Rafky. Ya Rafky, walaupun sekarang dia tambah hitam. Tapi kenapa ada Andi juga? Aku mendekati mereka tanpa mereka sadari, sangat penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan oleh kedua saudara tiri yang jarang berbicara satu sama lain itu.
“lu udah berhasil dapetin Nansa, lu yang menang!!”, deg. Kata kata yang keluar dari mulut Andi itu berhasil membuat semua indraku waspada.
“sesuai janji, lu bakal keluar dari hidup gua dan keluarga gua. Lu harus kuliah diluar negeri. Jauh dari sini”, Rafky berbicara santai seperti tidak ada dosa. Sandiwarakah selama ini? Semua itu sudah di setting?
“belom tentu, bisa saja Nansa bakal balik lagi ke gua!!”, perkataan Andi langsung disambut tawa sinis Rafky.
“fakatanya apa? Selama 6 bulan lu bahkan gak bisa dapetin dia kembali kan? Menggelikan!! Jadi lu kalah telak!! Jauhi bokap!! Itu perjanjian kita kan?”
“gua juga ngeh kali!!”, apa yang bisa aku lakukan sekarang? Menangis? Tidak akan!! Ra sudi!! Menangis hanya akan membuat mereka tambah tertawa. Perhatian Rafky, sikapnya yang agak melunak, semua itu hanya sandiwara? Agar dia bisa mendapatkan perhatian ayahnya utuh tanpa dibagi dengan Andi? Kejam sekali!! Tidak!! Tidak!! Aku menggelengkan kepalaku kuat kuat, mereka tidak kejam, hanya aku yang cukup bodoh. Bagaimana mungkin lelaki yang begitu terlihat manly mengaku dirinya menyayangiku? Naïf sekali pemikiranku. Benar benar bodoh? Lalu percintaan itu? Halah, mungkin itu hanyalah sex pengalaman baru untuk Rafky. Ya Tuhan, so stupid!!
Aku memilih berlalu dari tempat itu daripada semakin makan hati. Sekarang aku baru bisa berpikir mengapa kejadian itu terjadi secara kebetulan. Karena itu memang sudah di setting sedemikian rupa. Aku sedang dilanda krisis kepercayaan hubunganku dengan Andi dan tiba tiba Rafky mendekatiku. Dan tanpa diduga dia mengatakan bahwa dia telah jatuh cinta padaku sejak kelas satu? Dan bodohnya aku percaya begitu saja. Sedemikian bodohnyakah aku? Aku menyesal!! Benar benar menyesal hari ini. Begitu mudah membuka hatiku untuk dipermainkan!! Sampai aku di rumah aku langsung merebahkan diri di ranjang. Lebih baik tidur siang. Siapa tahu perasaanku akan jadi lebih baik nantinya. Walaupun aku benar benar ingin menangis rasanya. Sebentar, aku melupakan hal yang sangat penting. Sebaiknya aku makan dulu. Baru aku tidur siang. Hmm, ide itu terdengar lebih baik.
Aku merasakan ada tangan yang membelai belai rambutku. Aku menggeliat pelan. Siapa yang berani mengganggu tidurku.
“lu kalo bobo manis banget sih”, pendengaranku langsung menajam begitu mendengar suara serak serak sengau brengsek itu.
“ngapain?”, tanyaku sadis. Buat apa beramah tamah dengan ular bermuka dua?
“ngambek? Sebulan ini gua kaga bisa hubungin lu bukan karena gua lupa. Ponsel gua ilang. Disana susah cari ponsel”, susah cari ponsel? Alasan yang sangat berbobot sekali ya? Mengapa dia tidak mengatakan sekalian jika handphonenya dimakan buaya? Siapa tahu aku malah lebih percaya? Iya kan?
“leave me alone please?”
“why?”, Rafky masih bertanya ‘why?’. Oh ya, mungkin dia belom tahu alasannya.
“kaga usah sok sayang sama gua kalau itu Cuma pura pura. Bukannya tujuan lu udah tercapai? Gua udah kaga ada fungsinya buat lu kan? Sekarang lu bisa menjadi satu satunya pusat perhatian buat bokap lu. Andi bakal hilang dari hidup lu kan? Bukan hilang, tapi dipaksa pergi jauh. Kalian berdua sama saja. Bangsat!! Dan brengsek!! Pergi atau gua bakal ngiris ngiris kontol lu terus gua goreng?!”, kataku panjang lebar penuh emosi. Hanya saja bila aku boleh mengkoreksi aku ingin sekali mengkoreksi kata kata menggoreng kontol tadi. Sepertinya ancaman itu kurang bisa dinalar oleh otak. Mengerikan sih iya, tapi untuk merealisasikannya itu ribet. Belum lagi proses memotongnya, hiiiey!! Kaga kebayang dah!!
“darimana lu tau?”
“bukan urusan lu!! Leave me now!!”, kataku agak sedikit berteriak. Reno muncul di ambang pintu kamarku.
“kenapa bang?”, tanya Reno yang sudah berdiri disamping ranjangku.
“it’s okay. Lu bisa pergi kan Raf?”, Rafky mengangguk pelan sebelum akhirnya pergi. Aku menatap punggungnya pelan sebelum akhirnya aku memejamkan mataku kembali. Istirahat yang cukup adalah salah satu obat paling mujarab saat patah hati. Teori menurut Ardhinansa Adiatama, kebenaran dan keberhasilannya masih diragukan.
“ngapain lu masih disini? Gua mau molor!!”
“buset dah lu!! Molor mulu kayak perawan!!”, kata Reno sambil keluar dari kamarku. Aku sedikit mengkernyitkan keningku. Seperti perawan? Memangnya perawan doyan molor? Teori barukah? Mungkin akan aku selidiki nanti, sekarang waktunya bobo. Urusan Rafky nanti saja setelah bobo siang.
Sudah seminggu ini aku tidak melihat Rafky dan Andi di sekolah. Awalnya aku menganggap bagus juga, karena dengan begitu aku akan lebih mudah melupakan dua bersaudara brengsek itu.
“Nan, bisa bicara sebentar gak?”, aku menoleh.
“owh, lu Muh!! Ada apaan?”
“lu bisa ikut kita naek Sumbing gak?”, hha? Tumben banget  Muhadi nawarin aku buat naik Sumbing? Baru kali ini selama 4 tahun aku sekolah disini dia mengajakku berbicara duluan.
“gua kaga biasa naek gunung. Yang ada ntar gua ngrepotin lu lagi”
“ye daripada lu bengong di rumah? Mending ikut!! Rame acaranya!! Dijamin seru!! Ya? Ya? Ya? Ikut ya?”, kenapa Muhadi seperti ini? Merengek rengek seperti anak kecil? Seberpengaruhnyakah bila aku tidak ikut?
“okay, kapan?”, kataku akhirnya.
“Sabtu besok, kita ngumpul di rumahnya Linda di kledung. Tahu kan?”, aku hanya mengangguk ringan.
“okay, kalo gitu gua duluan ya?”, kataku sambil mengangguk pelan ke arah Muhadi. Naik gunung? Ya lumayan lah buat refreshing. Daripada mikirin kedua saudara yang sudah memporak porandakan hatiku dengan sangat sukses? Dan sekarang mereka dengan seenaknya tidak pernah masuk sekolah. Terpuji sekali perbuatan mereka. Kompak lagi!! Salut!! Sebenarnya sih pelajaran efektif itu masih bulan depan. Selain Rafky dan Andi sebenarnya juga banyak yang belum masuk, tapi hallo? Mereka berdua itu kan punya urusan penting sama aku!! Seenaknya saja lari dari tanggung jawab!!
***

“lu mau kemana bang?”, tanya Reno yang melihatku tengah siap siap buat berangkat ke kledung. Tempat berkumpulnya anak anak. Sebenarnya aku cukup bodoh juga, karena hanya sedikit anak yang kukenal yang akan ikut naek gunung sumbing ini. Apa sih istilahnya? Hiking ya? Sebenarnya aku tahu istilah naik gunung yang sebenarnya, namun aku pura pura tidak tahu supaya terdengar lucu.
“maen bentar”, jawabku singkat sambil mengambil jaket hangat berkulit tebal.
“maen apa pindahan lu bang? Banyak amat barang bawaan lu!”, aku menatap Reno dengan pandangan gak-usah-koment-lagi-atau-gua-cincang-lu-jadi-perkedel. Dan efektif, Reno langsung diam.
Seperti dugaanku hanya beberapa anak yang aku kenal. Sebenarnya aku tahu nama semua anak yang ada disini, namun hanya beberapa yang memang ‘kenal’ denganku.
“seneng gua lu bisa dateng Nan”, aku hanya tersenyum ringan dan menyambut uluran tangan Muhadi.
“pengen suasana baru aja”, kataku berusaha sehangat mungkin. Karena jika mengingat suasana hatiku sekarang mungkin aku sudah membakar semua orang yang ada disini. Aku melihat sekeliling dan hampir semua anak anak sudah akan berangkat menuju pos 1.
“kita nyusul aja Nan”, kata Muhadi yang duduk disampingku. Aku hanya mengangguk, lagipula jika aku mengikuti mereka aku pasti akan jadi garing sendiri karena tidak tahu harus berbicara apa dan dengan siapa.
“bentar ya Nan, gua kebelakang dulu. Kebelet kencing gua”
“jangan kencing di sembarang pohon lu!!”
“hhehe”, Muhadi berlalu sambil meringis. Aku menggosok goskkan kedua tanganku. Rasanya semakin dingin saja.
“cowok manis sendirian saja ni?”, aku sangat hapal dengan suara itu. Ngapain bedebah itu berada disini?
“ngapain lu?”
“coba liat gua baik baik”, aku menfokuskan untuk melihatnya lebih lekat dan aku melihat Rafky mengenakan kalung itu. Tapi apa sekarang masih ada artinya? Nothing!! Sama sekali tak ada!!
“dulu, waktu lu lagi berantem dengan Andi, Andi cerita ke gua. Dan secara bercanda dia bilang kalau dia bakal ngejauh lagi dari kehidupan gua kayak dulu kalau gua berhasil buat lu jatuh cinta sama gua”, aku memutar kedua bola mataku. Fakta unik bahwa ternyata Andi dan Rafky suka bercanda. Wow sekali dan sangat sesuatu.
“gua setuju, karena dengan begitu gua sama Risky akan hidup tenang”
“bagus, kalau begitu keinginan lu sekarang terwujud”
“Andi tidak bakal jadi kuliah di luar negeri, gua yang minta. Sebagai bukti kalau gua beneran sayang sama lu. Gua rela hidup gua diganggu Andi lagi asal gua hadepin itu semua sama lu!!”, aku melengos. Masih belum percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh Rafky.
“dan gua siap buat berubah. Lebih romantic, lebih perhatian. Emm, lebih hebat diatas ranjang dan juga lebih. . .”
“lebih sayang ke Andi. Demi Tuhan, dia kakak lu!!”
“jadi kita baikan?”
“masih banyak yang ingin gua tanyakan, seperti mengapa sebulan terakhir saat prakerin lu tidak pernah ngasih kabar dan kenapa lu selalu bisa mencairkan hati gua? Hmm, padahal sebelum ini gua benci banget sama lu yang sudah mengkhianati gua. Tapi itu bisa dibicarakan nanti, by the way kemana Muhadi?”, tanyaku sambil menengok kanan kiri.
“dia sudah ikut naik ke post satu”
“gua kangen. . .”
“I know”
***


Ponsel Rafky hilang, ini beneran!! Ternyata Rafky tidak berbohong.Selain itu alasan yang lebih mendasar dia ingin menguji kesetiaanku. Karena Ahmad!! Andi menceritakan tentang Ahmad kepada Rafky. Harus dicatat dan digarisbawahi bahwa ternyata Andi adalah mata matanya Rafky. Sebenarnya masih banyak pertanyaan di kepalaku, hanya saja kadang perasaan mengalahkan segalanya. Mengalahkan logika. Mungkin cinta ini salah, namun aku hanya ingin menjalaninya. Menjalaninya apa adanya. Cinta seperti ini tidak bisa berlangsung selamanya. Tapi saat ini aku hanya ingin merasakan cinta ini bersama orang yang benar benar aku sayangi. Entah sampai kapan aku tidak tahu. Aku hanya ingin menjalaninya saja.


Kisah ini memang belum berakhir.
Akan ada kisah bersambung lagi tentang mereka berdua namun dengan judul yang berbeda. Setelah ini aku bakalan kasih cerbung baru berjudul SMA!!!
Kisah baru dengan tokoh baru dan agak mistis-mistis gitu. Wow, bondage?

Ardhinansa


1 komentar:

  1. Dicari kenalan pria gay / biseksual di indonesia. Dimanapun? Siapapun?
    Diutamakan pria dewasa, baik single ataupun sudah menikah, bukan masalah!
    Asal anda bukan pria kemayu? Bukan feminim? Apalagi banci...! Saya anti.
    Disini saya harapkan kenalan yg sehat. Anda bisa komunikasi yg baik! Bukan sekedar bertujuan Sex! Bukan pula unsur free / just fun, saya tidak pernah setuju.
    Bagi saya, sex terjadi hanya sekedar pelampiasan nafsu, itu tidak akan pernah bertahan lama. Itu hanya kebiasaan yg berpetualang, yg sudah biasa bergonta-ganti pasangan. Apa ada nilai steril???
    Saya harapkan anda bisa memberikan solusi yg tepat, hubungan yg seperti apa yg baik, yg mana bisa menjaga privacy masing". Nyaman & tidak terkesan egois.
    Saya tunggu pendapat serius anda.
    Dg logika. & pemikiran yg matang. Silahkan kontak saya : O85664600785 atau BBM ; 219ac6dc

    BalasHapus

leave comment please.