CERITAKU 12
Rafky melepaskan pelukannya dan
berjalan ke arah pintu. Membukanya
dan langsung mendapati eyang yang tengah berdiri dengan cemas.
“kenapa eyang?”
“Risky belum pulang Riri”, aku
mengkernyitkan keningku. Bukannya
eyang tidak terlalu ambil pusing dengan Andi dan Risky?
“baru juga jam 5 kok eyang”
“kamu itu lho, di bilangin!! Cariin
ya?”
“iya eyang”, si eyang hanya
tersenyum dan menganggukan kepalanya padaku. Aku hanya bisa tersenyum kikuk.
“yok, bantuin gua nyari Risky”
“pake kaos dulu kek”, Rafky meringis
ke arahku.
“tapi lu lebih suka gua kayak gini
kan?”. Aku mengulurkan kaos yang teronggok di atas ranjang Rafky setelah
menilai bahwa kaos tanpa lengan ini masih layak pakai.
“pakai!! Dan ngomong ngomong tentang
suka, gua lebih suka lu telanjang. Okay?”, rafky agak melongo lalu tertawa
lebar.
“kapan kapan ya?”, kata Rafky sambil
mengenakan kaos yang aku pilihkan tadi dan langsung melangkah keluar. Aku
mengikutinya masih dengan hati yang kebat kebit.
“uda di sms lom?”, tanyaku sewaktu
akan naik ke atas motornya Rafky.
“uda kok, makanya gua sekalian
nganterin lu”, aku berpikir sejenak.
“Risky di rumah gua?”.Rafky hanya
mengangguk dan langsung melajukan motornya.Tanpa sengaja aku berpapasan dengan
Andi yang baru saja pulang sekolah dengan motornya. Kaca helm Andi di naikkan
dan aku dengan jelas bisa melihat wajah sendunya. Kenapa Andi? kok sedih banget
kayaknya. Bukan karena baru saja putus denganku kan? Halah ngarep banget.Yang
ada mungkin Andi baru saja merayakannya bersama Rika. Lamunanku tentang Andi
buyar begitu aku menyadari ada tangan asing yang menggegam tanganku. Tangan
Rafky, siapa lagi coba? Masa tangan genderuwo? Aku dan Rafky sama sama tidak
memakai helm, jadi aku sedikit melongokan kepalaku agar bibirku tepat di kuping
Rafky.
“fokus sama jalan!!”, kataku sedikit
keras di dekat telinganya. Melalui kaca spion aku bisa melihat Rafky tergelak.
Aku masih tak mempercayainya, ini seperti dream come true. Hanya butuh waktu 15
menit untuk sampai ke rumahku, dengan motor Rafky tentunya. Aku langsung turun yang
kemudian di ikuti oleh Rafky. Di
ruang tamu aku mendapati Reno, Risky, Dewi dan Nia sedang (tampaknya, walaupun
aku ragu) belajar kelompok. Secara kan Nia tidak sekolah? Lagipula mereka lebih
tampak seperti tante tante yang sedang menggelar arisan brondong.
“kak Nansa”, aku hanya tersenyum
ringan saat Risky menegurku tadi.
“masih lama Ris?”, tanya Rafky
sekilas.
“lumayan mas, setengah jam lagi. Mas
Riri kok ada di sini?”, tanya Risky polos. Sumpah wajah mereka sebelas
duabelas. Cuman
kalau boleh jujur, Risky sepertinya tidak sepolos kakaknya. Buktinya, dulu dia hampir
membuat Dewi hamil.
“jemput elu lha. Ya udah gua
tungguin lu”
“ya mas”, Rafky tersenyum lalu
mengikutiku menuju kamarku. Rafky nampak tertegun saat melihatku tengah melepas
seragam osisku.
“jangan bilang kalau lu pengen”
“gak kok, badan lu kurus juga ya
ternyata”. Rafky berkata santai yang membuatku ingin menyumpalkan seluruh
koleksi kaos kakiku yang belum sempat aku cuci. Rafky mungkin lupa kalau
sekarang aku adalah pacarnya terhitung sejak dua jam lalu. Seharusnya dia
mengucapkan kalimat seperti, ‘badan lu asik juga’ atau ‘gua nafsu berat liat
putting lu’. Ya semacam kalimat seperti itulah. Tapi apa yang aku dapatkan? Kalimat
tidak penting. ‘Badan lu kurus juga ya?’ Okay, aku emang kurus tapi apa iya
harus disiarkan sejelas itu? Sebagai pacar, seharusnya Rafky bisa sedikit
membesarkan hatiku dan juga meningkatkan kepercayaan diriku. Sudahlah, forget
it.
Aku menganti seragamku dengan celana
pendek dan kaos oblong. Menggantungkan
seragamku lagi di balik pintu.
“hei, sini”, kata Rafky sambil
menepuk nepuk pahanya. Mungkin Rafky bermaksut ingin memangkuku. Aku segera mendaratkan
pantatku tepat di pahanya, Rafky meringis.
“kurus kurus berat juga ya?”, aku
hanya tersenyum masam mendengar ucapan Rafky barusan. Ambil positifnya saja. Siapa tahu ternyata Rafky
sebenarnya ingin memujiku bahwa ternyata kurus kurus, badanku berisi juga.
Namun agak di perkasar, Rafky kan pemalu. Hoeks!!
“kaga jadi?”, kataku sambil pura
pura akan turun dari pangkuan Rafky.
“jadi kok, kerasa gak yank?”,
awalnya aku bingung dengan pertanyaan Rafky barusan. Namun begitu aku merasakan
bahwa ada yang menggeliat menggeliat di bawah pantatku aku mulai ngeh.
“ngeres”, kataku singkat.
“lha bukannya wajar? Justru kalau
‘dede’ gua kaga ereksi waktu di dudukin lu, mungkin patut di pertanyakan”. Aku
memutar kedua bola mataku.Wajar? Justru yang seperti ini yang harus
di pertanyakan.Terangsang dengan pria. Begitupun dengan aku, terangsang
dengan pria. Ironis.
“kok diem yank? Kaga nyaman ya?”
Aku menatap Rafky, mencari tahu
kedalaman cintanya untukku. Mencari
tau keseriusannya. Kata
orang, mata selalu bisa berbicara banyak dan jujur ketimbang bibir.
“kenapa? Ada yang aneh ya?”, Rafky
bertanya polos. Aku suka, aku cinta ekspresinya. Semua ekspresi Rafky aku
suka. Bahkan saat dulu dia ketahuan ngiler di kelas.
“lu cakep”, aku berkata spontan.
Rafky meringis. Perlahan
lahan bibirnya mendekati bibirku, tangan kiri Rafky menundukkan kepalaku. Bibir kami berpagut,
lidahnya menelusuri setiap jengkal dalam rongga mulutku. Rasanya dahsyat.Tangan
kananku meremas rambutnya, mencoba mengukur kehalusannya. Ciuman ini semakin
intens, masing masing berusaha mengukur kedalaman hati pasangannya. Aku hanyut, terbawa deras
oleh nikmatnya sebuah ciuman. Rafky
melepaskan pagutan bibirnya dariku untuk mengambil nafas. Lalu sesaat kemudian
Rafky membenamkan bibirnya di pangkal leherku. Aku mendongak, memberi
ruang yang lebih untuk Rafky mengeksplore daerah itu. Aku hanya bisa terengah,
baru menyadari bahwa bibir Rafky bisa memberikan kenikmatan yang tak terkira
pada pangkal leherku.Tangan kanan Rafky meremas kejantananku yang memang sudah
berdiri tegang. Usapan
dan belaian lembut tangan Rafky membuatnya semakin berdiri kokoh.
“boleh di buka yank?”, pertanyaan
bodoh dan sekaligus membuatku sadar kembali. Ini kamarku, iya! Tapi di luar ada
ibu, ada Reno dan oya ada Risky dkk juga. Dan jika aku memaksakan
untuk bercinta dengan Rafky, disini. Sekarang. Itu adalah kesalahan besar. Kunci kamarku rusak, ya
Tuhan aku sadar sekarang.
“yank, gua pengen liat. Boleh?”, aku
menundukkan kepalaku dan menatap Rafky.
“jangan sekarang, aku takut
ketahuan. Bisa?”.Rafky mengangguk, namun ini malah membuatku merasa bersalah.
“maaf Raf”
“it’s okay. Kita bisa lakuin ini
lain kali. Gua gak keberatan”, aku mencium keningnya perlahan tepat saat pintu
kamarku di ketuk dan kepala Reno nongol.
“Risky mau pulang tu”, Reno
mengedipkan matanya. Entah
di tujukan padaku atau Rafky. Sudahlah,
bukan urusanku.
Rafky segera bergegas menuju ruang
tamu dan setelah berpamitan mareka pulang, kecuali Nia. Sepertinya ada sesuatu
ni antara Reno dan Nia. Hmm, cukup tau aja.
***
Semalam aku bermimpi cukup seru
walaupun aneh dan emm terkesan di paksakan.Tapi sudahlah, lupakan mimpi itu.
Aku berangkat sendiri, tidak menunggu Rafky karena setahuku dia akan bangun
kesiangan. Dia baru bangun saat aku sedang sarapan tadi.Yah, dia memang
pemalas. Well, mata kalian jangan melotot. Aku juga mengakui kok kalau untuk
urusan bangun pagi aku juga termasuk dalam kategori ‘pemalas’. Okay? Puas kan?
Setiba di kelas aku langsung duduk
di kursi depan. Tebakan kalian salah, bukan karena aku rajin atau apa. Tapi
memang cuman tempat duduk itu yang tersisa. Dua di depan, tau kan siapa yang
akan menempati tempat duduk di sampingku? Pacar baruku tentunya.Tapi
ini bukan masalah, aku adalah tipikal siswa yang menyukai pelajaran. Ini serius. Aku memang menyukai semua
pelajaran. Jika
KKPI dan olahraga tidak termasuk di dalamnya.
Rafky baru datang saat jarum jam
sudah menunjukkan 15 menit lewat dari jam pertama. Untung gurunya belum datang. Rafky nyengir ke arahku
dan langsung duduk di sampingku. Kalian pasti tau kan alasanya? Ya, karena hanya
tempat duduk di sampingku lha yang kosong. Aku sudah memberi tahu tadi di
depan. Baru setengah jam lewat dari seharusnya beliau mengajar, guru itu
datang.
“lu kaga bangunin gua”, pertanyaan
itu terlontar dari bibir Rafky saat jam istirahat kedua.
“gua juga bangun siang”
“tapi seharusnya orang yang pertama
kali lu ingat setelah bangun tu gua kan?”, aku menggelengkan kepalaku.
Bayangkan, aku bangun setengah enam. Acara seperti mandi, sarapan, berpakaian
dan lain sebagainya saja sudah menguras pikiranku. Mensiasati bagaimana supaya
aku tidak terlambat namun tetap melakukan aktifitas di atas sudah cukup menyita
perhatianku. Jadi
dalam situasi tersebut, kalian masih terpikirkan untuk sedikit berbuat baik
dengan membangunkan kekasihmu? Jujur,
bahkan nama Rafky pun aku tidak ingat. Dalam situasi tadi pagi, okay? Well,
mungkin kalian akan bilang kalau ini berlebihan. Tapi aku jujur, inilah yang
terjadi.
“boleh gabung? Meja lain penuh”,
suara itu milik Andi. Aku
mengenalinya.
“okay, silahkan”, Rafky dengan ramah
mempersilakan Andi (dia tidak sendiri, ada Rika) untuk duduk. Aku hanya
tersenyum kecil.
“thanks”, Andi duduk dan menatapku
sekilas, aku melengos. Aku masih belum siap melihat tatapan itu. Tatapan penuh harap. Makan siangku terasa
hambar, bukan karena masakan penjual kantin yang mungkin lupa memberi garam.Tapi
situasi ini, seseorang dengan mantan pacar, pacarnya yang sekarang dan orang
yang menyebabkan keretakan hubungan mereka ada di satu meja makan.
“aku yang bakal traktir, jadi kalian
santai saja”. Aku yang sedang asyik menikmati mie gorengku mendongakkan kepala. Apa yang dikatakan Rika
barusan menggelitik indera pendengaranku.
“wow, baik banget”, semoga apa yang
aku ucapkan ini tidak terdengar seperti sindiran. Tapi harapanku ternyata agak
kurang berhasil jika melihat tatapan Rafky padaku yang seperti mengatakan
apa-apaan-sikapmu-ini. You know that I mean.
“aku baru saja jadian dengan Andi”,
kali ini Andi yang tersedak. Sepertinya Andi kurang rela jika aku mengetahui
tentang hubunganya bersama Rika. Aku hanya memutar bola mataku. Berita basi, aku tau ini
bakal terjadi.Ternyata tekat Andi untuk mendapatkanku kembali terlalu lemah. Sudahlah, aku sudah
melepasnya.
“selamat ya, thanks buat
traktiranya”, Rafky hanya menyalami Rika dan tidak mengindahkan Andi. Ini juga
cerita lama, mereka memang jarang ngobrol. Rika menatapku setelah
mendapat acara jabat tangan dengan Rafky. Mungkin dia mengharapkan akan
mendapatkan tusukan silet berkarat gratis dariku atau mungkin sayatan berdiskon
di lengan rampingnya. Nyatanya aku hanya tersenyum padanya.
“good luck. Semoga langgeng”,
akhirnya aku berkata.
“ya Nan, thanks so much ya”.
Ekspresi kebahagian Rika sepertinya berlebihan. Seakan akan ingin mengatakan
padaku bahwa dialah pemenangnya yang mendapatkan Andi. Persetan!!
Berbeda dengan Rika yang mengumbar
giginya kemana mana dengan senyumnya, Andi makan dengan diam. Sesekali Andi
melirikku, entah apa maksutnya aku pun kurang tau.
“uda?”, tanya Rafky padaku. Aku
mengangguk.
“yok! Duluan ya An, Rik”, Rafky
berkata sambil bangkit dari tempat duduk.
“thanks ya buat traktirannya”,
kataku sebelum meninggalkan pasangan yang bertemu kembali setelah beberapa
tahun kemudian itu. Huft!! Menyebalkan!
“lu kayaknya kaga suka ngeliat
mereka jadian”, tebak Rafky setelah kita berdua ada di kelas.
“sapa bilang?”
“gua barusan”, aku hanya mengedikkan
bahuku perlahan
“biasa aja”
“yakin?”, Rafky bertanya dengan nada
yang sama seperti saat orang mengatakan sumpeh-loe?
“masih sayang Andi?”. pertanyaan ini
membuat aku sedikit kelimpungan. Apa yang harus aku katakan? Kalau mengikuti
hati nurani mungkin aku akan berkata ya. Namun, kadang hidup itu perlu
improvisasi.
“gua sayangnya sama lu”, aku berkata
perlahan. Takut kedengaran anak yang lain. Rafky tersenyum manis untukku. Hal
yang dulu sangat jarang Rafky lakukan
untukku.
“thanks”
***
Aku sedang duduk menunggu Rafky yang
sedang ke belakang. Aku
menatap ke seluruh penjuru kamar Rafky, tidak ada yang aneh. Semua terletak pada
tempatnya masing masing. Meja
belajar dan beberapa aksesoris Tamiya di atasnya. Baju seragam yang di
gantungkan di belakang pintu. Untuk
ukuran lelaki, ternyata kamar Rafky lebih rapi. Bahkan lebih rapi dari
kamar Andi. Jangan di bandingkan dengan kamarku, itu sama saja kalian ingin
mencoreng nama baikku.
“lama ya? Ni ada mangga”, kata Rafky
sambil meletakkan potongan potongan buah mangga yang ada di piring di depanku.
“hhehe, tau aja gua laper”
Rafky tersenyum lalu memelukku dari
belakang.
“kok gak di makan? Katanya suka
mangga? Manis
lho”, mungkin Rafky harus mencatumkan penjual mangga sebagai salah satu
profesinya kelak. Dia berbakat.
“suapin”. Rafky tergelak sesaat
“manja”
“hmm, katanya pengen nonton step up”
“bentar”, kata Rafky setelah
berhasil memasukkan sepotong mangga ke dalam mulutku. Dia bergegas mencari
setumpukan kaset lalu memasukkanya ke dalam dvd player. Step up bermain dan aku
suka film ini. Ada yang tau cowok yang bermain dalam step up 3D? Dia seksi dan yummy
sekali. Sambil
nonton aku mengambil hp milik Rafky, membukanya dan melihat koleksi lagu lagu
yang Rafky miliki. Kami
bersandar pada ranjang sedangkan kepalaku aku letakkan di bahu Rafky. Rasanya nyaman sekali dan
aku ingin waktu berhenti. Namun
aku mengkernyitkan keningku saat menemui beberapa list lagu yang menurutku
gak-Rafky-banget. Beberapa
lagu milik Hijau Daun yang sukses membuat aku ternganga.Ternyata selera
bermusikku dan Rafky berbeda. Sedikit terkejut juga saat mendapati beberapa
lagu kangen band bertengger manis di playlist musiknya.
Maaf, tapi bagiku selera Rafky aneh. Untuk cowok sepopuler
Rafky, lagu lagu ini terkesan yah, you-know-what-lah.
“kenapa? Muke lu asem banget”, tanya
Rafky yang mungkin agak sedikit bingung melihat ekspresiku.
“gak papa, aneh aja”
“hha? Apanya?”. Aku menunjukkan beberapa
list lagu yang aku temukan tadi pada Rafky.
“itu Muhadi yang download, lupa gua
hapus. Kalau mau lihat koleksi music gua tu di sini”, jari Rafky menyentuh
jariku. Mengarahkanku
untuk membuka sebuah folder khusus. Aku terperangah, aku memang sempat
curiga tadi. Namun,
begitu tau isi folder itu, aku benar benar syok.
Bukan!! Bukan gambar cowok cowok
telanjang, walaupun jujur aku mengharapkannya. Bukan juga koleksi video
porno.Tapi isi dari folder ini adalah foto foto ku. Serius!! Aku juga sangat
terkejut tadi. Ada
beberapa fotoku sedang di kelas, beberapa lagi di kantin dan masih banyak yang
lainnya. Bahkan
ada fotoku waktu masih mengikuti MOS. Aku menatap mata Rafky dalam. Semua di ambil tanpa
sepengetahuaku.
“gua sudah suka sama lu dari dulu”.
Aku merasa surprised banget. Rasanya benar benar menyenangkan. Bahagia setengah mampus. Bahkan cowok yummy jago
ngedance yang ada dalam step up tidak aku perhatikan, Rafky begitu mempesonaku.
Kembali aku di buat terkejut saat
Rafky melepaskan pelukanku lalu berdiri.
“kata lu kemaren lu lebih suka liat
gua telanjang kan?”, Oh My Good!! Beri aku umur panjang. Rafky dengan gaya
perlahan yang maskulin melepaskan kaosnya. Aku sudah beberapa kali melihatnya
telanjang dada, tapi tetap saja masih saja membuat jantungku berdebar lebih
keras dan pembuluh darah di daerah pusakaku mengalir lebih deras. Oh ya,
sekedar informasi aku tidak bisa terangsang dengan sembarang laki laki,
beberapa laki laki malah bisa membuatku ill feel jika mereka telanjang.
“gua sek. .si? Menurut lu?”,
pertanyaan ragu ragu yang di ucapkan oleh Rafky barusan membuatku bingung.
“gua kaga seramping Andi”,
pernyataan Rafky barusan sukses membuatku tertawa terbahak. Aku bangkit dan
langsung memeluknya, jariku menyentuh dadanya. Mengusap putingnya
perlahan. Membuat
Rafky menarik nafas perlahan.
“jangan menyiksaku”, aku hanya
tersenyum.
“gua suka semua yang ada pada diri
lu Raf”, kataku sambil memeluknya. Merapatkan tubuhku padanya, ingi menyerap
semua keindahan yang Rafky punya.
“pintunya uda di kunci kan?”, Rafky
mengangguk.
“sekarang? Kita baru pacaran dua
hari lho”
“kemaren kita baru pacaran dua jam,
lu uda nyosor gua”, aku terkikik. Rafky hanya tersenyum kikuk. Tapi entah kenapa situasi
ini malah terasa aneh. Kita
saling berpelukan, tapi tidak ada yang berani memulai. Aku membenamkan kepalaku
di pangkal lahernya.
“bentar”, Rafky mematikan step up
yang baru setengah jalan lalu langsung
memutar sebuah lagu dari hpnya. Lagu lama LeAnn Rimes ‘how do I live’ mulai
mengalun. Rafky memelukku kembali, membenamkan kepalaku di pangkal lehernya.
“gua pengen meluk lu selama yang gua
bisa”, perkataan Rafky barusan sanggup membuatku merasa menjadi orang yang
paling bahagia. Mencium
aroma khas Rafky yang selalu bisa membiusku.
Bersambung dulu aja deh,.
Wkwkwkwk. . .
Aku mau tanya pendapat kalian,
adakah di antara pembaca sekalian yang sudah jujur kepada orang tua kalian
tentang orientasi kalian?
Kalau misal ingin jujur, bagaimana
cara yang tepat mengatakanya?
Aku sedang galau tingkat tinggi
Semoga kalian menyukai part ini
Akhir akhir ini aku terserang
insomnia
Ada yang tau tips supaya bisa tidur
cepat dan lelap?
Maaf aku banyak tanya
Wish the best for you all guys
Sekali lagi aku berharap kalian
belum bosan
Karena jujur aku mulai penat dengan
cerita ini
Membuat cerbung ternyata tidak
semudah yang aku bayangkan
Ardhinansa
ceritanya bagus kok.. aku yakin banyak silent reader disini.. ayo donk yang pada baca ceritanya nansa, kasih komentar biar nansa semangat nglanjutin ceritanya. hehehe ^^
BalasHapusbanyak yg komen lewat fb kok. hehe
HapusFB u ap? Nan?!!!
BalasHapusArdhinansa Adiatama. ato klik aja tuh pojok atas yg ada tulisannya my facebook.
Hapus