FOLLOW ME

Senin, 10 Juni 2013

CERITAKU 12


CERITAKU 12




Rafky melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah pintu. Membukanya dan langsung mendapati eyang yang tengah berdiri dengan cemas.
“kenapa eyang?”
“Risky belum pulang Riri”, aku mengkernyitkan keningku. Bukannya eyang tidak terlalu ambil pusing dengan Andi dan Risky?
“baru juga jam 5 kok eyang”
“kamu itu lho, di bilangin!! Cariin ya?”
“iya eyang”, si eyang hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya padaku. Aku hanya bisa tersenyum kikuk.
“yok, bantuin gua nyari Risky”
“pake kaos dulu kek”, Rafky meringis ke arahku.
“tapi lu lebih suka gua kayak gini kan?”. Aku mengulurkan kaos yang teronggok di atas ranjang Rafky setelah menilai bahwa kaos tanpa lengan ini masih layak pakai.
“pakai!! Dan ngomong ngomong tentang suka, gua lebih suka lu telanjang. Okay?”, rafky agak melongo lalu tertawa lebar.
“kapan kapan ya?”, kata Rafky sambil mengenakan kaos yang aku pilihkan tadi dan langsung melangkah keluar. Aku mengikutinya masih dengan hati yang kebat kebit.
“uda di sms lom?”, tanyaku sewaktu akan naik ke atas motornya Rafky.
“uda kok, makanya gua sekalian nganterin lu”, aku berpikir sejenak.
“Risky di rumah gua?”.Rafky hanya mengangguk dan langsung melajukan motornya.Tanpa sengaja aku berpapasan dengan Andi yang baru saja pulang sekolah dengan motornya. Kaca helm Andi di naikkan dan aku dengan jelas bisa melihat wajah sendunya. Kenapa Andi? kok sedih banget kayaknya. Bukan karena baru saja putus denganku kan? Halah ngarep banget.Yang ada mungkin Andi baru saja merayakannya bersama Rika. Lamunanku tentang Andi buyar begitu aku menyadari ada tangan asing yang menggegam tanganku. Tangan Rafky, siapa lagi coba? Masa tangan genderuwo? Aku dan Rafky sama sama tidak memakai helm, jadi aku sedikit melongokan kepalaku agar bibirku tepat di kuping Rafky.
“fokus sama jalan!!”, kataku sedikit keras di dekat telinganya. Melalui kaca spion aku bisa melihat Rafky tergelak. Aku masih tak mempercayainya, ini seperti dream come true. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke rumahku, dengan motor Rafky tentunya. Aku langsung turun yang kemudian di ikuti oleh Rafky. Di ruang tamu aku mendapati Reno, Risky, Dewi dan Nia sedang (tampaknya, walaupun aku ragu) belajar kelompok. Secara kan Nia tidak sekolah? Lagipula mereka lebih tampak seperti tante tante yang sedang menggelar arisan brondong.
“kak Nansa”, aku hanya tersenyum ringan saat Risky menegurku tadi.
“masih lama Ris?”, tanya Rafky sekilas.
“lumayan mas, setengah jam lagi. Mas Riri kok ada di sini?”, tanya Risky polos. Sumpah wajah mereka sebelas duabelas. Cuman kalau boleh jujur, Risky sepertinya tidak sepolos kakaknya. Buktinya, dulu dia hampir membuat Dewi hamil.
“jemput elu lha. Ya udah gua tungguin lu”
“ya mas”, Rafky tersenyum lalu mengikutiku menuju kamarku. Rafky nampak tertegun saat melihatku tengah melepas seragam osisku.
“jangan bilang kalau lu pengen”
“gak kok, badan lu kurus juga ya ternyata”. Rafky berkata santai yang membuatku ingin menyumpalkan seluruh koleksi kaos kakiku yang belum sempat aku cuci. Rafky mungkin lupa kalau sekarang aku adalah pacarnya terhitung sejak dua jam lalu. Seharusnya dia mengucapkan kalimat seperti, ‘badan lu asik juga’ atau ‘gua nafsu berat liat putting lu’. Ya semacam kalimat seperti itulah. Tapi apa yang aku dapatkan? Kalimat tidak penting. ‘Badan lu kurus juga ya?’ Okay, aku emang kurus tapi apa iya harus disiarkan sejelas itu? Sebagai pacar, seharusnya Rafky bisa sedikit membesarkan hatiku dan juga meningkatkan kepercayaan diriku. Sudahlah, forget it.
Aku menganti seragamku dengan celana pendek dan kaos oblong. Menggantungkan seragamku lagi di balik pintu.
“hei, sini”, kata Rafky sambil menepuk nepuk pahanya. Mungkin Rafky bermaksut ingin memangkuku. Aku segera mendaratkan pantatku tepat di pahanya, Rafky meringis.
“kurus kurus berat juga ya?”, aku hanya tersenyum masam mendengar ucapan Rafky barusan. Ambil positifnya saja. Siapa tahu ternyata Rafky sebenarnya ingin memujiku bahwa ternyata kurus kurus, badanku berisi juga. Namun agak di perkasar, Rafky kan pemalu. Hoeks!!
“kaga jadi?”, kataku sambil pura pura akan turun dari pangkuan Rafky.
“jadi kok, kerasa gak yank?”, awalnya aku bingung dengan pertanyaan Rafky barusan. Namun begitu aku merasakan bahwa ada yang menggeliat menggeliat di bawah pantatku aku mulai ngeh.
“ngeres”, kataku singkat.
“lha bukannya wajar? Justru kalau ‘dede’ gua kaga ereksi waktu di dudukin lu, mungkin patut di pertanyakan”. Aku memutar kedua bola mataku.Wajar? Justru yang seperti ini yang harus di pertanyakan.Terangsang dengan pria. Begitupun dengan aku, terangsang dengan pria. Ironis.
“kok diem yank? Kaga nyaman ya?”
Aku menatap Rafky, mencari tahu kedalaman cintanya untukku. Mencari tau keseriusannya. Kata orang, mata selalu bisa berbicara banyak dan jujur ketimbang bibir.
“kenapa? Ada yang aneh ya?”, Rafky bertanya polos. Aku suka, aku cinta ekspresinya. Semua ekspresi Rafky aku suka. Bahkan saat dulu dia ketahuan ngiler  di kelas.
“lu cakep”, aku berkata spontan. Rafky meringis. Perlahan lahan bibirnya mendekati bibirku, tangan kiri Rafky menundukkan kepalaku. Bibir kami berpagut, lidahnya menelusuri setiap jengkal dalam rongga mulutku. Rasanya dahsyat.Tangan kananku meremas rambutnya, mencoba mengukur kehalusannya. Ciuman ini semakin intens, masing masing berusaha mengukur kedalaman hati pasangannya. Aku hanyut, terbawa deras oleh nikmatnya sebuah ciuman. Rafky melepaskan pagutan bibirnya dariku untuk mengambil nafas. Lalu sesaat kemudian Rafky membenamkan bibirnya di pangkal leherku. Aku mendongak, memberi ruang yang lebih untuk Rafky mengeksplore daerah itu. Aku hanya bisa terengah, baru menyadari bahwa bibir Rafky bisa memberikan kenikmatan yang tak terkira pada pangkal leherku.Tangan kanan Rafky meremas kejantananku yang memang sudah berdiri tegang. Usapan dan belaian lembut tangan Rafky membuatnya semakin berdiri kokoh.
“boleh di buka yank?”, pertanyaan bodoh dan sekaligus membuatku sadar kembali. Ini kamarku, iya! Tapi di luar ada ibu, ada Reno dan oya ada Risky dkk juga. Dan jika aku memaksakan untuk bercinta dengan Rafky, disini. Sekarang. Itu adalah kesalahan besar. Kunci kamarku rusak, ya Tuhan aku sadar sekarang.
“yank, gua pengen liat. Boleh?”, aku menundukkan kepalaku dan menatap Rafky.
“jangan sekarang, aku takut ketahuan. Bisa?”.Rafky mengangguk, namun ini malah membuatku merasa bersalah.
“maaf Raf”
“it’s okay. Kita bisa lakuin ini lain kali. Gua gak keberatan”, aku mencium keningnya perlahan tepat saat pintu kamarku di ketuk dan kepala Reno nongol.
“Risky mau pulang tu”, Reno mengedipkan matanya. Entah di tujukan padaku atau Rafky. Sudahlah, bukan urusanku.
Rafky segera bergegas menuju ruang tamu dan setelah berpamitan mareka pulang, kecuali Nia. Sepertinya ada sesuatu ni antara Reno dan Nia. Hmm, cukup tau aja.
***

Semalam aku bermimpi cukup seru walaupun aneh dan emm terkesan di paksakan.Tapi sudahlah, lupakan mimpi itu. Aku berangkat sendiri, tidak menunggu Rafky karena setahuku dia akan bangun kesiangan. Dia baru bangun saat aku sedang sarapan tadi.Yah, dia memang pemalas. Well, mata kalian jangan melotot. Aku juga mengakui kok kalau untuk urusan bangun pagi aku juga termasuk dalam kategori ‘pemalas’. Okay? Puas kan?
Setiba di kelas aku langsung duduk di kursi depan. Tebakan kalian salah, bukan karena aku rajin atau apa. Tapi memang cuman tempat duduk itu yang tersisa. Dua di depan, tau kan siapa yang akan menempati tempat duduk di sampingku? Pacar baruku tentunya.Tapi ini bukan masalah, aku adalah tipikal siswa yang menyukai pelajaran. Ini serius. Aku memang menyukai semua pelajaran. Jika KKPI dan olahraga tidak termasuk di dalamnya.
Rafky baru datang saat jarum jam sudah menunjukkan 15 menit lewat dari jam pertama. Untung gurunya belum datang. Rafky nyengir ke arahku dan langsung duduk di sampingku. Kalian pasti tau kan alasanya? Ya, karena hanya tempat duduk di sampingku lha yang kosong. Aku sudah memberi tahu tadi di depan. Baru setengah jam lewat dari seharusnya beliau mengajar, guru itu datang.
“lu kaga bangunin gua”, pertanyaan itu terlontar dari bibir Rafky saat jam istirahat kedua.
“gua juga bangun siang”
“tapi seharusnya orang yang pertama kali lu ingat setelah bangun tu gua kan?”, aku menggelengkan kepalaku. Bayangkan, aku bangun setengah enam. Acara seperti mandi, sarapan, berpakaian dan lain sebagainya saja sudah menguras pikiranku. Mensiasati bagaimana supaya aku tidak terlambat namun tetap melakukan aktifitas di atas sudah cukup menyita perhatianku. Jadi dalam situasi tersebut, kalian masih terpikirkan untuk sedikit berbuat baik dengan membangunkan kekasihmu?  Jujur, bahkan nama Rafky pun aku tidak ingat. Dalam situasi tadi pagi, okay? Well, mungkin kalian akan bilang kalau ini berlebihan. Tapi aku jujur, inilah yang terjadi.
“boleh gabung? Meja lain penuh”, suara itu milik Andi. Aku mengenalinya.
“okay, silahkan”, Rafky dengan ramah mempersilakan Andi (dia tidak sendiri, ada Rika) untuk duduk. Aku hanya tersenyum kecil.
“thanks”, Andi duduk dan menatapku sekilas, aku melengos. Aku masih belum siap melihat tatapan itu. Tatapan penuh harap. Makan siangku terasa hambar, bukan karena masakan penjual kantin yang mungkin lupa memberi garam.Tapi situasi ini, seseorang dengan mantan pacar, pacarnya yang sekarang dan orang yang menyebabkan keretakan hubungan mereka ada di satu meja makan.
“aku yang bakal traktir, jadi kalian santai saja”. Aku yang sedang asyik menikmati mie gorengku mendongakkan kepala. Apa yang dikatakan Rika barusan menggelitik indera pendengaranku.
“wow, baik banget”, semoga apa yang aku ucapkan ini tidak terdengar seperti sindiran. Tapi harapanku ternyata agak kurang berhasil jika melihat tatapan Rafky padaku yang seperti mengatakan apa-apaan-sikapmu-ini. You know that I mean.
“aku baru saja jadian dengan Andi”, kali ini Andi yang tersedak. Sepertinya Andi kurang rela jika aku mengetahui tentang hubunganya bersama Rika. Aku hanya memutar bola mataku. Berita basi, aku tau ini bakal terjadi.Ternyata tekat Andi untuk mendapatkanku kembali terlalu lemah. Sudahlah, aku sudah melepasnya.
“selamat ya, thanks buat traktiranya”, Rafky hanya menyalami Rika dan tidak mengindahkan Andi. Ini juga cerita lama, mereka memang jarang ngobrol. Rika menatapku setelah mendapat acara jabat tangan dengan Rafky. Mungkin dia mengharapkan akan mendapatkan tusukan silet berkarat gratis dariku atau mungkin sayatan berdiskon di lengan rampingnya. Nyatanya aku hanya tersenyum padanya.
“good luck. Semoga langgeng”, akhirnya aku berkata.
“ya Nan, thanks so much ya”. Ekspresi kebahagian Rika sepertinya berlebihan. Seakan akan ingin mengatakan padaku bahwa dialah pemenangnya yang mendapatkan Andi. Persetan!!
Berbeda dengan Rika yang mengumbar giginya kemana mana dengan senyumnya, Andi makan dengan diam. Sesekali Andi melirikku, entah apa maksutnya aku pun kurang tau.
“uda?”, tanya Rafky padaku. Aku mengangguk.
“yok! Duluan ya An, Rik”, Rafky berkata sambil bangkit dari tempat duduk.
“thanks ya buat traktirannya”, kataku sebelum meninggalkan pasangan yang bertemu kembali setelah beberapa tahun kemudian itu. Huft!! Menyebalkan!
“lu kayaknya kaga suka ngeliat mereka jadian”, tebak Rafky setelah kita berdua ada di kelas.
“sapa bilang?”
“gua barusan”, aku hanya mengedikkan bahuku perlahan
“biasa aja”
“yakin?”, Rafky bertanya dengan nada yang sama seperti saat orang mengatakan sumpeh-loe?
“masih sayang Andi?”. pertanyaan ini membuat aku sedikit kelimpungan. Apa yang harus aku katakan? Kalau mengikuti hati nurani mungkin aku akan berkata ya. Namun, kadang hidup itu perlu improvisasi.
“gua sayangnya sama lu”, aku berkata perlahan. Takut kedengaran anak yang lain. Rafky tersenyum manis untukku. Hal yang dulu sangat  jarang Rafky lakukan untukku.
“thanks”
***


Aku sedang duduk menunggu Rafky yang sedang ke belakang. Aku menatap ke seluruh penjuru kamar Rafky, tidak ada yang aneh. Semua terletak pada tempatnya masing masing. Meja belajar dan beberapa aksesoris Tamiya di atasnya. Baju seragam yang di gantungkan di belakang pintu. Untuk ukuran lelaki, ternyata kamar Rafky lebih rapi. Bahkan lebih rapi dari kamar Andi. Jangan di bandingkan dengan kamarku, itu sama saja kalian ingin mencoreng nama baikku.
“lama ya? Ni ada mangga”, kata Rafky sambil meletakkan potongan potongan buah mangga yang ada di piring di depanku.
“hhehe, tau aja gua laper”
Rafky tersenyum lalu memelukku dari belakang.
“kok gak di makan? Katanya suka mangga? Manis lho”, mungkin Rafky harus mencatumkan penjual mangga sebagai salah satu profesinya kelak. Dia berbakat.
“suapin”. Rafky tergelak sesaat
“manja”
“hmm, katanya pengen nonton step up”
“bentar”, kata Rafky setelah berhasil memasukkan sepotong mangga ke dalam mulutku. Dia bergegas mencari setumpukan kaset lalu memasukkanya ke dalam dvd player. Step up bermain dan aku suka film ini. Ada yang tau cowok yang bermain dalam step up 3D? Dia seksi dan yummy sekali. Sambil nonton aku mengambil hp milik Rafky, membukanya dan melihat koleksi lagu lagu yang Rafky miliki. Kami bersandar pada ranjang sedangkan kepalaku aku letakkan di bahu Rafky. Rasanya nyaman sekali dan aku ingin waktu berhenti. Namun aku mengkernyitkan keningku saat menemui beberapa list lagu yang menurutku gak-Rafky-banget. Beberapa lagu milik Hijau Daun yang sukses membuat aku ternganga.Ternyata selera bermusikku dan Rafky berbeda. Sedikit terkejut juga saat mendapati beberapa lagu kangen band bertengger manis di playlist musiknya.
Maaf, tapi bagiku selera Rafky aneh. Untuk cowok sepopuler Rafky, lagu lagu ini terkesan yah, you-know-what-lah.
“kenapa? Muke lu asem banget”, tanya Rafky yang mungkin agak sedikit bingung melihat ekspresiku.
“gak papa, aneh aja”
“hha? Apanya?”. Aku menunjukkan beberapa list lagu yang aku temukan tadi pada Rafky.
“itu Muhadi yang download, lupa gua hapus. Kalau mau lihat koleksi music gua tu di sini”, jari Rafky menyentuh jariku. Mengarahkanku untuk membuka sebuah folder khusus. Aku terperangah, aku memang sempat curiga tadi. Namun, begitu tau isi folder itu, aku benar benar syok.
Bukan!! Bukan gambar cowok cowok telanjang, walaupun jujur aku mengharapkannya. Bukan juga koleksi video porno.Tapi isi dari folder ini adalah foto foto ku. Serius!! Aku juga sangat terkejut tadi. Ada beberapa fotoku sedang di kelas, beberapa lagi di kantin dan masih banyak yang lainnya. Bahkan ada fotoku waktu masih mengikuti MOS. Aku menatap mata Rafky dalam. Semua di ambil tanpa sepengetahuaku.
“gua sudah suka sama lu dari dulu”. Aku merasa surprised banget. Rasanya benar benar menyenangkan. Bahagia setengah mampus. Bahkan cowok yummy jago ngedance yang ada dalam step up tidak aku perhatikan, Rafky begitu mempesonaku.
Kembali aku di buat terkejut saat Rafky melepaskan pelukanku lalu berdiri.
“kata lu kemaren lu lebih suka liat gua telanjang kan?”, Oh My Good!! Beri aku umur panjang. Rafky dengan gaya perlahan yang maskulin melepaskan kaosnya. Aku sudah beberapa kali melihatnya telanjang dada, tapi tetap saja masih saja membuat jantungku berdebar lebih keras dan pembuluh darah di daerah pusakaku mengalir lebih deras. Oh ya, sekedar informasi aku tidak bisa terangsang dengan sembarang laki laki, beberapa laki laki malah bisa membuatku ill feel jika mereka telanjang.
“gua sek. .si? Menurut lu?”, pertanyaan ragu ragu yang di ucapkan oleh Rafky barusan membuatku bingung.
“gua kaga seramping Andi”, pernyataan Rafky barusan sukses membuatku tertawa terbahak. Aku bangkit dan langsung memeluknya, jariku menyentuh dadanya. Mengusap putingnya perlahan. Membuat Rafky menarik nafas perlahan.
“jangan menyiksaku”, aku hanya tersenyum.
“gua suka semua yang ada pada diri lu Raf”, kataku sambil memeluknya. Merapatkan tubuhku padanya, ingi menyerap semua keindahan yang Rafky punya.
“pintunya uda di kunci kan?”, Rafky mengangguk.
“sekarang? Kita baru pacaran dua hari lho”
“kemaren kita baru pacaran dua jam, lu uda nyosor gua”, aku terkikik. Rafky hanya tersenyum kikuk. Tapi entah kenapa situasi ini malah terasa aneh. Kita saling berpelukan, tapi tidak ada yang berani memulai. Aku membenamkan kepalaku di pangkal lahernya.
“bentar”, Rafky mematikan step up yang baru setengah jalan  lalu langsung memutar sebuah lagu dari hpnya. Lagu lama LeAnn Rimes ‘how do I live’ mulai mengalun. Rafky memelukku kembali, membenamkan kepalaku di pangkal lehernya.
“gua pengen meluk lu selama yang gua bisa”, perkataan Rafky barusan sanggup membuatku merasa menjadi orang yang paling bahagia. Mencium aroma khas Rafky yang selalu bisa membiusku.
Bersambung dulu aja deh,.
Wkwkwkwk. . .


Aku mau tanya pendapat kalian, adakah di antara pembaca sekalian yang sudah jujur kepada orang tua kalian tentang orientasi kalian?
Kalau misal ingin jujur, bagaimana cara yang tepat mengatakanya?
Aku sedang galau tingkat tinggi


Semoga kalian menyukai part ini
Akhir akhir ini aku terserang insomnia
Ada yang tau tips supaya bisa tidur cepat dan lelap?
Maaf aku banyak tanya
Wish the best for you all guys
Sekali lagi aku berharap kalian belum bosan
Karena jujur aku mulai penat dengan cerita ini
Membuat cerbung ternyata tidak semudah yang aku bayangkan




Ardhinansa

4 komentar:

  1. Anonim6/11/2013

    ceritanya bagus kok.. aku yakin banyak silent reader disini.. ayo donk yang pada baca ceritanya nansa, kasih komentar biar nansa semangat nglanjutin ceritanya. hehehe ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak yg komen lewat fb kok. hehe

      Hapus
  2. FB u ap? Nan?!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ardhinansa Adiatama. ato klik aja tuh pojok atas yg ada tulisannya my facebook.

      Hapus

leave comment please.