Cowok
terceroboh sepanjang massa, kalian boleh melabeliku seperti itu. Aku akan
terima dengan lapang dada. Sungguh. Bagaimanapun juga, bagaimana mungkin aku
meninggalkan mobilku begitu saja di rumah sakit dan melenggang santai pulang ke
rumah. Oh ya, diantar mantan pacar lagi. Hebat!
Walaupun
papa dan mama tidak begitu mempermasalahkan soal itu. Karena Paman Pri dan Lek
Tien terus meyakinkan kedua orangtuaku bahwa mobilku aman. Tidak akan ada yang
mencurinya. Aku juga sangat yakin itu. Terlebih lagi, hampir semua orang di
kota ini tau kalau itu mobil milikku. Aku juga yakin akan hal ini.
Yang jadi
masalah adalah, keesokkan harinya aku dan Galih harus mengambil mobil itu
berdua. Ya berdua. Kurang jelas? BERDUA!!
Awalnya
hanya Galih yang akan mengambil mobilnya. Namun, mama dan papaku sepertinya
sedang mengajariku rasa tanggung jawab. Karena dengan dalil tanggung jawab
tersebut kedua orang tuaku menyuruhku –akan lebih tepat kalau aku sebut memaksa
sebenarnya- untuk menemani Galih mengambil mobilku di rumah sakit. Galih sudah
sehat kalau kalian ingin tahu. Daya sembuhnya luar biasa.
Walaupun
dia masih memakai jaket lumayan tebal walaupun udara lumayan cerah disini. Kita
naik angkot untuk pergi ke rumah sakit. Bukan, ini bukan pengalaman pertamaku
naik angkot, bukan! Aku pernah naik angkot dulu bareng Hendra. Tambahan lagi,
disini tidak ada taksi. Jadi ya begitulah. Terdamparlah aku dengan manis di
dalam angkot ini.
Beberapa
penumpang mengajakku mengobrol dengan gaya sok kenal yang membuatku muak. Namun
aku masih tahu sopan santun. Aku menanggapi mereka dengan sopan, walau terkesan
sebal. Aku tidak bisa menutupinya. Perasaan sebalku.
Setelah
sampai depan rumah sakit. Aku harus mengucapkan terima kasih kepada sopir
angkot karena sebenarnya jalurnya tidak sampai depan rumah sakit. Namun karena
sopir angkotnya berkeras bahwa dia ingin membalas budi eyang dengan sedikit
menyenangkan cucunya, ya sudahlah. Aku hanya bisa berterima kasih. Eyangku
sepertinya sangat baik sekali.
“Den?”
Galih memanggilku. Ampun deh, aku dan Galih memang sama sekali tidak mengobrol
sejak tadi. Bagaimanapun juga, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Galih
menciumku dan mengatakan kalau dia mencintaiku. Dan aku tidak tahu harus
menanggapinya seperti apa. Pada kenyataannya aku juga masih mencintai Herry.
Aku tidak bisa menerima Galih karena hatiku masih bercabang. Aku juga tidak
bisa menolaknya karena jujur, aku mulai menyukainya.
“Iya?”
suaraku kaku. Bahkan agak dingin.
“Maaf,
saya kemaren . . .”
“Uda mas,
gak papa. Itu mobilnya mas. Buruan yok, makin panas nih!” aku berusaha sekeras
mungkin agar perhatian Galih teralihkan. Agar dia menjauhi topik ini untuk
beberapa waktu kedepan. Mungkin ciumannya memang lebih hebat dari Herry, tapi
aku tidak akan membandingkannya. Galih berusia 20’an awal sedangkan Herry
seumuranku. Jelas bahwa secara jam terbang Herry kalah. Apalagi, aku adalah
cinta pertama Herry. Jelas sekali jam terbang Herry adalah NOL BESAR. Galih?
Aku yakin pemuda setampan dia mempunyai pengalaman seksual yang lebih. Mungkin.
Hanya mungkin.
Didalam
mobil, kondisi tidak menjadi lebih baik. Aku dan Galih seperti terjebak dalam
suatu keadaan rumit. Aku apalagi, aku tidak tahu harus memulai percakapan.
Dulu, aku bersikap masa bodoh dan ketakutan. Jadi memang aku menghindari
mengobrol dengan Galih. Kalau sekarang, situasinya jelas berbeda. Galih suka
aku, aku suka dia. Seharusnya kita pacaran. SEHARUSNYA.
Namun
kondisi yang terjadi adalah sebaliknya. Kita menjadi kikuk antara satu sama
lain. Di luar, Galih tetap tampak tenang seperti biasa. Tapi aku yakin bahwa
hatinya juga ketar-ketir. Dia baru saja nembak aku dan apa yang telah aku
lakukan? Aku belum menjawab pernyataan cintanya. Sudahlah, bahkan hingga sampai
rumah pun kita sama sekali tidak mengobrol. Hubungan kita jadi sangat aneh. Huft.
***
Aku
mengikuti Herry dan Taufik dengan sangat hati-hati. Sangat hati-hati banget
malah. Mungkin aku berbakat menjadi detektif. Hari ini seperti sebelumnya,
Herry menjadi dingin lagi padaku. Lebih menjaga jarak bahkan terkesan tidak
mengenalku. Aku semakin curiga.
Dan
begitu kesempatan itu datang –aku menyebut bahwa melihat Taufik dan Herry pergi
berdua secara diam-diam adalah kesempatan- aku tidak ingin menyia-nyiakannya.
Maksutku, kapan lagi? Kapan lagi aku akan mengetahui ada apa di balik semua ini!
Aku harus
menahan perasaanku saat Taufik beberap kali meremas pundak Herry dengan mesra.
Semoga mereka tidak menyadari kehadiranku. Beberapa hari ini aku getol belajar
bahasa jawa, bagaimanapun juga aku sangat membutuhkannya. Mereka pasti ngobrol
pake bahasa jawa kan? Hallo?
Baru kali
ini juga aku mengumpat tinggi badanku. Seandainya tubuhku lebih mungil,
mengintai Taufik dan Herry akan lebih gampang aku lakukan.
Mereka
sekarang berada di lingkungan sekolah yang bahkan aku tidak tahu. Maksutku, ini
masih di lingkungan sekolah. Aku tahu itu karena kita belum keluar gerbang.
Hanya saja aku belum pernah kesini sebelumnya. Gedung yang baru dibangun untuk
menambah kelas baru.
Mereka
berdiri berhadap-hadapan. Taufik menatap Herry sedangkan Herry memalingkan wajahnya.
Ingat? Tinggi badan Taufik bahkan lebih tinggi dariku. Hal yang tidak aku duga
selanjutnya adalah Taufik membuka kait celananya, menurunkan resletingnya
kemudian menurunkan celana abu-abu beserta celana dalamnya.
Glek!
Baru kali ini aku melihat batang kejantanan Taufik. Kecil banget!! Okay, itu
belum ereksi, tapi ya ampun! Aku tidak tahu ada laki-laki yang mempunyai ukuran
penis sekecil itu. Tidak sebanding dengan tubuh tinggi dan kekarnya. Huft,
bikin geli daripada bikin nafsu.
“Emut!”
itu kata pertama Taufik untuk Herry. Dari tadi mereka belom mengobrol, sejauh
yang didengar telingaku. Herry semakin menunduk dan memalingkan wajahnya. Ini
yang aneh, kalau mereka mempunyai hubungan khusus, seharusnya engga perlu
Taufik memerintah Herry seperti itu kan?
“Emut
goblok!!” oh, jadi sifat kasar Taufik memang tidak akting waktu MOS dulu.
Mengerikan. Aku melihat Herry masih enggan.
“Oh,
berarti koe pengen Bu Lilis karo Pak Hadi ngerti nek anak’e kiey homo!!” deg.
Jadi ini ancaman Taufik? Orangtuaku? Herry menekuk kedua lututnya, namun
mulutnya masih enggan untuk. . .
Aku
sebenarnya ingin kesana. Tapi apa itu akan membantu Herry? Bagaimana kalau
ancaman Taufik tidak main-main? Bagaimana kalau Taufik benar-benar
mengadukanku? Aku sama sekali belum siap keluargaku tahu akan hal ini. Sama
sekali belum siap!
Air
mataku merembes keluar saat melihat Herry dengan terpaksa mengulum penis
Taufik. Dia berkorban demi aku! Ya Tuhan, pria yang aku cintai melakukan hal
hina ini untuk melindungiku! Tidakkah Engkau tersentuh untuk membantu jalan
cinta kami Tuhan?
Aku . . .
Aku
bahkan tidak sanggup melihatnya. Apalagi Herry yang menjalaninya? Apa yang
harus aku lakukan? Aku menoleh kesekeliling dan melihat cat kaleng itu. Masih
penuh. Setidaknya, aku bisa membuat kegaduhan dan membuat mereka berpikir bahwa
mereka tidak hanya berdua saja disini. Aku mengambil kaleng cat tersebut. Ada
lima kaleng dan melemparkannya secara liar kearah mereka. Tidak ke tubuh mereka
tentu saja. Dan aku langsung lari sekencang-kencangnya. Setidaknya yang aku
lihat sebelum aku lari adalah Taufik buru-buru memakai celananya.
***
Aku
memikirkannya seribu kali sebelum aku membuat keputusan ini. Ke rumah Herry.
Aku sengaja memakai jumper berhoding untuk menutup kepalaku. Naik angkot, tidak
membawa mobil sendiri. Pergi secara diam-diam. Semua ini aku lakukan agar
kepergianku tidak terlihat oleh Taufik. Bagaimanapun juga dia tinggal
dibelakang rumah eyang. Beberapa hari ini aku juga jadi kepikiran bagaimana
kalau selama ini Taufik memata-mataiku? Agak gila memang daya khayalku. Namun
melihat apa yang dilakukan Taufik pada Herry, aku tahu kemungkinan itu ada.
Sangat ada. Jujur, aku juga masih geli melihat ukuran penis Taufik. Oke, out of
story I think.
Aku mengetuk rumah Herry dengan agak pelan
juga. Lebay sih, tapi ya itu aku paranoid. Untung saja Herry langsung
membukanya. Syukurlah dia yang membuka.
“Seno?!”
Aku mendorongnya masuk dan langsung menutup pintu. Tingkah lakuku persis orang
mau merampok.
“Kamu
sendirian?” haduh, pertanyaanku juga seperti orang mau merampok. Herry
mengangguk pelan.
“Ibu sama
Bapak lagi kondangan ke rumah sodara.” Herry sepertinya masih linglung kenapa
aku tiba-tiba ada disini dan bertingkah sangat aneh.
“Ke
kamarmu aja.”
“Sen,
kamu mendingan pulang!!” aku menoleh kearahnya dan mendelikkan mataku.
“Jangan
bertingkah seolah-olah kamu gak mencintai aku lagi!”
“Opo tho
koe kiey! Kita ues putus Sen!!”
“Bukan
berarti kamu gak cinta aku lagi kan?!”
“Aku mbek
Taufik sekarang!” aku menggelengkan kepalaku.
“Dan itu
karena aku kan? Aku tahu semuanya Her, please? Kenapa kamu gak cerita?” Herry
tampak kaget sesaat dan dia menolehkan kepalanya. Menghindari tatapanku.
“Jadi
yang kemarin lusa itu kamu?” aku mengangguk.
“Kamu mau
cerita kan?” Herry dengan lesu akhirnya
mengangguk sebelum selama lima menit dia hanya diam saja.
***
Aku sudah
menyiapkan diriku sedemikian rupa agar siap mendengar cerita Herry. Setidaknya
aku benar-benar menyiapkan diriku untuk mendengar cerita yang paling mengerikan
sekalipun. Namun kenyataannya, aku bergidik. Dan hanya bisa memeluk Herry.
Herry tidak bercerita namun dia menyerahkan sebuah buku kecil bergambar Satria
Baja Hitam. Sebenarnya, bisa saja aku menertawakan Herry karena memiliki buku
harian bergambar Satria Baja Hitam, hanya saja waktunya tidak tepat. Benar-benar
tidak tepat.
***
16 Juli
2012.
Aku
memperhatikannya. Anak yang katanya cucunya eyang Prawiro itu. Dan
senyum-senyum sendiri. Dia tidak mengenal takut pada kakak kelas. Hah, mungkin
karena dia dibesarkan dengan segala yang ada dengan orang-orang yang selalu
menurutinya, jadi mana mungkin dia harus merasa takut? Dia punya kuasa. Bahkan
yang aku dengar dia bisa saja membeli sekolah ini. Ya, eyangnya adalah orang
yang memberi sumbangan terbesar di sekolah ini tiap tahunnya. Aku yakin, pihak
sekolah akan menjilat habis-habisan padanya. Namanya Arseno Erlangga Prawiro.
Ps. Dia
manis dan tampan sekali.
28Juli
2012
Kita ada
PERSAMI. Akan ada jerit malam juga katanya. Dan kalian tahu? Aku seregu dengan
Seno! Aku senang. Bagaimanapun, aku ingin menjadi teman dekatnya. Sepertinya
dia orangnya asik. Sejauh yang aku tahu dia tidak seperti orang-orang kaya
kebanyakkan. Dia bahkan bergaul dengan siapa saja.
Ps.
Semakin hari dia semakin tampan. Aku suka.
31 Juli
2012
Capek
karena PERSAMI masih kerasa! Tapi aku bahagia. Kenapa? Karena aku bisa
mengobrol panjang lebar dengan Seno. Sesuai dugaanku. Dia asik banget. Oya,
juga gaul. Haha, dia kan anak ibu kota. Wajar dia gaul.
Ps. Seno
tidak hanya tampan, dia keren dalam penampilan.
12
Agustus 2012
Tau gak?
Hari ini aku mengajak Seno dan Hendra ke kali kedu. Sebenarnya sih, aku pengen
ngajak Seno doang. Tapi ini idenya Hendra. Jadi ya mau tidak mau tuh anak ikut
juga. Sebal! Beberapa kali aku mancing Seno dengan bugil didepannya. Mukanya
merah, manis sekali!
Ps. Sepertinya
aku makin tergila-gila dengan Arseno Erlangga Prawiro.
5
September 2012
Uda lama
ya aku gak cerita sama kamu? Kamu tau engga? Hehe, pasti engga ya. Kemaren Seno
ngajak aku nginep di rumahnya. Berdua! Gak ada si kunyuk Hendra! Dia pengen tau
perasaanku ke dia. Sebenarnya aku sudah lama tau kalau aku memang suka Seno.
Abis dia manis!
Tapi
selama ini aku pura-pura biasa. Aku semata-mata takut Seno gak ada perasaan
yang sama denganku. Tapi . . .
Ah. . Aku
tidak tahu bagaimana menceritakannya. Aku bahagia. Belum pernah sebahagia ini.
Aku juga ciuman lho sama Seno. Bibir sama bibir. Hehe, akhirnya aku bisa juga
mencecap bibir merah tipisnya yang selama ini Cuma ada di angan-angan.
Ps. Ini
hari jadi aku sama Seno. Herry Prawira love Arseno Erlangga Prawiro. Norak ya?
Biar!!
7
September 2012
Semalam
aku menginap lagi lho di rumah Seno. Tapi ada si kunyuk sekarang. Hih! Tapi aku
tetep seneng. Aku semalam juga liat tititnya Seno. Lucu! Belom disunat. Hahaha.
Bibirku juga sudah mencecap rasanya. Manis sama seperti bibirnya. Tapi kali ini
kepergok sama Taufik. Huh, tu orang ganggu aja.
Ps. Aku
cinta Senoku.
14
Sepetember 2012
Aku
mengajak Seno jalan-jalan sebelum dia disunat. Aku mengajak dia ke tempat
favoritku. Tadinya aku takut Seno gak suka. Dia kan anak ibu kota. Aku pikir,
mungkin Seno sukanya nongkrong di cafe ato apa itu tempat minum-minum kopi?
Starbuks? Ah, entahlah. Aku hanya pernah mendengarnya di radio.
Tapi
waktu aku melihat senyumnya, aku jadi lega. Dia suka! Ya Tuhan, semakin hari
aku semakin mencintainya.
Ps.
Semoga cinta ini bertahan lama.
17
September 2012
Aku tadi
tidak pergi ke sekolah. Aku kaget setengah mati waktu Taufik tiba-tiba datang
ke rumahku pagi-pagi sekali. Dan ucapannya membuatku uring-uringan. Dia akan
mengadukan hubunganku dengan Seno ke orang tua Seno. Dia bilang, bisa saja Seno
didepak dari rumah dan dicoret dari daftar ahli waris. Seno bakal jadi gembel.
Membayangkannya sudah membuatku muak. Aku tidak mau hal itu terjadi. Syaratnya
hanya satu, menuruti semua permintaan Taufik. Sial!!
Ps. Aku
kangen Seno
25
September 2012.
Ini hari
terberat dalam hidupku. Setelah kemarin-kemarin aku menjauhi Seno, hari ini aku
resmi memutuskannya. Aku menangis semalaman. Bapakku bilang, laki-laki tak
boleh nangis. Tapi yang ini beda. Aku melepaskan Seno. Melepaskan orang yang
paling berarti dalam hidupku. Paling aku cintai. Aku ingin dia bahagia. Biar
saja aku yang berkorban melayani nafsu bejad Taufik.
Ps. Hari
ini aku memandangi foto Seno berjam-jam. Aku tak kan pernah bisa memeluknya
lagi.
18
Oktober 2012
Menyebalkan!
Hari ini Taufik mengajakku ke toko buku. Aku muak sekali melihat tampangnya.
Katanya, aku tambah tampan saja. Aku jijik mendengarnya. Oh ya, aku
bertanya-tanya kenapa ya dengan Senoku? Kenapa akhir-akhir ini dia murung
sekali? Aku mengkhawatirkannya. Apa ada hubungannya denganku?
Bahagialah
Senoku, aku mohon! Hatiku serasa dicabik-cabik melihatmu yang selalu murung.
Aku ingin memelukmu. Tapi aku tidak bisa. Benar-benar tidak bisa. Bukan berarti
aku tidak mau.
Ps. Rindu
ini membunuhku. Aku kangen SENOOOOO.
8 Januari
2013
Wah,
sudah lama aku tidak bercerita pada kamu. Kamu adalah sahabatku yang selalu
ada, hehe. Ini pertama kalinya sejak liburan semester satu kemaren aku melihat
Seno. Dia semakin tampan saja dengan gaya rambut spike barunya.
Liburanku
sendiri tidak menyenangkan. Aku menghabiskan liburanku dengan membantu para
buruh bapakku menambang pasir. Bapakku menentang habis-habisan, tapi daripada
tidak ada kegiatan dan membuatku merana karena memikirkan Seno?
Kelakuan
Taufik makin menjadi-jadi. Ini pertama kalinya dia memintaku mengoral penisnya.
Jijik! Punya Taufik tidak seindah punya Seno. Ukurannya sangat kecil! Penis
terjelek yang pernah aku lihat!
Sudahlah,
aku jadi mual mengingatnya. Taufik benar-benar bajingan!
Ps.
Seandainya aku bisa mengacak-acak rambut spike Seno. Dia pasti bakal
mencak-mencak. Aku kangen banget.
25
Januari 2013
Seno
emang keren! Dengan mobil barunya dia makin keren. Hari ini dia menyetir
sendiri. Oya, Seno kan belom jadi mengajariku nyetir mobil. Tapi sekarang aku
tak bisa menagihnya. Lagipula, dia punya sopir ganteng sekarang. Sudah sejak
lama sih. Tapi sesudah liburan, mereka seperti tambah akrab saja. Aku cemburu!
Aku?
Hariku semakin suram kurasa. Tadi Taufik menyodomiku. Tidak begitu kerasa sakit
karena punyanya hanya sebesar jari telunjuk. Tapi kemudian dia pake timun.
Anusku perih sekali. Bahkan masih perih hingga sekarang.
Ps. Aku
benci Taufik, ingin aku bunuh dia rasa-rasanya.
27
Januari 2013
Aku
mencium Seno! Aku tidak bisa menahannya. Setelah kemarin menjenguk Hendra dan
tidak sengaja Seno datang juga, aku jadi hilang kendali. Sekali lagi saja, aku
ingin bisa jalan bareng Seno. Sekali saja.
Dan dia
mau, walaupun dia hanya diam saja. Tapi aku sudah senang. Bisa melihatnya makan
dan sesekali wajahnya yang merona merah. Aku senang. Aku bahagia, setelah
sekian waktu aku lupa apa itu bahagia.
Ps.
Taufik melihatku mencium Seno. Aku tahu konsekuensinya. Aku tahu
02
Februari 2013
Tubuhku
masih merah biru disana sini. Tadi Taufik menghajarku habis-habisan. Dada,
puting dan testisku diberi tetesan lilin. Sakit sekali. Anusku juga masih perih
karena hajaran Taufik. Kali ini dia pakai timun yang ukurannya lebih besar. Aku
benar-benar ingin membunuhnya aku rasa. Aku muak padanya.
Dia bilang
jangan sentuh Senonya –adiknya yang sangat berharga- dan jangan mencoba
selingkuh. Selingkuh? Aku tidak merasa aku pacaran dengan Taufik!!
Ps.
Hatiku lebih sakit daripada tubuhku. Sakit didera rindu. Aku kangen Senoku.
***
Aku
menjatuhkan buku bergambar Satria Baja Hitam itu. Buku harian itu sudah tak
tampak lucu dimataku.
“Buka
bajumu Her.” Kataku pelan.
“Buat
apa?” Herry bertanya tidak tahu.
“Buka aku
bilang!!” Herry membuka bajunya walaupun dengan pandangan bertanya-tanya. Dan
aku terkesiap. Tubuh atletisnya tak lagi mulus. Memar-memar merah biru
melintang disana sini. Oh Herry ku. . . .
Bersambung.
. .
uhhh jengkel bgt liat taufik :@
BalasHapusdasar pen*s kecil aja belagu..
keep up the good work !
Mau dong jadi taufik... besok request MB aja dong namanya..
BalasHapusBenci bgt sama taufikk.... Terlaluuu sok!!!! Semangatt buatt heryyy... Up up up up up (ง^-^)ง. Senoo pliss beranii sedikitt napa?!! Jangann sampaii besarnya rasa takutmu melebihi rasa cintamu k'herii...
BalasHapusthanks all buat komennya.
BalasHapusSuka ceritanya, gak ribet dan gak terlalu berat..
BalasHapusKeep writing..
Ten thumbs 4 U...hehe
mkasih ya :)
Hapus